Terima Kunjungan Grand Syaikh, Hedar Nashir Jelaskan Sejarah Panjang Muhammadiyah dan Al-Azhar

Sumber :
  • VIVA.co.id/Edwin Firdaus

Jakarta - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyambut kunjungan kehormatan dari Grand Syaikh Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmad Al-Tayyeb, bersama rombongan delegasi dari Al-Azhar dan Dr. Abdus Salam yang mewakili Majelis Hukama Islam, hari ini Kamis, 11 Juli 2024.

Forum G20 di Brasil, Fadli Zon Serukan Repatriasi Artefak Budaya untuk Pemulihan Keadilan Sejarah

Pertemuan tersebut berlangsung di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta. Haedar memaparkan sejarah antara organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan pada 1912 itu dengan Al-Azhar.

"PP Muhammadiyah menyampaikan terima kasih atas kunjungan Grand syekh dan kami menyampaikan bahwa antara Muhammadiyah dan Al-Azhar maupun sebenarnya umat Islam dan bangsa Indonesia dengan Al-Azhar itu punya sejarah yang panjang,” kata Haedar Nashir seusai pertemuan.

Muhammadiyah Turun Langsung, Ikhtiar Cegah Kerusakan Lingkungan Dengan Langkah Ini

Haedar menjelaskan, sejak Kiyai Dahlan bermukim di Mekah dan belajar dari Muhammad Abduh dan Rashid Ridho, pemikiran pembaharuan telah menginspirasi Muhammadiyah. Sejumlah tokoh Muhammadiyah, seperti Kiai Mas Mansur, yang menjabat Ketua PP Muhammadiyah pada tahun 1937 itu, juga merupakan lulusan Al-Azhar.

"Al-Azhar menjadi pusat pemikiran-pemikiran maju. Al-Azhar menjadi pusat untuk lahirnya para ulama besar di Indonesia. Kami menerima di gedung ini untuk juga bahwa hubungan antara kami dengan Al-Azhar itu juga hubungan yang berkeluargaan, mengeluarga, tidak terlalu formalistik,” jelas Haedar.

Jordi Onsu Temukan Ketenangan dalam Islam, Blak-Blakan Pernah Ikuti Kajian

Dalam ceramahnya, lanjut Haedar, Grand Syaikh Al-Azhar menekankan pentingnya moderasi (wasathiyah) dalam beragama dan memegang teguh prinsip ajaran Alquran dan As-Sunnah. Grand Syaikh juga menyoroti pentingnya ilmu hadis dalam Islam, yang dinilai sangat kompleks dan menjadi rujukan bagi para orientalis.

"Beliau sampaikan bahwa Al Azhar dan Muhammadiyah itu terus perlu meningkatkan kerja sama, bukan hanya dalam hal wasatiyah, tetapi membawa kemajuan umat Islam. Kata beliau bahwa perbedaan paham, perbedaan madhab dan lain sebagainya yang ini juga sejalan dengan kami. Tidak menjadi kendala kita untuk bersatu, tetapi lebih penting dari itu bersatu dan maju,” kata Haedar.

Haedar menambahkan, Grand Syaikh juga menegaskan bahwa hubungan antara Indonesia dan Mesir, serta hubungan antara organisasi Islam, harus terus dipererat. Selain itu, Al-Azhar berkomitmen untuk terus menambah beasiswa bagi siswa-siswa Indonesia, termasuk dari Muhammadiyah.

Haedar menutup pertemuan dengan pesan untuk umat Islam di Indonesia, agar terus mengejar kemajuan di bidang ekonomi dan ilmu pengetahuan. 

“Maka ke depan itu penguasaan IPTEK dan juga bagi dunia pendidikan itu mengembangkan sains dna teknologi itu menjadi keniscayaan," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya