Kekeringan, Petani di Lombok Tanam Tembakau Pakai Es Batu

Seorang petani di Lombok Timur menanam tembakau menggunakan es batu (istimewa)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Satria Zulfikar (Mataram)

VIVA – Nusa Tenggara Barat saat ini memasuki musim kemarau. Imbasnya beberapa wilayah sudah mulai mengalami kesulitan air bersih. Salah satu yang terdampak adalah petani di selatan Lombok Timur.

Dukung Percepatan Swasembada Pangan, Petrokimia Gresik Sebar 54 Taruna Makmur ke Berbagai Daerah

Petani di Desa Pemongkong, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur harus memutar otak bagaimana bercocok tanam saat musim kemarau. Mereka menanam tembakau menggunakan es batu karena sulitnya mendapat pasokan air.

Es batu hanya untuk penanaman awal. Nantinya, mereka akan membeli air dengan jumlah besar untuk menghidupi tembakau mereka.

Menko Pangan Zulhas Optimis Tahun Depan Setop Impor Gula

“Kita beli es batu untuk penanaman awal saja. Kalau setelah itu kita beli air biasa,” ujar seorang petani setempat, Buniamin, Selasa, 2 Juli 2024.

Dia menjelaskan es batu menjadi alternatif menanam di tengah kondisi kekeringan saat ini. Itu diuntungkan dengan kondisi tanah di sana adalah tanah liat, sehingga resapan air melalui es batu cukup bagus.

Kemenperin Soroti Dampak ke Industri dalam Rancangan Permenkes soal Tembakau

“Wilayah sini tanahnya banyak yang seperti tanah liat. Kalau pakai air langsung, akan tergenang. Jadinya pakai es batu agar resapannya bagus,” ujarnya.

Buniamin menjelaskan, untuk penanaman per 10.000 bibit tembakau rata-rata menghabiskan 60 balok es batu berukuran besar. Itu tentu akan menguras kantong petani.

“Harga per baloknya itu Rp15.000. Itu hanya untuk penanaman awal saja,” ujarnya.

Sedangkan untuk penggunaan air, petani rata-rata menghabiskan dua tanki air berukuran besar untuk menyirami 10.000 bibit tembakau per hari. Harga per tangkinya pun bervariasi dan cukup mahal. Mulai dari Rp125.000-Rp250.000, bergantung pada jarak tempuh.

Hingga musim panen tiba, petani bisa menghabiskan 50 tanki air.

“Kalau sekarang setiap hari kami melakukan penyiraman. Penyiraman sekali saja tapi untuk 10 ribu tanaman tembakau itu membutuhkan dua tangki per hari,” ujarnya.

Buniamin menjelaskan selama tiga bulan terakhir hujan tidak turun di sana. Kondisi kemarau dan kekurangan air berdampak terhadap pertumbuhan tembakau.

 “Rata-rata tanaman tembakau di Desa Pemongkong ini terdampak. Mungkin sekitar 10 hektare lebih yang mengalami gagal tumbuh. Tembakaunya tidak mati, tapi layu karena terlalu panas,” ujarnya.

Kepala Dinas Pertanian Lombok Timur, Sahri mengatakan, Lombok Timur saat ini sudah memasuki musim kemarau. Sehingga besar kemungkinan terjadi kekeringan. Akan tetapi pihaknya telah memetakan beberapa wilayah yang menjadi langganan kekeringan.

“Untuk mengatasi kekeringan ini kita berupaya untuk memanfaatkan penggunaan sumber-sumber air yang sudah ada. Tapi Pemanfaatan sumber air ini tentunya tidak dapat terpenuhi apabila kekeringan semakin meluas,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya