Kronologi Ibu Tiri Bunuh Anak di Pontianak hingga Dimasukkan ke Karung

Dir Reskrimum Polda Kalbar, Kombes Pol Bowo Gede Imantio (kemeja putih)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Destriadi Yunas Jumasani (Pontianak)

Pontianak, VIVA – Ditreskrimum Polda Kalbar mengungkap sejumlah fakta terkait kematian anak berusia 6 tahun yang tewas di tangan IF ibu tirinya, Selasa 27 Agustus 2024. 

Motif Ibu Tiri Aniaya 2 Anak Tiri di Cilincing, Kombes Gidion: Kesal Susu Ditumpahkan Korban

Dir Reskrimum Polda Kalbar, Kombes Pol Bowo Gede Imantio memaparkan tewasnya bocah berusia 6 tahun tersebut, dimulai pada tanggal 19 Agustus 2024, ketika korban pulang sekolah sekitar pukul 11.45 WIB. 

Saat itu korban dalam keadaan baju berantakan dan IF sebagai pelaku atau ibu tiri korban menyuruh korban masuk ke dalam rumah. Melihat korban dengan baju yang dianggapnya berantakan, IF memfoto korban dan diadukan kepada ayah kandung korban.

Buntut Dianiaya Ibu Tiri hingga Kejang, Bocah di Cilincing Sampai Harus Operasi Kepala

"Saat itu pelaku emosi , korban didorong terjatuh dan membuat kepala korban terbentur, selain itu pelaku juga menendang kuat ke arah perut korban," ucap Kombes Pol Bowo.

Lanjut Bowo, kemudian pelaku menyuruh korban ke belakang dan disuruh berdiri di dekat penampungan air dengan kondisi halaman belakang yang tak beratap. Setelah korban berdiri di dekat penampungan air, pelaku menyuruh korban melepas baju sekolah. Tak lama kemudian pelaku mengambil pakaian dan melemparkannya kepada korban.

Kondisi 2 Anak di Cilincing yang Dianiaya Ibu Tiri Saat Ditemukan Sangat Memprihatinkan

Selanjutnya, pelaku masuk ke dalam rumah serta membiarkan korban berada di halaman belakang. Pelaku melanjutkan aktivitasnya menyusui anaknya.

Sore harinya, pelaku pergi ke belakang untuk memasak mie dan melihat keadaan korban masih berdiri di pojokan di dekat penampungan air. Kemudian pelaku mengunci pintu belakang dan membiarkan korban. Pelaku pun kembali mengurus anak kandungnya dan tertidur.

Lalu pada Selasa pagi, pelaku melihat korban dalam keadaan tertidur miring di atas rumput yang tak beratap dan membangunkan korban serta memandikan korban menggunakan selang air dan selanjutnya mengambilkan handuk.

Ketika korban berjalan masuk ke dalam rumah. Saat itu pelaku kembali menganiaya korban dan mendorong korban dengan kuat hingga terlentang dan membuat kepala korban kembali terbentur ke lantai hingga akhirnya korban tak sadarkan diri.

"Melihat korban tak sadarkan diri, pelaku mengguncangkan tubuh korban agar bangun, kemudian membopong korban yang memakai baju kaos warna hijau dan selimut serta mengecek kondisi korban," terangnya.

Kombes Pol Bowo menjelaskan, menurut pelaku saat itu detak jantung korban masih normal, dan kemudian pelaku memberikan air zam-zam kepada korban sebanyak dua kali dan direspons korban dengan menelan air tersebut.

"Beberapa saat setelah memberikan minum dan sudah tidak ada respon dari korban, detak jantung dan napas korban melemah," jelas Bowo.

Pelaku yang merupakan ibu tiri korban ini pun langsung memberikan napas buatan sebanyak dua kali, perut korban mengembang dan mengeras. Saat itu pelaku meminta maaf kepada korban dan korban sudah tidak bernapas.

"Setelah menerima sejumlah penganiayaan. Korban meninggal pada tanggal 20 Agustus," ujarnya.

Lebih lanjut Bowo menerangkan atas aksi bejat IF. Di mana IF yang mengetahui korban sudah meninggal dunia, langsung mengambil kantong plastik hitam besar dan memasukkan tubuh korban ke dalam plastik tersebut dan selanjutnya dibungkus dengan karung serta diseret dan diletakan pada dinding samping rumah.

"Selanjutnya pelaku membawa bayinya main dan melanjutkan aktivitas serta membiarkan jasad korban dalam kondisi terbungkus karung," ucap Bowo.

Keesokan harinya, pada tanggal 21 Agustus 2024, sekitar pukul 09.00 WIB pelaku memindahkan jasad korban di samping mesin cuci dengan cara menyeret dan menumpukan plastik serta barang bekas untuk menyembunyikan jasad korban.

Bowo menyatakan, selanjutnya pada pukul 19.00 WIB, Ican ayah kandung korban pulang ke rumah dan menanyakan pelaku atau istrinya keberadaan korban. Pelaku merekayasa cerita dan mengatakan korban telah dibawa oleh orang ke Jakarta.

Ayah korban dan pelaku kemudian melaporkan ke Polsek Pontianak Selatan atas cerita bohong pelaku sendiri. Kemudian dari Polsek Pontianak Selatan diarahkan untuk membuat laporan ke Polda Kalbar.

"Anggota piket Ditreskrimum Polda Kalbar saat itu langsung melakukan pengecekan ke TKP dan melihat CCTV, ternyata tidak ditemukan seperti apa yang diterangkan pelaku," ungkap Bowo.

Bowo menyatakan, ayah kandung korban sempat menanyakan kepada pelaku, terkait seringnya memarahi korban. Kemudian pencarian korban melalui CCTV terus dilakukan, namun tidak ditemukannya adanya rekaman orang yang membawa korban atau penculikan seperti yang disampaikan oleh pelaku.

Terbongkarnya kasus ini, setelah ibu kandung pelaku menelepon pelaku. Di dalam teleponnya pelaku mengaku kepada ibunya bahwa korban sudah mati dan disembunyikan di belakang.

Selanjutnya Ibu kandung pelaku langsung menelepon ayah kandung korban atau menantunya bahwa korban telah mati dan disembunyikan di belakang dan korban ditemukan sudah menjadi mayat.

"Mengetahui hal ini, ayah kandung korban membawa pelaku ke Polda Kalbar dan dilaporkan ke Polda Kalbar," ujarnya.

Adapun modus pelaku hingga membuat korban meninggal dunia, dijelaskan Bowo yakni karena suaminya yang merupakan ayah kandung korban lebih sayang kepada korban ketimbang dengan anak yang dilahirkan korban.

"Pelaku kita jerat pasal berlapis, yakni pasal 80 UUPA ancaman hukuman 15 tahun, ditambah sepertiga dari ancaman pokok, pasal 44 tentang KDRT ancaman 15 tahun penjara dan pasal 338 KUHP tentang pembunuhan," tegas Bowo.

Bowo menambahkan, semua masih dalam pengembangan penyelidikan dan penyidikan, tentunya perkembangan selanjutnya akan disampaikan kembali, termasuk hasil dari pemeriksaan kejiwaan ibu tiri korban.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya