Peserta PPDS FK Undip Bunuh Diri, Diduga Depresi Ditekan Senior

Ilustrasi mayat/jenazah.
Sumber :
  • Pixabay.

Semarang, VIVA – Dunia pendidikan kembali berduka setelah salah seorang Peserta didik Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran Prodi Anestesi di Universitas Diponegoro (Undip) ditemukan meninggal bunuh diri. Jasad korban yang berinisial AR (30) ini ditemukan di kamar kosnya daerah Lempongsari, Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang. Korban diduga mengakhiri hidup dengan menyuntikan obat ke tubuhnya.

22 Orang Diamankan, Buntut Kericuhan Warga vs Truk di Tangerang

Terkait kasus ini, Kepolisian sudah turun tangan melakukan penyelidikan. Setelah memeriksa sejumlah saksi-saksi mengenai peristiwa itu, diketahui Informasi bahwa korban nekat bunuh diri karena tertekan oleh seniornya.

Ilustrasi garis polisi.

Photo :
  • Pixabay
Kasus Penyiraman Air Keras di Pulogebang, Begini Kondisi Korban

Kapolsek Gajahmungkur Kompol Agus Hartono mengatakan, korban ditemukan tak bernyawa di kamar kosnya pada Senin 12 Agustus 2024 sekira pukul 23.00 WIB. Saat ditemukan, kondisi korban dengan wajah kebiruan dalam posisi miring seperti orang sedang tertidur. 

Awal diketahui kejadian ini setelah pacar korban berusaha menghubungi korban namun tak ada respon. Saat itu, kamar kos korban terkunci dari dalam dan rekan korban sempat mengira tidak berada di kamarnya. 

Polisi Tangkap 3 Remaja di Cakung Penyiram Air Keras ke Pelajar dan Kejar Penyedia Bahan

"Pagi jam 7 atau jam 8 itu pacarnya telepon, ditelepon nggak diangkat-angkat padahal berdering. Nah minta tolong temennya itu, temennya itu kok dicek tutupan mungkin dikos-kosan Tembalang sana, dicek ke Tembalang sana kosong. Akhirnya balik lagi ke sana dicek sama ibu kosnya mau dibuka pakai kunci serep nggak bisa karena dikunci dari dalam, akhirnya panggil tukang kunci dan ditemukan sudah meninggal," ujarnya kepada wartawan, Rabu 14 Agustus 2024. 

Setelah itu polisi juga sempat memanggil dokter dan diketahui korban meninggal karena obat. Obat itu disebut disuntikkan sendiri oleh korban ke tubuhnya. 

"Obat untuk pelemas otot, saya nggak bisa ngomong yang bisa ngomong dokter tapi obat itu seharusnya lewat infus," katanya. 

Ilustrasi - Eksekusi hukuman mati dengan suntik racun masih diterapkan di AS

Photo :

Disisi lain, korban diketahui merupakan dokter ASN di Tegal yang tengah menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Prodi Anestesi di Undip. Di tempat kejadian kosannya di Lempongsari pun, korban dikabarkan sudah tinggal sekitar 1 tahun.

Saat melakukan pemeriksaan, pihaknya juga menemukan buku harian korban di kamar kos itu. Berdasarkan catatan di buku harian, Agus menyebut korban cerita beratnya menjadi mahasiswi kedokteran dan menyinggung urusan dengan seniornya. 

"Ibuknya memang menyadari anak itu minta resign, sudah nggak kuat, sudah curhat sama ibuknya, satu mungkin sekolah, kedua mungkin menghadapi seniornya, seniornya itu kan perintahnya sewaktu-waktu minta ini itu, ini itu, keras," terangnya. 

Usai kejadian orang tua korban juga disebut langsung datang ke lokasi usai mendapat kabar tersebut. Pihak keluarga langsung meminta korban dibawa pulang tanpa di autopsi. "Ibunya menyadari minta dibawa ke Kariadi tidak diotopsi dan langsung dibawa ke Tegal," imbuhnya

*Pemberitaaan berikut ini tidak untuk menginspirasi dan diimbau Anda tak menirunya. Jika Anda merasakan gejala depresi, permasalahan psikologi yang berujung pemikiran untuk melakukan bunuh diri segera konsultasikan ke pihak-pihak yang dapat membantu Anda, seperti psikolog, psikiater atau klinik kesehatan mental

Laporan: Didiet Cordiaz/tvOne

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya