Mendagri Tito Sebut Presiden Jokowi ‘Bapak Pengendali Inflasi’

Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Muhammad Tito Karnavian
Sumber :
  • Kemendagri

Jakarta - Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian menyebut Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) sebagai ‘Bapak Pengendali Inflasi’. Sebab, Tito disematkan sebagai ‘Bapak Pengendali Inflasi’ oleh Menteri Pertanian, Andi Arman Sulaiman.

Pertumbuhan Ekonomi hingga Inflasi Dipastikan Terjaga PPN Jadi 12 Persen, Sistem Perpajakan Makin Kuat

"Kalau Puang (sebutan gelar bangsawan masyarakat Bugis) menyampaikan saya Bapak Inflasi, sebetulnya Bapak Inflasi adalah Bapak Jokowi,” kata Tito dikutip Antara pada Sabtu, 8 Juni 2024.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Persemaian Mentawir Kalimantan Timur

Photo :
  • Biro Pers Sekretariat Presiden
Jokowi Ajak 2 Cucunya Nonton Laga Timnas Indonesia Vs Filipina di Manahan

Karena, Tito yang merupakan mantan Kapolri ini mendapatkan perintah sebagai Menteri Dalam Negeri bulan September 2022 angkanya 6 persen. Saat ini, kata dia, angkanya mengalami penurunan pada Mei 2024 karena mendapatkan tugas dari Presiden Jokowi.

“Saya dapat perintah dari beliau itu bulan September 2022, ketika angkanya 6 persen. Kita memang pemerintah pusat menargetkan kendali inflasi pada angka 2,5 persen plus minus 1 persen. Artinya maksimal 3,5 persen dan paling rendah 1,5 persen,” jelas dia.

TNI Kembangkan Bibit Padi Unggul, Mentan: Luar Biasa

Menurut dia, Indonesia tidak akan bisa mencapai inflasi 0 persen. Karena, kata dia, Indonesia sebagai negara produksi, bukan seperti Singapura yang merupakan negara konsumsi serta tidak memiliki sawah dan petani. 

Kemudian, Tito menjelaskan bagaimana inflasi Indonesia bisa ditekan hingga 2,84 persen. Awalnya, Tito dipanggil oleh Presiden Jokowi ketika angka inflasi 6 persen pada September 2022. Saat dipanggil itu, Tito menyampaikan langkah yang harus dilakukan adalah daerah harus dikendalikan dan tidak boleh diam saja.

Kata Tito, ilmu menangani inflasi menurut Harvard cuma satu instrumen dan berlaku di seluruh dunia yaitu pengendalian bunga bank.

“Ketika kemudian terjadi inflasi tinggi, maka suku bunga dinaikkan. Begitu suku bunga dinaikkan, maka produksi akan turun, demand (permintaan) juga akan turun, otomatis inflasi akan turun. Tapi ketika inflasi terlalu rendah, maka bunga juga akan direndahkan supaya demand akan naik. Ilmunya itu,” jelas dia.

Akan tetapi, Tito mengaku pandangannya itu tidak disetujui Presiden Jokowi saat itu. Sebab, Tito mendapatkan perintah dari Presiden Jokowi agar menangani inflasi seperti mengatasi wabah pandemi COVID-19.

“Pak Jokowi bilang enggak, kita pakai ilmu yang lain, ilmu COVID-19. Semua seluruh dunia tidak ada yang ahli COVID, karena COVID yang terakhir sekali pandemi adalah pada saat tahun 1927, artinya 100 tahun lebih,” ungkapnya.

Akhirnya, kata Tito, Presiden Jokowi memerintahkan untuk dipetakan per wilayah mulai rumah sakit mana yang penuh, daerah dengan kasus meninggal terbanyak, hingga kasus positifnya tertinggi dikategorikan merah.

Sementara, untuk wilayah di luar kategori itu diberi tanda kuning dan hijau. Bagi yang kuning bisa bergerak, namun masih ada sejumlah pembatasan dan hijau bisa bergerak bebas. Kebijakan itu diambil sebagai langkah menyeimbangkan antara penanganan COVID-19 dengan pengendalian ekonomi, karena ada negara yang kencang dan berhasil menangani COVID-19 tetapi ekonominya kolaps.

Maka dari itu, Tito mengatakan Presiden Jokowi meminta langkah tersebut untuk diterapkan terhadap penanganan inflasi. Selain itu, kata dia, Presiden Jokowi juga meminta semua pemangku kepentingan berkumpul setiap daerah dicek dengan menggunakan data Badan Pusat Statistik (BPS).

Melalui mekanisme itu, lanjut Tito, pengendalian inflasi bisa di angka 2,84 persen. Bahkan, di bulan Mei 2024, pertama kali sejak September 2022 secara bulanan terjadi deflasi yaitu minus 0,03 persen. “Biasanya makanan, minuman, tembakau selalu merah. Baru bulan Mei 2024, makanan, minuman, tembakau yang bisa selalu merah ini justru deflasi 0,29 persen,” ucapnya.

Tetapi, Tito mengaku bahwa pencapaian itu merupakan kerja keras dari Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, dan Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi yang bekerja di bidang pangan.

“Jadi, sebetulnya Bapak Inflasinya adalah Bapak Jokowi. Tapi sebetulnya yang bekerja Pak Menteri Pertanian, Kepala Badan Pangan dan Direktur Bulog sebetulnya. Kami (Kemendagri) hanya membantu mengkoordinir saja,” kata Tito.

Sementara Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman menyebut Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian sebagai ‘Bapak Pengendali Inflasi’.

“Beliau (Mendagri) pengendali inflasi terbaik yang kami tahu. Saya kita tidak berlebihan kalau kita menyebut beliau (Mendagri) sebagai ‘Bapak Pengendali Inflasi Indonesia’,” kata Amran di sela Rapat Koordinasi Perluasan Areal Tanam dan Penandatanganan Nota Kesepahaman bersama Menteri Dalam Negeri.

Menurut dia, kinerja Menteri Dalam negeri sangat baik karena mampu mengendalikan inflasi hingga mencapai angka 2,84 persen.

“Hari ini kita bisa tersenyum karena inflasi kita. Sekarang ini Argentina inflasinya 120 persen, Turki 70 persen, Amerika 6 persen dan beberapa negara negara lain tertekan ekonominya karena inflasi yang tidak bisa terkendali. Jadi, tidak berlebihan kalau beliau menjadi Bapak Pengendali Inflasi Indonesia,” kata Amran.(Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya