Ketua KPU Hasyim Asy'ari Dipecat karena Asusila, Sempat Ceramah tentang Sifat Kebinatangan Manusia
- VIVA.co.id/Yeni Lestari
VIVA – Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) mengambil keputusan untuk menghentikan Hasyim Asy'ari dari jabatannya sebagai Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU). Keputusan ini diambil setelah DKPP menemukan bahwa Hasyim Asy'ari telah melakukan tindakan asusila, sehingga melanggar kode etik yang berlaku di KPU.
"Menjatuhkan sanksi pemberhentian tetap kepada teradu Hasyim Asy'ari selaku Ketua merangkap Anggota Komisi Pemilihan Umum terhitung sejak putusan ini dibacakan," ujar Ketua DKPP Heddy Lugito saat membacakan putusan di Jakarta pada Rabu (3/7/24).
Hasyim Asy'ari diduga melakukan tindakan asusila terhadap salah satu anggota Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) perempuan yang bertugas di Eropa. Tindakan asusila ini melibatkan pembinaan hubungan personal dan romantis dengan PPLN di luar negeri. Korban dugaan asusila mengalami trauma dan memerlukan pendampingan psikolog saat menghadiri sidang di DKPP.
Sebelumnya, pada Idul Adha 1445 H di Simpang Lima, Semarang Jawa Tengah, Hasyim Asy'ari menjadi khutbah dan berceramah tentang moralitas manusia.
Awalnya, Hasyim Asyari menceritakan sejarah dan nilai-nilai Idul Adha. Dia menguraikan pengorbanan Nabi Ibrahim dan keikhlasan Nabi Ismail yang menjadi titik awal dari perayaan Idul Adha.
Dengan kebesaran Allah SWT, Nabi Ismail digantikan oleh seekor domba saat saat hendak disembelih. Setelah itu, umat Islam mengenali Idul Adha dan berkurban.
"Agama kita agama Islam menerapkan menyembelih hewan ternak, domba kambing, sapi, kerbau atau unta," kata Hasyim dalam ceramahnya, pada Senin (17/6/2024).
Menurut Hasyim, Idul Adha memiliki keterkaitan dalam mengatasi sifat-sifat kebinatangan yang ada dalam diri manusia. Sifat-sifat binatang tersebut dinilai Hasyim sebagai sifat negatif yang ada dalam diri manusia dan harus dihilangkan.
"Sifat kebinatangan di manusia harus disembelih. Perbuatan manusia dilandasi tauhid, iman dan taqwa. Sifat mementingkan diri sendiri, sifat sombong, mementingkan dirinya dan golongannya. Selalu curiga, sebarkan informasi yang tidak benar, fitnah, rakus. Itu sifat tercela," tegasnya.
Hasyim menilai proses kurban tidak hanya tentang pengorbanan fisik hewan ternak, tetapi juga merupakan simbolisme spiritual dalam mengendalikan naluri dan emosi manusia untuk mencapai keberkahan dan kesucian batin.