Raisi Berusaha Keras Keluarkan Iran dari Sanksi AS dan Negara-negara Barat, Menurut Pengamat

Presiden Iran Ebrahim Raisi
Sumber :
  • (Foto AP/Vahid Salemi)

Jakarta - Pengamat hubungan internasional Dinna Prapto Raharja menilai bahwa kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian dalam kecelakaan helikopter berpotensi mengkonsolidasi gerakan kelompok konservatif, yakni para pendukung Raisi.

Anggota Kongres Sebut AS Sudah Bantu Israel Senilai Rp286 Triliun dalam Bentuk Senjata

"Hal ini untuk memastikan bahwa Iran tidak keluar dari jalur yang digariskan pemimpin sebelumnya yang wafat itu," kata Dinna saat dihubungi di Jakarta pada Senin, 20 Mei 2024.

Pendiri think-tank independen Synergy Policies itu menjelaskan Presiden Raisi adalah pemimpin yang mengedepankan konsep revolusionisme pragmatis.

Kunker ke Cina hingga AS, Prabowo Bawa Pulang Komitmen Investasi Rp294 Triliun

Presiden Iran Ebrahim Raisi

Photo :
  • (Foto AP/Vahid Salemi)

"Raisi memilih posisi tegas dalam negosiasi yang mengarah pada menekan Iran dan berusaha keras mengeluarkan Iran dari sanksi-sanksi AS dan negara-negara Barat," katanya.

Eks Panglima Tempur Ukraina: Perang Dunia III Telah Dimulai!

Presiden Raisi, kata Dinna, mengambil jalan untuk meningkatkan hubungan dengan Rusia, melakukan de-dolarisasi serta memperluas kerja sama ekonomi dengan China dan Rusia.

Di bawah kepemimpinan Raisi, Iran menjadi anggota penuh organisasi BRICS dan membangun kembali hubungan diplomatik dengan Arab Saudi tanpa mediasi Barat, katanya.

"Artinya Raisi mengambil pendekatan yang kontras dengan pendekatan presiden sebelumnya Hassan Rouhani yang melakukan pelibatan negara-negara Barat demi membangun kesepakatan soal nuklir dan mencabut sanksi internasional yang memberatkan Iran," kata Dinna menambahkan.

Presiden Iran Ebrahim Raisi

Photo :
  • Press TV Iran/video

Lebih lanjut Dinna menjelaskan bahwa berkat Presiden Raisi, Iran merupakan pemangku kepentingan utama dalam Uni Ekonomi Eurasia dan lebih memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara di Afrika dan Arab seperti Djibouti, Maladewa, Sudan, Mesir, Libya, Kuwait dan Arab Saudi. "Inilah cara Raisi menangkal sanksi ekonomi dari Barat".

Terkait potensi yang akan terjadi di kawasan Timur Tengah menyusul wafatnya Presiden Raisi, Dinna mengatakan, "Potensinya adalah wait-and-see melihat proses pemilu di Iran".

Menurut Dinna, kondisi perbaikan relasi antar negara-negara Timur Tengah menunjukkan bahwa tidak ada negara besar di Timur Tengah yang menginginkan instabilitas di kawasan. "Mereka cenderung masih menahan diri". (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya