Imbas PDNS 2 Diretas, 44 Instansi Migrasi Data-238 Masih Dimonitor
- ANTARA
Jakarta – Imbas serangan siber di Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2, Kominfo mengupayakan untuk migrasi data Instansi ke layanan lainnya untuk memulihkan layanan publik.
Wakil menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Nezar Patria mengatakan, saat ini sudah 44 instansi yang melakukan migrasi data dan 238 instansi masih dalam monitoring.
"Kami sudah identifikasi itu ada sekitar 44 instansi yang dalam proses, itu dia bisa langsung naik karena dia punya backup cukup baik. Sisanya sekitar 238 instansi itu masih dalam monitoring," kata Nezar di Jakarta, Rabu 26 Juni 2024 dikutip dari ANTARA.
Menurut Nezar Pemerintah berupaya maksimal agar pemulihan pada sebanyak 238 instansi lainnya bisa cepat diselesaikan agar layanan publik di beberapa instansi kembali normal dan optimal.
Sebelumnya pada Senin 24 Juni 2024, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dan Kementerian Kominfo mengidentifikasi ada sebanyak 211 instansi yang terdampak dari insiden serangan siber pada PDNS 2.
kemudian pada Selasa 25 Juni 202, angkanya bertambah menjadi 282 instansi yang terkena serangan siber.
Wamen Kominfo itu menegaskan bahwa pemerintah Indonesia tidak akan mengikuti permintaan berupa tebusan dari pemilik ransomware Brain Cipher yang merupakan turunan Lockbit 3.0 untuk memulihkan layanan ini.
Maka dari itu agar layanan publik bisa kembali pulih, Pemerintah memilih untuk melakukan migrasi data lewat pencadangan ke layanan-layanan cloud lainnya.
Pada proses migrasi data ini, Pemerintah melakukan penyisiran pada data-data yang akan dicadangkan agar tidak disusupi oleh ransomware yang menjadi penyebab PDNS 2 mengalami gangguan.
Sehingga menyebabkan proses pemulihan pada beberapa layanan publik terkesan memakan waktu yang tidak sedikit. Meski demikian diharapkan langkah dapat meningkatkan keamanan data layanan publik sehingga kejadian serangan siber tidak lagi terulang pada data-data yang dicadangkan.
Nezar pun memastikan untuk migrasi memiliki tempat yang aman dan bersih dari serangan.
"Nah ini nggak main-main karena nanti kalau itu semua data dipindahkan lalu ternyata di 'rumah' yang baru juga ada file yang ke hack kan itu jadi mengulang lagi. Jadi memang ini kita harus hati-hati," tutup Nezar.