Jadi Salah Satu Rukun Wajib Haji, Ini Asal Mula Adanya Lempar Jumrah di Mina
- YouTube berbagi Kisah
VIVA –  Melempar jumrah di kota Mina Arab Saudi adalah menjadi salah satu rukun wajib dalam rangkaian ibadah haji. Hukum melempar jumrah adalah wajib, apabila tidak dilaksanakan, maka jamaah haji dikenakan dam ibadah haji atau membayar denda.
Dilansir dari Buku Materi Manasik Haji Kementerian Agama, lempar jumrah adalah kegiatan melempar batu kerikil ke tiang yang berada di kompleks jembatan Jumrah di Kota Mina yang terletak di timur kota Mekkah, Arab Saudi.
Seperti yang diriwayatkan dalam hadis Muslim, "Jabir berkata, 'Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melontar satu jumrah saja (jumrah aqabah) pada waktu dhuha hari Nahar. Dan sesudah itu hari-hari berikutnya (tanggal 11 sampai dengan 13 Dzulhijjah) beliau melempar (tiga jumrah) setelah tergelincir matahari'" HR Muslim.
Adapun urutan melempar Jumrah dilakukan sejak 10 Dzulhijjah dimulai dari terbitnya matahari hingga terbit fajar di tanggal 11 Dzulhijjah, kemudian hari Tasyrik pada 11, 12 dan 13 Dzulhijjah, masing-masing jumrah melempar kerikil sebanyak 7 lontaran.
Namun bagaimana sebenarnya asal mula adanya lempar jumrah?
Sejarah Lempar Jumrah
Melempar jumrah berupa batu ke tiang tugu ini menjadi sebuah simbolis melempar setan, sebab tempat itu menjadi penanda setan muncul dan hawa nafsu yang menggoda hati manusia.
Ritual melempar batu ke tiang tugu di kota Mina dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS, ketika itu nabi Ibrahaim AS diperintahkan oleh Allah SWT lewat mimpi untuk menyembelih puteranya Nabi Ismail Alaihisalam.
Karena merupakan perintah Allah, Ibrahim pun tak ragu menjalankan perintah untuk menyembelih puteranya.
Namun pada saat perjalanan menuju tempat penyembelihan, setan berusaha menggoda dan menghalangi nabi Ibrahim untuk melaksanakan perintah Allah.
Setan menampakkan dirinya dalam berbagai bentuk di tiga lokasi berbeda. Setiap kali setan muncul, Malaikat Jibril memerintahkan Nabi Ibrahim untuk melemparinya dengan batu kerikil.
Setan menampakkan dirinya dalam berbagai bentuk di tiga lokasi berbeda. Setiap kali setan muncul, Malaikat Jibril memerintahkan Nabi Ibrahim untuk melemparinya dengan batu kerikil.
Tiga tempat tersebut kini dikenal dikenal sebagai lokasi melempar jumrah, yaitu Jumrah Ula, Jumrah Wustha, dan Jumrah Aqabah, yaitu:
1. Jumrah Ula: Setan pertama kali muncul di sini untuk menggoda Nabi Ibrahim agar mengurungkan niatnya. Atas perintah Malaikat Jibril, Nabi Ibrahim melempar setan tersebut dengan tujuh batu kerikil hingga setan menghilang.
2. Jumrah Wustha: Setan kembali muncul di lokasi kedua, mencoba menggoda Nabi Ibrahim sekali lagi. Nabi Ibrahim, dengan keyakinan dan ketaatan yang kuat, kembali melempar setan dengan tujuh batu kerikil.
3. Jumrah Aqabah: Di lokasi ketiga, setan muncul lagi untuk yang terakhir kalinya. Nabi Ibrahim, tetap teguh dengan perintah Allah, melempar setan tersebut dengan tujuh batu kerikil. Setelah lemparan ketiga ini, setan tidak muncul lagi.
Makna Lempar Jumrah
Melempar jumrah bukan sekadar melempar batu ke arah tugu. Ritual ini melambangkan perlawanan terhadap godaan setan dan komitmen untuk taat kepada perintah Allah.
Tindakan ini juga mengingatkan jemaah haji akan pentingnya menjaga diri dari godaan duniawi dan terus berpegang pada nilai-nilai keimanan dan ketaatan.