Jelang Sidang PK, Saka Tatal Jalani Tes Psikologis dengan Kondisi Tidak Stabil dan Penuh Emosi
- YouTube @tvOne
VIVA – Saka Tatal, mantan terpidana dalam kasus pembunuhan dan pemerkosaan Vina Cirebon yang terjadi pada tahun 2016 menjalani asesmen psikologis pada Jumat 19 Juli 2024. Asesmen psikologis ini digelar oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) di salah satu hotel di Kota Bandung.
Sebelumnya, diketahui Saka Tatal merupakan terpidana termuda yang dijatuhi hukuman dalam kasus tersebut dan divonis 8 tahun penjara saat usianya masih 15 tahun. Namun, Saka Tatal mengaku sebagai korban salah tangkap dan tidak pernah terlibat dalam pembunuhan tersebut
Saka Tatal telah menerima surat asesmen dari LPSK pada 18 Juli lalu. Penilaian psikologi ini dilakukan setelah Saka Tatal mengajukan permohonan perlindungan ke LPSK. Hal ini dilakukan karena Saka Tatal memutuskan untuk mengajukan Peninjauan Kembali (PK) dalam kasus Vina dan Eky.
Titin Prialianti, salah satu kuasa hukum Saka Tatal mengatakan bahwa kondisi kliennya itu sudah tidak stabil sejak awal, bukan hanya saat menjelang sidang PK.
"Sebetulnya bukan hanya saat ini, Saka ketika di rumah, ketika dalam kondisi bermain dengan teman-temannya, ada kondisi yang dia tidak stabil," kata Titin Prialianti pada Jumat (19/7/24), dikutip dari kanal Youtube tvOneNews.
Menurut Titin, ketika membicarakan masa lalunya, Saka tampak menyimpan kepahitan yang mendalam. Sehingga dalam percakapan santai dengan teman atau keluarga, emosi Saka Tatal terlihat tidak stabil.
"Aura kemarahannya, gesture tubuhnya, itu seperti menyimpan kepahitan yang luar biasa," ungkapnya.
Kembali mencuatnya kasus Vina yang sebelumnya tenggelam sejak tahun 2016 membuat Saka seolah dipaksa untuk mengingat kembali peristiwa pahit dalam hidupnya semasa di penjara. Termasuk dugaan penganiayaan terhadap kepolisian. Pengacara Saka menyatakan kekhawatiran tentang kondisi psikologis Saka yang masih menyimpan dendam masa lalu.
"Saya juga kalau Saka Tatal sedang emosinya naik, kemudian saya khawatirnya juga dia menyimpan dendam masa lalunya, itu sebenarnya yang saya khawatirkan" tambahnya.
Meskipun tidak ada masalah dengan proses hukum, fokus utama kuasa hukum Saka Tatal saat ini adalah memperbaiki kondisi psikologis dan mental Saka menjelang sidang PK. Hal ini penting agar ketika di persidangan Saka harus menceritakan kasusnya, ia bisa melakukannya dengan stabil dan tidak emosional. Pengacaranya khawatir jika Saka tidak dalam keadaan stabil seperti sekarang, Saka mungkin akan marah dan berbicara dengan emosi yang meledak-ledak.
"Kalau misalnya dia berada dalam kondisi kemarahan yang tersimpan, itu saya khawatir ada kalimat-kalimat yang bentuk kemarahan," jelas Titin Prialianti.