Perkenalkan Sarinah Prakarsa Bung Karno, Putu DPR Promosikan Batik RI ke Parlemen Tonga

Wakil Ketua BKSAP DPR Putu Rudana dan Ketua Parlemen Tonga Fatafehi Fakafanua
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta, VIVA - Cara menarik dilakukan Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR, Putu Supadma Rudana untuk memperkenalkan sejarah hingga karya batik RI ke parlemen Tonga, negara kepulauan dari Oseania. Salah satunya Putu memperkenalkan pusat perbelanjaan Sarinah di Jakarta.

Sejarah Bisnis Ferrari: Dari Lintasan Balap hingga Menjadi Legenda Otomotif

Momen itu dilakukan legislator asal Bali itu saat mengajak delegasi Forum Kedua Indonesia-Pasific Parliamentary Partnership (IPPP) ke pusat perbelanjaan atau mal bernuansa seni dan budaya di Sarinah, Jakarta. Salah seorang delegasi yang ikut adalah Ketua Parlemen dari Tonga yaitu Lord Fatafehi Fakafanua.

Putu menyampaikan Sarinah merupakan mal bersejarah di Indonesia karena terkait dengan Presiden RI pertama Soekarno alias Bung Karno.

Padahal Batik Sudah Diakui UNESCO, Sayangnya Pengrajinnya Terus Berkurang

“Mal ini adalah prakarsa proklamator kita Bung Karno, di mana beliau memprakarsai Pusat Perbelanjaan Sarinah,” kata Putu dalam keterangannya pada Kamis, 1 Agustus 2024.

Dia menceritakan, Sarinah sebagai sosok penting bagi Bung Karno karena figur yang mengasuhnya saat beliau berusia kecil. Bagi Putu, keberadaan Sarinah merupakan satu sejarah yang patut diketahui oleh berbagai negara, khususnya Lord Fakafanua. 

Forum G20 di Brasil, Fadli Zon Serukan Repatriasi Artefak Budaya untuk Pemulihan Keadilan Sejarah

Putu bilang kondisi Sarinah menampilkan komitmen sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam menghadirkan produk seni budaya dan produk lokal dari berbagai provinsi di Tanah Air.

“Kita ingin menampilkan bahwa komitmen Sarinah sebagai Badan Usaha Milik Negara ingin menghadirkan produk-produk lokal, produk budaya dan produk seni di Indonesia," ujar Anggota DPR Fraksi Partai Demokrat itu.

Wakil Ketua BKSAP DPR Putu Rudana dan Ketua Parlemen Tonga Fatafehi Fakafanua

Photo :
  • Istimewa

Pun, dia menuturkan, jika mendatangi Sarinah maka banyak kain tenun, batik, baju-baju batik. Belum lagi kesediaan kerajinan tangan, ukiran, kerajinan besi dan souvenir lainnya yang menunjukkan kekayaan seni budaya Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Putu mempromosikan batik sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia. Dia membanggakan batik saat ini banyak yang memakainya seperti tokoh di dunia antara lain mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela. 

“Saat itu kita melihat dan memilih batik, dia (Lord Fakafanua) juga membeli batik. Dia sungguh sangat senang karena bahan batik ini bisa digunakan di kawasan tropis termasuk di negara kepulauan Pasifik," jelas Putu.

Menurut dia, kondisi di Indonesia yang berada di Katulistiwa dengan suhu sepanjang tahun panas cocok menggunakan pakaian batik. Ia mengenang peristiwa 1990 saat Presiden ke-2 RI Soeharto yang memberikan cinderamata batik kepada Nelson Mandela sebanyak 6 setel. 

Ketika itu, jadi momen yang menarik perhatian karena Mandela jatuh cinta dengan produk batik RI. Sejak saat itu, Nelson Mandela sering mengenakan pakaian batik. 

"Kerap hadir mengenakan batik dalam berbagai acara kenegaraan di forum nasional maupun internasional, termasuk di forum PBB," ujar Putu.

Untuk diketahui, pada 2 Oktober 2009, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pendudukan, Keilmuan, dan Kebudayaan (UNESCO) menetapkan batik sebagai Masterpieces of the Oral and the Intangible Heritage of Humanity atau Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi dari Indonesia.

Putu mengatakan untuk memperkuat hubungan khususnya dengan negara-negara pasifik, Parlemen RI bersama parlemen negara kepulauan pasifik berkomitmen terus mengawal perdamaian dan keamanan kawasan. Selain itu, mendorong trade dan kerjasama ekonomi yang sustainable dan inklusif sesuai dengan konsep green economy.

“Kemudian berikutnya adalah hubungan socio-cultural, di mana kita ingin masyarakat kedua kawasan meningkatkan hubungan people-to-people, salah satunya melalui budaya maupun pariwisata,” jelas Ketua Asosiasi Museum Indonesia itu.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya