Eks Anak Buah SYL Baca Pleidoi: Saya Cuma Bawahan Tak Miliki Kekuasaan Paksa Atasan

Sidang Tuntutan Mantan Direktur Alsintan Kementan, Muhammad Hatta
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

Jakarta – Mantan anak buah Syahrul yasin Limpo alias SYL, Muhammad Hatta mengajukan nota pembelaan atau pleidoi dalam kasus pemerasan dan penerimaan gratifikasi di Kementerian Pertanian (Kementan) RI. Dalam pembelaannya, ia mengakui bahwa dirinya tidak memiliki kekuasaan lebih untuk melakukan pemaksaan kepada seorang atasan atau pimpinan.

Dipanggil Terkait Kasus Abdul Gani Kasuba, KPK Ingatkan David Glen Oei Harus Kooperatif

Muhammad Hatta membacakan nota pembelaannya atau pleidoi di Pengadilan Tipikor pada PN Jakarta Pusat,Jumat 5 Juli 2024. Hatta mulanya menjelaskan jenjang karirnya sebelum akhirnya menjabat sebagai direktur alat dan mesin di Kementan RI.

"Malangnya banyak yang menyangsikan jika ingin menjadi Direktur Pupuk maka harus sarjana pupuk, atau sarjana pertanian. Padahal posisi itu bukan membuat pupuk yang butuh ahli kimiawi. Di jabatan itu membutuhkan ilmu pemerintahan dan manajemen, bagaimana agar pupuk itu terdistribusi secara maksimal," ujar Hatta di ruang sidang

Uang Rp372 Miliar terkait Kasus Korupsi Ekspor CPO Kembali Disita, Begini Penampakannya

Eks Direktur Mesin dan Alat Pertanian, Muhammad Hatta

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Hatta pun menyinggung sejumlah tuduhan yang justru menyasar kepadanya hingga banyak pihak yang meragukan dirinya menjabat sebagai pejabat eselon I di Kementan RI.

173 Orang Sudah Diperiksa Terkait Kasus yang Jerat Firli Bahuri, Siapa Saja?

"Tuduhan-tuduhan itu terjadi di persidangan. Hanya karena tak ada bukti yang menunjukkan SYL bermufakat atau memerintahkan saya, tak ada direct evidence jika jabatan itu hadiah SYL maka ditarik fakta jauh. Disinggung lah almamater saya sebagai alumni IPDN yang hanya urusi pemerintahan. Saya dianggap tak layak duduk sebagai direktur pupuk karena latar belakang pemerintahan," kata Hatta.

Kemudian, Hatta menjelaskan tahta bawahan kepada seorang atasan. Ia menyebutkan bahwa sebagai bawahan tidak bisa melakukan unsur pemaksaan kepada atasannya.

Hatta menyebutkan dirinya adalah seorang korban sekaligus tersangka dalam kasus korupsi.

"Di persidangan yang berjalan ini, saya mengetahui unsur esensial pemerasan itu adanya paksaan. Para eselon 1 mengaku dirinya terpaksa. Lalu bagaimana dengan saya Eselon II? Saya cuman bawahan. Apa dikiranya saya nggak miliki perasaan yang sama? Saya bawahan Eselon II tak miliki kekuasaan memaksa atasan," ucap Hatta.

"Saya ulangi, saya bawahan Eselon II tak miliki kekuasaan memaksa atasan. Pun di persidangan ini terbukti saya tidak pernah memaksa. Saya juga korban pengancaman dan pemerasan dari Imam Mujahidin Fahmid (Eks Stafsus SYL). Jadi dalam perkara ini, saya menjadi pelaku sekaligus korban," sambungnya.

Maka itu, Hatta juga meminta maaf kepada publik terkait kasus rasuah yang sudah membuat gaduh. Hatta menyampaikan permohonan maaf kepada orang tua, istri dan buah hatinya.

Kemudian, Hatta pun mengaku bahwa dirinya akan siap mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Ia memohon kepada majelis hakim agar memberikan hukuman secara adil.

"Secara pribadi, saya siap mempertanggungjawabkan perbuatan saya. Tidak diciptakan laki-laki Bugis lari dari tanggung jawab. Tetapi saya mohon kebenaran yang bersumber dari fakta persidangan. Bukan untuk nama baik saya," kata Hatta dengan suara bergetar.

"Tetapi semata-mata agar rakyat tahu apa yang telah saya lakukan dan jadi pembelajaran di masa datang. Saya mohon putusan seadil-adilnya. Keadilan proporsional yang melihat dari segala sisi motivasi dan kebatinan saya. Ini mungkin curahan hati," ujarnya.

Diketahui, Hatta telah dituntut enam tahun penjara dalam kasus korupsi di Kementan RI. Hatta merupakan salah satu terdakwa dalam kasus rasuah di Kementan bersama SYL dan Kasdi Subagyono.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya