Nabung Haji Berdua Hingga Istri Berpulang, Mbah Bardan: Saya Berdoa Bisa Bersama di Surga

Mbah Bardan, jemaah haji asal Lampung Utara
Sumber :
  • MCH PPIH 1445 H/2024

VIVA Nasional – Ada banyak romantisme kisah dalam penyelenggaraan ibadah haji. Salah satunya adalah kisah Mbah Bardan (92), jemaah asal Lampung Utara yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 10 Embarkasi Jakarta – Pondok Gede (JKG-10).

Strategi Bank Muamalat Bidik Potensi Besar Segmen Tabungan Haji Anak

Mbah Bardan tak dapat membendung rasa gembira, bisa tiba di Tanah Suci. Senyumnya sumringah ketika petugas mengiringinya dengan kursi roda.

Namun, siapa sangka, di balik rasa Bahagia bisa tiba di Kota Nabawi, tersimpan rindu mendalam untuk istri tercinta. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Dahnil Anzar Ingatkan Pesan Presiden Prabowo Jangan Main-main Dengan Pengelolaan Haji

"Sudah nabung berdua untuk haji, sesudah itu malah saya ditinggal sama istri," air matanya netes saat cerita kepada petugas di Bandara Amir Muhammad Bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah, Kamis 16 Mei 2024, seperti yang dilansir rilis Kemenag.

Mbah Bardan bercerita, keinginannya menunaikan ibadah haji berdua dengan istri. Ia berusaha mewujudkan hal itu dengan menabung hasil keringatnya sendiri. Bekerja sebagai tukang bangunan, ia telah mendaftar haji sejak 2013.

Hajj Expo 2024 Dibuka, BPKH Ajak Masyarakat Rencanakan Haji Sejak Dini

Namun, takdir Allah berkata lain. Harapannya pergi haji berdua dengan istri tak terwujud. Sebab, sang istri lebih dulu menghadap Ilahi.

Mbah Bardan, jemaah haji asal Lampung Utara

Photo :
  • MCH PPIH 1445 H/2024

"Namun, belum sampai waktu berhaji tiba, istri saya malah meninggalkan saya selama-lamanya," matanya berkaca-kaca, menahan tetes air mata kedua.

Meski didorong dengan kursi roda, Mbah Bardan optimis bahwa kondisinya baik-baik saja. "Saya bisa jalan sendiri," katanya sambil berupaya berdiri namun urung, karena dicegah petugas.

Lelaki 92 tahun itu lalu melanjutkan ceritanya, mengungkap rasa cinta tak terkira pada sang belahan jiwa.

"Ya sayang buanget, saya sudah siapkan tempat peristirahatan terakhir nanti bersebelahan sama saya," kata lelaki kelahiran Jogjakarta tersebut.

Bila pepatah bilang, cinta ada karena biasa. Begitu pula Mbah Bardan dengan kisahnya.

"Awal mula saya kenal istri saya, karena dulu suka ngaji bersama, eh lha kok jadi saling cinta," tuturnya.

Petugas haji tampak tersenyum mendengar kisah Mbah Bardan. Ada perasaan tak nyaman yang menyesakkan dada. Ini bukan kisah Adam dan Hawa, bukan pula Habibi dan Ainun.

Tapi, kisah Mbah Bardan yang senantiasa setia berharap supaya dapat sesurga berdua dengan istri tercinta.

"Gapapa, saya sudah sampai sini, saya doakan istri masuk surga, saya dan dia bisa bersama di surga." pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya