Sufmi Dasco Dinilai Layak Sandang Guru Besar, Pengabdian di Dunia Pendidikan Tak Perlu Diperdebatkan
- DPR RI
Jakarta - Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad mendedikasikan hidupnya mengabdi untuk pendidikan di Indonesia. Ia tercatat pernah mengajar di Universitas Az-Zahra Jakarta fakultas ilmu hukum dalam kurun waktu 2016 hingga 2018 dan ini dibenarkan oleh forum dosen Universitas Az-Zahra.
“Saya menyatakan bahwa Prof. Dr. Sufmi Dasco Ahmad adalah benar telah mengajar di Kampus Universitas Az-Zahra,” ujar Ketua Umum Forum Dosen Az-Zahra Hamdan Nugroho dalam keterangannya dikutip di Jakarta, Jumat, 12 Juli 2024.
Hamdan menuturkan dukungan dari Forum Dosen Az-Zahra ini untuk menegaskan kepada publik bahwa Dasco telah mendedikasikan pengabdiannya di lingkungan kampus Az-Zahra.
“Kami Forum Dosen Universitas Az-Zahra memastikan status tersebut sebagai wujud kepedulian kepada Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sufmi Dasco Ahmad, S.H., M.H yang merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari keluarga kami. Sebagai insan yang pernah mengabdi di Civitas Akademika Universitas Az-Zahra,” ujarnya.
Sementara itu pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), Haidar Alwi menyayangkan podcast media nasional yang meragukan keabsahan profesor atau guru besar Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad.
Haidar menjelaskan, podcast terkait menyebut ada kejanggalan dalam salah satu jurnal internasional Sufmi Dasco Ahmad sebagai syarat menjadi guru besar.
Jurnal Dasco itu dipublikasikan oleh Ayer Journal asal Spanyol Tahun 2020 Volume 27 Nomor 4. Sedangkan dalam website resmi Ayer Journal, tahun 2020 hanya ada Volume 117, 118, 119 dan 120. Tidak ada Volume 27.
“Seharusnya dilakukan uji informasi, konfirmasi dan verifikasi terkait perbedaan yang ditemukan. Seperti uji informasi terhadap jurnal Reda Manthovani dan Siti Nur Azizah, medianya bisa menghubungi pihak jurnal di India dan Malaysia bahkan sampai datang langsung ke Inggris. Kenapa informasi jurnal Dasco tidak diuji juga? Padahal bisa berkirim e-mail ke Ayer Journal atau datang langsung ke Spanyol,” jelas Haidar Alwi.
Ia yakin, Ayer Journal Tahun 2020 Volume 27 bukanlah imajinasi Dasco semata yang sengaja dikarang-karang untuk menjadi profesor atau guru besar. Sebab, R Haidar Alwi menemukan setidaknya ada tujuh jurnal lainnya dari Indonesia yang juga diklaim sejumlah peneliti dimuat dalam Ayer Journal Tahun 2020 Volume 27.
Haidar mengingatkan terkait Pasal 3 Kode Etik Jurnalistik yang terkait pengujian informasi dan pemberitaan yang berimbang.
"Di sini pentingnya uji informasi, konfirmasi dan verifikasi supaya tidak terburu-buru menilai apalagi menghakimi yang dapat merugikan pihak lain. Mana tahu ada suatu kondisi disclaimer kebijakan internal Ayer Journal yang tidak diketahui karena keterbatasan bahasa (Spanyol) maupun informasi yang dapat diperoleh,” pungkasnya.
Sufmi Dasco mulai mengajar sejak 2010 saat aktivitas politiknya belum terlalu padat. Saat menjabat sebagai Wakil Ketua DPR pun Bang Dasco (sapaan akrab para kerabat) tidak meninggalkan aktivitas mengajar nya, bahkan kerap berinovasi melalui team teaching dan mengajar lewat daring.
Isu yang baru baru ini beredar mempertanyakan gelar Guru Besar cukup menggugah hati Lutfi Dipa, Ketua Umum Bepro (Perkumpulan Pemuda profesional yang dibimbing oleh Sufmi Dasco). Lutfi Dipa cukup dekat dengan Sufmi Dasco, dan ia menyaksikan sendiri betapa gigihnya Sufmi Dasco dalam dunia Pendidikan.
"Bicara soal sepak terjang beliau di dunia pendidikan rasanya tidak perlu diperdebatkan, buat kami bang Dasco sosok inspiratif yang memang layak dianugrahkan Guru Besar,” kata Lutfi Dipa.
“Kita anak muda butuh belajar banyak hal dari senior senior kami, belajar bisa dengan siapa saja salah satu nya dari bang Dasco, beliau banyak memberikan ilmu politik dan hukum kepada kami melalui sharing session dimana saja dan kapan saja. keresahan kami anak anak muda Indonesia akhir akhir ini banyak di jawab oleh beliau. Indonesia membutuhkan banyak sekali anak anak muda yang cerdas, berani dan berdampak,” tambahnya.
Seiring dengan pernyataan Lutfi Dipa, Wasekjen Gerindra dan juga Dewan Penasehat Bepro Kawendra Lukistian juga menanggapi isu tersebut
“Buat gue sih simple, gue yang tidak sesibuk beliau aja sampai saat ini mau lanjut doktoral ngumpulin semangatnya ampun-ampunan, ini beliau dengan segudang padatnya kesibukan dan berbagai amanah yang diemban dan bisa tetap konsen ke akademik, harusnya bisa jadi contoh untuk kita semua generasi muda,” pungkasnya.