Puskesmas Woha Bima Diduga Telantarkan Pasien Pengamen Asal Lombok hingga Meninggal Dunia
- VIVA.co.id/Satria Zulfikar (Mataram)
Lombok, VIVA – Seorang pengamen asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) meninggal dunia dan jadi sorotan. Pengamen itu meninggal diduga karena tak dapat perawatan saat dibawa ke Puskesmas Woha, Kabupaten Bima.
Insiden itu kabarnya terjadi pada Minggu, 1 September 2024. Korban sebelumnya sempat dibawa oleh beberapa orang dari Sumba NTT untuk mendapat perawatan tiga hari yang lalu sebelum meninggal dunia.
Saat itu, kondisi korban sudah lemas. Namun, beredar kabar pihak puskesmas diduga tak memberikan perawatan dan obat-obatan.
Korban kabarnya diduga sempat keluar dan tidur dengan alas tikar di depan halaman puskesmas hingga akhirnya meninggal dunia.
Pun, foto-foto korban meninggal dunia dengan kronologi kejadian beredar luas di media sosial. Warganet pun mengecam sikap Puskesmas Woha yang menelantarkan pasien hingga meninggal dunia.
Warganet juga menyindir sikap Kepala Puskesmas Woha yang dinilai hanya sibuk membuat konten media sosial dibanding tanggungjawab saat bekerja.
Bantah Telantarkan Pasien
Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Puskesmas Woha, Yan Suryadin membantah menelantarkan pasien yang bernama Andi (19) dengan profesi sebagai pengamen. Korban dibawa pada Rabu 28 Agustus 2024 pukul 21.15 Wita.
Dia menjelaskan saat di Puskesmas Woha, almarhu, Andi datang dalam keadaan sadar dengan diantar oleh warga Sumba setempat.
"Dengan keluhan mual dan muntah tidak intensitas mual sering dikarenakan pasien tidak makan dan minum sejak beberapa hari lalu,” kata Yan, Senin, 2 September 2024.
Korban Andi disebut sering mengkonsumsi lem fox yang memicu kondisi tubuhnya jadi lemas sehingga mengalami gangguan kesehatan.
“Ybs (yang bersangkutan) hanya mau menghirup lem fox, pasien riwayat mengkonsumsi lem sudah lama. Setelah dilakukan diagnosa, kemudian ditangani tenaga medis di unit pelayanan kesehatan tersebut,” ujarnya.
Yan bilang untuk esok harinya, kondisi pasien sempat membaik sehingga diperbolehkan untuk pulang. Kemudian, dia menuturkan pada 29 Agustus pukul 09.30, kondisi pasien dinyatakan membaik.
"Muntah tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada dan mengatakan mau istirahat dan tidur serta diperbolehkan pulang,” ujarnya.
“Siang harinya, pasien tersebut sudah lepas infus dan sadar, dibelikan makanan dan uang saku untuk membeli makan,” lanjutnya.
Selanjutnya, pada sore hari pasien Andi disebut sempat minta nasi ke seorang perawat di puskesmas tersebut.
“Jam 22.00 WITA, pasien tersebut dibawa ke teras IGD Puskesmas Woha, dikarenakan tidak mau buang air besar di kamar mandi sehingga mengganggu kenyamanan pasien lain. Saat itu pasien kooperatif dan sadar,” ujarnya.
Kemudian, pada Jumat 30 Agustus 2024, pasien dimandikan oleh petugas dan diberikan sarung dan baju. Saat itu, Andi tertidur memeluk gitar yang biasa digunakan untuk mengamen.
Namun, pada malam harinya, korban ditemukan sudah dalam kondisi meninggal dunia.
Lalu, sekitar pukul 22.30, perawat dari IGD Puskesmas Woha membawa makanan dan minuman untuk almarhum. Saat itu, Andi berada di area taman puskesmas dengan posisi duduk.
"Namun saat dibangunkan, tidak ada reaksi dan tanda tanda adanya pernapasan,” kata Yan.
Pun, perawat tersebut memanggil petugas medis lainnya dan aparat polisi terdekat. "Untuk membawa pasien ke dalam ruangan UGD untuk diperiksa lebih lanjut tanda-tanda vitalnya dan dinyatakan meninggal dunia,” ujar dia.
Menanti Keluarga
Adapun jenazah Andi saat ini masih berada di kamar jenazah RSUD Bima untuk menanti pihak keluarga.
“Masih menunggu persetujuan pihak keluarga apakah dikuburkan di Bima atau diantar ke kampung halaman yang bersangkutan,” ujarnya.
Dia mengatakan jika pihak keluarga mengizinkan penguburan di Bima, Dinas Sosial siap melaksanakannya. Namun, jika pihak keluarga menginginkan yang bersangkutan dikuburkan di Mataram maka Pemkab Bima melalui RSUD Bima akan melakukan pengantaran keluarga dan akan didampingi oleh petugas dari dinas sosial.
“Pemkab Bima masih menunggu konfirmasi dari kepala desa setempat,” ujarnya.