Ridwan Kamil dan Kaesang Ramai Dibicarakan untuk Pilkada tapi Galau, Menurut Pakar Politik

Warga DKI Jakarta Lakukan Pemungutan Suara Pilkada (foto ilustrasi)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Depok - Dosen politik Universitas Indonesia (UI) Aditya Perdana mengomentari dua kandidat calon kepala daerah Ridwan Kamil dan Kaesang Pangarep belakangan ramai dibicarakan dalam kapasitas mereka untuk berkompetisi di salah satu dari tiga provinsi.

Wapres Gibran Sebut Kunci di Kabinet Merah Putih Ada di Muhammadiyah

Nama RK ramai dibicarakan di Jakarta dan Jawa Barat, sedangkan Kaesang juga ramai dibicarakan di Jakarta dan Jateng.

"Keduanya berpotensi untuk dicalonkan sebagai gubernur ataupun wakil gubernur. Pertanyaannya adalah kenapa dua calon kepala daerah ini menarik diperbincangkan, tetapi di sisi lain galau dalam menentukan pilihannya," kata Aditya Perdana di Depok, Selasa, 3 Juli 2024.

Indikator Politik: Dedi Mulyadi Unggul Telak 71,5 Persen di Pilgub Jawa Barat

Anies Baswedan (kanan) dan Ridwan Kamil (kiri)

Photo :
  • Instagram @aniesbaswedan

Aditya Perdana mengatakan kedua nama tersebut gamang karena kedua nama ini memang beririsan dengan pemerintahan Jokowi dan rezim pemerintahan terpilih yaitu Prabowo.

Jadi Pilihan Prabowo, Ahmad Ali-AKA Pastikan Pembangunan Infrasuktur yang Merata Ketika Menang

Ketua Umum PSI Kaesang adalah anak dari Presiden Jokowi sedangkan Ridwan Kamil adalah politisi Golkar yang menjadi pendukung pemerintaha Jokowi dan Prabowo mendatang.

Menurut Aditya dalam kacamata Koalisi Indonesia Maju yang menjadi pendukung rezim transisi Jokowi dan Prabowo beberapa bulan ini, konstruksi pencalonan yang sebangun dengan pemerintahan pusat dan daerah adalah sebuah harapan yang ingin didorong oleh para politisi ini agar dalam 5 tahun ke depan terjadi sinkronisasi Pembangunan pemerintahan pusat dan daerah dengan baik.

Ketum PSI Kaesang Pangarep dan para elite PSI di Jakarta.

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Sehingga, kedua nama ini tentunya punya harapan untuk dipasangkan dengan calon yang disiapkan untuk menang dalam kerangka yang diinginkan oleh koalisi.

Kedua, kata Aditya yang juga Direktur Eksekutif Algoritma Research and Consulting, kedua nama ini memang memiliki potensi popularitas dan elektabilitas yang menjanjikan dengan tentunya dukungan dan instrumen kekuasaan yang dapat dioptimalkan dalam masa kampanye pilkada nanti. Kaesang memang punya popularitas dan elektabilitas yang baik di Jateng, meskipun hal yang terjadi di Jakarta tidak demikian.

Namun PSI relatif sangat baik perolehan kursi dan suaranya di Jakarta sehingga berpotensi positif bisa berkompetisi di Jakarta pula.

Warga menentukan pilihannya dalam Pilkada. (ilustrasi)

Photo :
  • ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

 
Sementara, RK memiliki potensi yang sangat baik untuk menang di Jabar karena posisinya sebagai Gubernur petahana. Di Jakarta, memang RK juga memiliki popularitas dan elektabilitas yang juga memadai.

Meskipun demikian, potensi yang menghambat RK di Jakarta tentu adalah potensi elektabilitas yang sangat baik dimiliki oleh Anies Baswedan.

Sehingga, inilah kenapa Golkar menilai RK berpeluang menang berada di Jabar ketimbang Jakarta.

Ketiga, dari sisi wilayah pertarungan, Jakarta, Jabar dan Jateng memang provinsi yang keras dalam kompetisi ini karena menyangkut daerah pertarungan yang tidak lepas dari Pilpres Februari 2024. Jakarta memiliki pendukung yang berasal dari Anies yang kuat seperti PKS.

Jateng juga memiliki pendukung yang solid dari Ganjar dan PDIP sehingga, rivalitas dari para calon dan partai politik yang berkompetisi masih menyisakan emosi yang belum tuntas karena pihak yang menang ingin mendapatkan kekuasaan yang mutlak dan besar di provinsi besar sementara pihak yang kalah ada potensi untuk rebound (kembali mencetak keunggulan).

Namun, di tiga daerah ini tidaklah mudah karena ada potensi kandidat lain yang bisa muncul secara tiba-tiba dan mengambil keuntungan apabila tidak dipersiapkan strategi yang tepat dari kedua belah pihak yang berkeinginan menyisakan pertarungan ini.

Kehati-hatian dari kedua belah pihak dalam menentukan dukungan sangat terlihat sekali belakangan ini.
 
Aditya mengatakan kedua calon ini memang tidak dapat memutuskan secara independen dan personal karena keduanya memiliki ikatan yang kuat dengan partai politik yang menaungi, koalisi yang mendukung pemerintahan yang ada serta khusus Kaesang keluarga politik Jokowi yang tentu perlu dipertimbangkan secara serius. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya