Pemerintahan Prabowo Diyakini Bakal Mendukung Program B100, Ini Alasannya
- Istimewa
Jakarta, VIVA - Penggunaan bioenergi atau energi terbarukan dari bahan baku organik terus digaungkan di Tanah Air. Indonesia digadang bisa menghasilkan BBM yang 100 persen berasal dari minyak sawit alias B100.
Direktur PT Fumin Kingdo Bersaudara, Yudhi Fu menjelaskan, pihaknya menggandeng Henan Hi-tech Kingdo Industrial untuk membangun pabrik B100 di Bangka. Pabrik itu diproyeksikan bisa memanfaatkan limbah kelapa sawit dengan lebih baik untuk menghasilkan produk kompetitif.
Adapun status Henan Hi-tech Kingdo Industrial adalah salah satu perusahaan biodiesel di Cina. Tak hanya menjalankan pabrik biodiesel di Cina, tetapi Henan Hi Tech juga menguasai teknologi canggih dan matang dalam mengubah limbah minyak kelapa sawit jadi biodiesel energi baru.
"B100 kami tidak hanya dapat digunakan di dalam negeri, tetapi juga diekspor ke Amerika dan Eropa, karena sejalan dengan peraturan energi terbarukan mereka," kata Yudhi dalam keterangannya dikutip pada Sabtu, 31 Agustus 2024.
Yudhi menyampaikan, Indonesia punya keunggulan dari sumber daya limbah kelapa sawit. Sebab, Indonesia memproduksi minyak kelapa sawit sebanyak 55,8 juta ton per tahun. Dari angka itu, ada 2,2 juta ton minyak kelapa sawit yang terbuang.
Sebelum pabrik-pabrik CPO di Indonesia membuangnya sebagai sampah. Hal ini tidak hanya menyebabkan pencemaran lingkungan, tetapi juga pemborosan sumber daya.
Dia menuturkan dalam beberapa tahun terakhir, pabrik-pabrik di Cina mengimpor banyak limbah minyak kelapa sawit dari Indonesia untuk bahan baku produksi biodiesel.
"Karena biodiesel dari limbah minyak kelapa sawit diakui sebagai produk yang dapat mengurangi emisi karbon, sehingga lebih dari 90% biodiesel Cina diekspor ke Amerika dan Eropa," jelas Yudhi.
Pun, dia menuturkan, penggunaan B100 punya efek pengurangan emisi karbon yang signifikan. Menurutnya, Indonesia sebagai salah satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia.
Produksi Indoesia menetapkan target pengurangan emisi sebesar 31,89 persen dengan upaya sendiri, atau 43,2 persen dengan dukungan internasional, pada 2030.
"B100 akan berkontribusi dalam mewujudkan target pengurangan emisi," ujarnya.
Pabrik biodiesel lainnya di Indonesia menggunakan minyak sawit olahan sebagai bahan baku untuk memproduksi biodiesel. Namun, ia menyebut, pabrik biodieselnya di Bangka akan menggunakan limbah minyak sawit (POME) dari pabrik CPO untuk memproduksi biodiesel.
Dia menuturkan harga minyak sawit ini jauh lebih murah daripada yang jenis olahan.
"Selain itu, kami menggunakan teknologi yang jauh lebih maju dari Cina untuk lebih menurunkan biaya produksi. Oleh karena itu, diperkirakan B100 kami memiliki keunggulan harga dibandingkan dengan biodiesel yang sudah ada," katanya.
"Saat ini, pabrik-pabrik di Indonesia menggunakan minyak kelapa sawit yang telah dimurnikan untuk memproduksi biodiesel," lanjut Yudhi.
Yudhi mengatakan, penggunaan B100 bisa membantu mengurangi impor minyak mentah. Diutarakn dia, minyak kelapa sawit adalah sumber daya terbarukan.
"Dengan demikian, B100 merupakan energi terbarukan yang bermanfaat bagi keamanan energi kita di masa depan," ujarnya.
Yudhi juga yakin pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming akan dukung program B100 tersebut. Apalagi, penggunaan B100 diyakini dapat menghemat finansial negara sebesar Rp309 triliun.
"Saya sangat yakin (pemerintah mendatang mendukung), karena Prabowo telah menyatakan di berbagai kesempatan dan memiliki program penghematan hingga Rp309 triliun," ujarnya.
Dijelaskan dia. kondisi itu akan berdampak positif dengan membuka lapangan kerja. "Jadi, ini akan mengurangi beban anggaran negara serta meningkatkan lapangan kerja dan industri dalam negeri," katanya.