Bogor Selatan Jadi Kecamatan Tertinggi di Indonesia Transaksi Judi Online Capai Rp349 Miliar
- Kemenko Polhukam
VIVA – Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, menduduki peringkat tertinggi judi online dengan 3.720 orang dengan transaksi terbesar tingkat kecamatan se-Indonesia nilai Rp 349 Miliar.
Hal itu diungkap berdasarkan data PPATK yang diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) sekaligus Ketua Satgas Pemberantasan Judi Online, Hadi Tjahjanto.
"Judol ini merambah sampai ke tingkat desa, tingkat kelurahan, dan modusnya saya ulangi lagi bahwa jual beli rekening dan isi ulang di antaranya," kata Hadi di Jakarta.
Berikut daftar kecamatan yang disebut Hadi, Kecamatan Bogor Selatan pelaku sebanyak 3.720 dengan transaksi Rp349 miliar, kecamatan Tambora pelaku sebanyak 7.916 dengan transaksi Rp196 miliar, Kecamatan Cengkareng: pelaku sebanyak 14.782 dengan transaksi Rp176 miliar, Kecamatan Tanjung Priok pelaku sebanyak 954 dengan transaksi Rp139 miliar Kecamatan Kemayoran, pelaku sebanyak 6.080 dengan transaksi Rp118 miliar, Kecamatan Kalideres pelaku sebanyak 9.825 dengan transaksi Rp113 miliar, Kecamatan Penjaringan, pelaku sebanyak 7.127 dengan transaksi Rp108 miliar.
Mantan Panglima TNI ini akan memanggil perangkat camat dan kepala desa hingga lurah dan akan memberikan data alamat hingga handphone penjudi.
"Tindakan kami segerakan mengumpulkan para camat kemudian para kepala desa, lurah untuk turut serta memberantas dan harus bertanggung jawab bahwa di daerahnya dijadikan sarang untuk bermain judi online khususnya warganya, nanti akan kami berikan namanya, nomor handphone-nya, alamatnya, di mana itu," jelasnya.
Sasar Warga Kampung
Sebelumnya, Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Ivan Yustiavandana mengungkapkan praktik jual beli rekening untuk kebutuhan judi online.
Ivan menyebutkan, para oknum pelaku judi online datang ke kampung-kampung. Mereka meminta para warga untuk membuka rekening dengan bayaran Rp 100 ribu.
"Kasus judi online ini adalah rekening yang di-create oleh para pengepul. Jadi mereka datang ke kampung-kampung meminta kepada ibu-ibu, bapak-bapak, para petani untuk buka rekening, pakai online dan segala macam. Mereka buka dan satu orang itu bisa mengumpulkan ribuan," ucap Ivan di DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu, 26 Juni 2024.
Ivan mengatakan, ribuan rekening yang dibuat para warga itu kemudian dikumpulkan dan dijual kembali oleh para pengepul. Kata dia, para warga hanya diberikan uang Rp 100 ribu sebagai imbalan atas akses pembuatan rekening baru.
"Nah, ribuan ini dijual ribuan rekening ini kemudian dijual oleh para pengepul, untuk kemudian dia cuma ngasih Rp 100.000, kepada para pemilik nama tadi. Nah dia bisa jual kepada pihak lain dengan angka yang lebih besar dia dapat margin," tutur dia.
Ivan menjelaskan, mayoritas rekening yang digunakan itu inaktif. Pun, temuan itu diakui Ivan sudah lama diketahui PPATK.