Sejarah Panjang Perjalanan Bendera Pusaka, dari Dijahit Fatmawati hingga Dipensiunkan

Bendera Merah Putih
Sumber :
  • Foto: Antara

Jakarta, VIVA – Sebelum memproklamirkan kemerdekaan, sebuah negara harus memiliki bendera sebagai identitas kedaulatan. Hal itulah yang mendasari lahirnya Sang Saka Merah Putih.

MPR RI Cabut TAP MPRS 33/1967, Tuduhan Soekarno Pro PKI Tak Terbukti

Dikutip dari buku Fatmawati: Catatan Kecil bersama Bung Karno (2016), menjelang kemerdekaan Indonesia, Fatmawati dan Soekarno berunding ihwal bendera yang mampu merepresentasikan Indonesia.

Keduanya ingin, Indonesia memiliki bendera dengan filosofi dan bahan yang bagus. Kala itu Fatmawati meminta bantuan kepada pemuda bernama Chairul Bahri menemui perwira Jepang yang pro kemerdekaan Indonesia.

Cinta vs Uang, Mana yang Lebih Penting dalam Hubungan? Ini Kata Dewi Sukarno

Belakangan diketahui perwira itu bernama Shimizu. Dia mengantarkan langsung dua blok kain katun, berwarna merah dan putih ke rumah Bung Karno di Pegangsaan Timur.

Perjuangan Fatmawati jahit Bendera Pusaka saat hamil tua

Forum IAPF di Bali, Puan Bicara RI-Afrika Punya Sejarah Panjang Sejak Era Presiden Soekarno

Kain merah dan putih itu kemudian dijahit oleh Fatmawati di rumah Pegangsaan pada Oktober 1944. Proses menjahitnya menggunakan mesin singer yang hanya bisa digerakan menggunakan tangan.

“Ketika akan melangkahkan kakiku keluar dari pintu terdengarlah teriakan bahwa bendera belum ada, kemudian aku berbalik mengambil bendera yang aku buat tatkala Guntur masih dalam kandungan, satu setengah tahun yang lalu,” terang Fatmawati.

Saat menjahit bendera Merah Putih, Fatmawati sedang hamil dan menanti kelahiran anak pertamanya, Guntur Soekarnoputra. Hal itu yang menyebabkan Fatmawati tidak diperkenankan menggunakan mesin jahit kaki.

Proses penjahitan bendera diselesaikan Fatmawati selama dua hari. Bendera tersebut Kemudian dikenal dengan nama ‘Bendera Pusaka’ dengan warna merah di bagian atas dan putih di bawah.

Memiliki ukuran 2x3 meter, Bendera Pusaka Merah Putih dikibarkan pertama kali di rumah Pegangsaan Timur No 56, Jakarta saat dibacakannya Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada Jumat, 17 Agustus 1945.

Setelah Indonesia Merdeka, Bukan berarti perjuangan usai. Kala itu Jepang masih bergairah menguasai Indonesia sehingga pertempuran masih berlanjut.

Bendera Pusaka ikut Soekarno ke Yogyakarta

Pada 4 Januari 1946, situasi Jakarta sangat genting, hal ini mengharuskan Soekarno dan Mohammad Hatta pergi menuju Yogyakarta menggunakan kereta.

Kala itu, bendera pusaka turut serta dibawa dalam koper pribadi Soekarno. Selanjutnya, Ibu Kota Indonesia dialihkan ke Yogyakarta.

Singkatnya, pada 1948, Belanda kembali melancarkan agresi militer kedua di Yogyakarta. Serangan ini membuat Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda.

Soekarno yang tahu betul bahwa dirinya akan ditawan, memanggil ajudannya Husein Mutahar untuk mengamankan Bendera Pusaka agar tak sampai jatuh ke tangan Belanda.

Mendapat tugas yang tak mudah, Husein Mutahar akhirnya memisahkan dua kain yang sebelumnya dijahit Fatmawati. Hal ini dilakukan agar tidak disita Belanda lantaran dua kain itu sudah tak berbentuk bendera.

Meski sempat ditahan Belanda dan dibawa ke Semarang, Husein tetap berhasil menyelamatkan dua kain tersebut. Singkatnya ia berhasil lolos dan melarikan diri ke Jakarta.

Bendera Pusaka dijahit ulang oleh Husein

Saat di Jakarta, Husein menerima pesan rahasia dari Soekarno yang memintanya menyerahkan Bendera Pusaka kepadanya yang sedang ditahan di Muntok, Bangka. Soekarno memerintahkan Husein menyerahkan bendera itu ke Soedjono sebagai perantara.

Husein kemudian menyatukan lagi kain merah dan putih tersebut. Dia menjahit menggunakan mesin yang dipinjamkan Soedjono.

Husein sangat berhati-hati menjahitnya mengikuti lubang bekas jahitan Fatmawati. Namun, sekitar 2 cm dari ujung bendera terdapat sedikit kesalahan jahit.

Selesai dijahit, Bendera Pusaka kemudian dibungkus kertas koran dan diserahkan ke Soedjono untuk disampaikan ke Soekarno.  Sebagai penghargaan atas jasa Husein Mutahar melindungi Bendera Pusaka, pada 1961 ia dianugerahi Bintang Mahaputera.

Singkatnya, pada Juli 1949, Soekarno-Hatta serta beberapa tokoh kemerdekaan yang diasingkan tiba di Yogyakarta. Memasuki bulan Agustus atau tepatnya pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI keempat, Bendera Pusaka kembali dikibarkan di Istana Gedung Agung.

Usai ditandatanganinya pengukuhan kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949, Ibu Kota dikembalikan ke Jakarta. Soekarno pun kembali ke Jakarta membawa Bendera Pusaka.

Bendera Pusaka dipensiunkan

Bendera pusaka terakhir kali dikibarkan dalam  upacara peringatan kemerdekaan RI 17 Agustus 1968 di Istana Merdeka Jakarta.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri No 003/M/2015, Sang Saka Merah Putih berstatus sebagai Cagar Budaya Nasional dengan nomor registrasi RNCB.20150201.01.000032.

Pada 17 Agustus 1969, bendera yang dikibarkan di Istana Kepresidenan bukan lagi Bendera Pusaka yang dijahit Fatmawati dan dijahit ulang Husein Mutahar, melainkan duplikat.  Sejak saat itu, setiap provinsi mendapatkan duplikat bendera pusaka yang sama.

Mohammad Hatta

Mohammad Hatta Jadi Wakil Presiden yang Gemar Baca dan Tak Pernah Lepas dari Buku

Mohammad Hatta, Wakil Presiden pertama Republik Indonesia, dikenal sebagai sosok yang gemar membaca dan tidak pernah bisa lepas dari buku.

img_title
VIVA.co.id
14 September 2024