Iptu Rudiana dan Saka Tatal Ramai-ramai Sumpah Pocong, Bagaimana dalam Hukum Islam?

Seorang Pria di Palembang Lakukan Sumpah Pocong
Sumber :
  • VIVA/ Sadam Maulana

Jakarta, VIVA –  Iptu Rudiana dan Saka Tatal ramai-ramai akan melakukan sumpah pocong untuk bersumpah membuktikan kebenaran.

Sdang PK 6 Terpidana Kematian Vina Cirebon, Jaksa Tanggapi Bukti Baru

Mantan terpidana kasus pembunuhan Vina dan Eky di Cirebon, Saka Tatal telah menjalani ritual sumpah pocong terlebih dahulu yang digelar hari ini di Padepokan Amparan Jati Cirebon, Jumat 9 Agustus 2024.

Dalam sumpah pocongnya, Saka Tatal bersumpah kalau ia bukan pelaku pemerkosaan dan pembunuhan Vina Cirebon serta kasus Vina Cirebon ini direkayasa oleh Iptu Rudiana.

5 Pemain Timnas Indonesia yang Putuskan Mualaf Selain Ragnar Oratmangoen

Sedangkan Iptu Rudiana yang merupakan ayah dari korban Eky sekaligus Polisi yang bertugas di wilayah hukum Polda Jabar, menyanggupi sumpah pocong yang diajukan pengacara Hotman Paris.

"Banyak orang bertanya untuk mengatakan Eky masih hidup, bapak bisa nggak bersumpah anak bapak (Eky) sudah meninggal," kata Hotman Paris yang dikutip dari akun Instagram pribadinya.

Sidang PK 6 Terpidana Kasus Vina Cirebon Digelar Terbuka, Bukan Kasus Asusila

Iptu Rudiana pun menyanggupi untuk menjalani sumpah pocong.

"Saya sumpah pocong mau, sumpah apapun mau, artinya yang meninggal adalah anak saya, anak yang saya didik dari kecil, yang saya rawat dari kecil, demi agama yang saya percaya, Demi Allah," kata Iptu Rudiana.

Hukum Sumpah Pocong dalam Islam

Dijelaskan ustaz Khalid Basalamah, ritual sumpah pocong tidak ada dalam Islam.

"Ini nggak boleh teman-teman sekalian, datangkan satu riwayat buat kami kalau memang nabi saw pernah diikat sahabat dengan kain kafan lalu dibacakan surat Yasin," kata Khalid Basalamah dikutip akun YouTube Lentera Islam.

"Kita kan punya syariat, jelas, mengapa harus berbuat hal-hal yang tidak ada perintahnya?," lanjutnya.

Hal senada juga diungkap ustaz Maulana, perihal sumpah pocong hanya ada di Indonesia yang kemudian menjadi tradisi.

Ustaz Maulana

Photo :
  • Instagram @m_nur_maulana

"Ulama seharusnya menuntun karena kebiasaan seperti ini harus diarahkan, jangan sampai melanggar aturan syariat, tidak sesuai aturan agama, jangan sampai kemusyrikan," tegas Maulana.

Ustaz Maulana juga menjelaskan, jika ada dua orang yang sedang berselisih dan kemudian disumpah pocong, maka orang tersebut menurut Maulana sedang benar-benar dipermalukan.

Seharusnya, kata Ustaz Maulana, untuk membuktikan kebenaran, dalam agama Islam menggunakan kalimat sumpah Wallahi (Demi Allah).

Namun dalam tradisi Indonesia, sumpah pocong dijadikan sebagai pengadilan dari masyarakat untuk membuktikan bahwa kedua pihak yang berselisih untuk berani membuktikan kejujurannya.

Dilansir dari Muhammadiyah.or.id, Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Syamsul Hidayat mengatakan , sumpah disebut dengan al-yamin atau al-hilf, yaitu kata-kata yang diucapkan dengan menggunakan nama Allah atau sifat-Nya untuk memperkuat suatu hal.

“Karena sumpah menggunakan nama Allah, artinya jangan dibuat main-main. Sumpah itu harus serius mengucapkannya. Makanya, sumpah itu ada syarat-syaratnya supaya jadi bener,” Kata anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Syamsul Hidayat .

Islam menekankan pentingnya mencari kebenaran melalui proses hukum yang adil dan berdasarkan bukti yang nyata. Pengadilan Islam harus mengandalkan bukti, saksi yang dapat dipercaya, dan penyelidikan yang mendalam daripada mengandalkan ritual mistis.

Jadi sumpah pocong lebih merupakan bagian dari budaya lokal yang terkait dengan kepercayaan mistis yang tidak sesuai syariat islam, hal ini dikhawatirkan dapat memicu musyrik.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya