Sosok Prof Bus di Mata Sivitas Akademika FK Unair
- VIVA.co.id/Nur Faishal (Surabaya)
Surabaya – Pemecatan Profesor Budi Santoso atau Prof Bus dari jabatan Dekan Fakutas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya memantik polemik. Sebab, ada dugaan kuat pemecatan tersebut konsekuensi dari penolakan Prof Bus atas program impor dokter asing yang dilakukan pemerintah, dalam hal ini Kemenkes RI.
Sivitas akademika FK Unair pun tak terima. Puluhan guru besar dan dokter muda dari FK menggelar aksi di halaman Kampus A Unair Surabaya pada Kamis, 4 Juli 2024. Mereka menyuarakan protes atas pemecatan Prof Bus oleh Rektor Unair. Mereka mengungkapkan kekecewaan melalui karangan bunga, poster-poster, dan orasi.
Mereka menilai pemecatan Prof Bus tak memenui syarat. Tak ada satu pun syarat pemberhentian yang ditentukan dalam statuta ada dalam diri dan tindakan Prof Bus. Dan Prof Bus sendiri mengakui bahwa sebelum dipecat dia dipanggil Rektor Unair terkait suaranya yang menolak kebijakan impor dokter asing.
Sebaliknya, di mata guru besar, sejawat, dan pegawai di FK Unair, Prof Bus adalah pemimpin yang dibanggakan dan layak diapresiasi. “Nama Unair itu naik 308 sekarang. Dan segala macam prestasi, kebanyakan dari Fakultas Kedokteran yang dipimpin oleh Prof Bus. Justru di tangan dialah Unair mengalami kemajuan pesat,” kata mantan Rektor Unair Profesor Puruhito yang juga ikut dalam aksi.
Atas alasan itulah ia mendesak pimpinan Unair agar mencabut keputusan dan mengembalikan jabatan Dekan FK kepada Prof Bus. “Sehingga kemudian kita semua kembali maju seperti yang disampaikan dalam hymne, Airlangga Engkau Tetap Jaya,” ujar Puruhito.
Sementara itu, dalam orasinya Profesor Hafid mengatakan bahwa pemecatan Prof Bus bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi di lingkungan kampus. Karena itu ia mengajak seluruh sivitas akademika, terutama di Fakultas Kedokteran Unair, agar berani bersuara menentang pemecatan Prof Bus oleh pimpinan Unair.
“Tahukah saudara? Hingar bingar demokrasi, hingar bingar keadaan di luar kampus, tidak ada suatu pun aktivitas sivitas akademika yang bisa dilakukan. Kenapa? Karena kita dijadikan katak dalam tempurung. Hari ini sudah berakhir saudara-saudara,” teriak Prof Hafid membakar semangat peserta aksi.
“Mulai hari ini kita harus berani berbicara, apa yang benar harus kita sampaikan, keadilan harus kita sampaikan. Jangan jadi penjilat, jangan jadi munafik karena takut jabatannya tidak naik," imbuhnya.
Prof Bus diberhentikan dari jabatannya sebagai Dekan FK Unair sejak Rabu, 3 Juli 2024, lalu. Keputusan pihak Kampus diduga karena Prof Bus menyuarakan penolakan atas program impor dokter asing yang diberlakukan pemerintah, dalam hal ini Menerima Kesehatan RI.
Prof Bus membenarkan bahwa dirinya dipecat dari jabatan Dekan FK. Ia juga mengiyakan bahwa itu adalah konsekuensi yang diterima akibat suara lantangnya menyuarakan penolakan impor dokter asing. "Proses saya dipanggil berkaitan dengan itu," katanya.
Prof Bus mengaku dipanggil oleh Rektor Unair pada Senin, 1 Juli 2024. Setelah itu ia diberhentikan secara resmi dari Dekan FK sejak Rabu kemarin. "Karena rektor pimpinan saya dan saya ada perbedaan pendapat, dan saya dinyatakan berbeda," ujarnya memberikan penjelasan kepada wartawan.
Sementara itu, Kepala Pusat Komunikasi dan Informasi Publik Unair, Martha Kurnia, menjelaskan bahwa pertimbangan pimpinan Unair dalam memberhentikan Prof Bus merupakan kebijakan internal untuk menerapkan tata kelola yang lebih baik guna penguatan kelembagaan, khususnya di lingkungan FK Unair.
"Kami menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Prof Dr dr Budi Santoso SpOG(K) atas semua pengabdian dan jasa-jasanya selama memangku jabatan tersebut," tulis Martha dalam keterangan tertulisnya.