Soal Usulan Jokowi Jadi Penasihat Prabowo, Pengamat Bilang Begini

Prabowo Sarapan Bareng Jokowi di Istana Negara
Sumber :
  • Dok. Istimewa

Jakarta – Pengamat politik sekaligus peneliti senior Populi Center Usep Saepul Ahyar merespons isu mengenai posisi Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang bakal ditempatkan sebagai penasihat pemerintahan mendatang setelah menyelesaikan masa jabatan periode kedua berakhir. 

Saat Hasto Tanya Apakah Pilkada Sumut Layak Ditunda karena Ketidaknetralan Aparat

Di sisi lain, muncul wacana menghidupkan kembali lembaga Dewan Pertimbangan Agung (DPA) pada masa pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto. Salah satu orang yang diperkirakan bakal ditempatkan pada posisi itu adalah Jokowi.

Prabowo Sarapan Bareng Jokowi di Istana Negara

Photo :
  • Dok. Istimewa
Prabowo Tiba di Brasil Hadiri KTT G20

Menurut Usep, era kepemimpinan Prabowo adalah kelanjutan pemerintahan Jokowi. Maka dengan posisi Jokowi sebagai penasihat sangat tepat. Terlebih, Jokowi dinilai memiliki peran penting terhadap Prabowo Subianto. 

“Kalau potensi bangsa saya setuju untuk ditempatkan dengan sebaik-baiknya termasuk Pak Jokowi,” ujar Usep, Rabu 15 Mei 2024.

Jokowi Hadiri Kampanye Akbar Ahmad Luthfi-Taj Yasin di Grobogan dan Blora

Usep menambahkan, tidak hanya Presiden Jokowi, siapapun figur yang dianggap memiliki potensi membantu presiden dan wakil presiden terpilih dalam menyelenggarakan tugas kenegaraan harus diberdayakan.

“Sebenarnya Pak Prabowo harus memanfaatkan potensi bangsa siapapun tidak harus Jokowi, tetapi kalau menurut saya Prabowo jangan tergantung hanya satu orang, hanya figur Jokowi tidak harus,” ucapnya.

“Figur-figur yang lain juga banyak, bisa melalui mekanisme-mekanisme yang bisa dipakai oleh Pak Prabowo dalam konteks menyelenggarakan kenegaraan, tugas negara itu,” tambahnya.

Lanjut Usep menyampaikan, salah satu pihak yang mengusulkan agar Presiden Jokowi menjadi penasihat Prabowo-Gibran itu datang dari eks politisi PDIP yang kini beralih menjadi kader Gerindra yakni Maruarar Sirait atau akrab disapa Ara.

Usep menilai saran dari Ara itu sebagai bentuk loyalitasnya terhadap Presiden Jokowi, sebab selama ini Ara sangat kental sebagai pendukung Presiden Jokowi, bahkan alasan keluar dari PDIP juga karena ingin mengikuti garis politik mantan wali kota Solo tersebut.

“Jadi itu juga karena wajar saja Maruarar mengusulkan Pak Jokowi untuk menjadi penasihat Pak Prabowo karena memang Maruarar ini kan dalam tanda petik orangnya Jokowi atau pendukung beratnya Jokowi, keluar dari PDIP juga kan karena Jokowi, jadi senasib sepenanggungan,” ungkapnya.

Secara politik dengan menjadi penasihat Prabowo-Gibran, posisi Presiden Jokowi kata Usep akan tetap kuat pasca lengser dari jabatannya.

“Jadi kalau Pak Jokowi ditempatkan sebagai penasihat di pemerintahan secara resmi ya kekuatan dia bertambah kalau dari sisi politiknya, mengingat Jokowi ini tidak punya partai politik jadi tidak punya kekuatan setelah selesai menjabat,” bebernya.

“Akan kuat kalau dia jadi penasihat presiden secara resmi itu akan sangat kuat,” imbuhnya.

Namun, Usep menyampaikan Prabowo harus menempatkan sahabatnya itu secara proporsional tidak melebihi kekuatan dari presiden itu sendiri, sebab jika Presiden Jokowi lebih powerful dari pada Prabowo maka akan muncul istilah matahari kembar di pemerintahan.

“Kalau saya jadi presiden menempatkan Jokowi akan proporsional, tidak diberikan kekuatan yang amat besar, yang powerful karena itu nanti kan akan banyak mempengaruhi kekuasaan yang dipegang Prabowo akhirnya tidak leluasa,” katanya.

“Kalau saya ditempatkan selayaknya saja sebagai mungkin penasihat bisa saja tetapi tidak powerful, kalau saya presiden pasti ditempatkan dalam konteks yang tidak powerful biar tidak ada matahari kembar,” sambungnya.

Dikatakan Usep yang terpenting adalah mengakomodasi Presiden Jokowi pasca tidak lagi menjabat presiden tetap dalam posisi terhormat, mengingat Presiden Jokowi kini tidak punya kekuatan secara politik karena tidak memiliki partai yang menaunginya.

“Sementara Pak Jokowi juga mungkin berkepentingan juga agar tidak powerless setelah selesai jabatannya, sementara partai juga sudah tidak punya dan kemudian juga kan masuk partai tidak akan mudah misalnya di Golkar ataupun di Gerindra,” tukasnya.

Sebelumnya, Maruarar Sirait atau Ara mengusulkan Presiden Jokowi menjadi penasihat Prabowo-Gibran karena memiliki segudang pengalaman, mulai dari menjadi wali kota Surakarta, gubernur DKI Jakarta hingga presiden. 

Maruarar Sirait (Doc: Natania Longdong)

Photo :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong

Sehingga Jokowi bisa memberi masukan dan nasihat pada presiden dan wapres periode 2024-2029.

"Pak Jokowi tentu akan memberi masukan dan menjadi penasihat sebagai orang yang berpengalaman," kata Ara.

Apalagi, kata Ara, Prabowo-Gibran bakal melanjutkan program-program Jokowi. Ia juga meminta agar seluruh aktivis bersatu mendukung pemerintah Prabowo ketika Prabowo menjabat.

"Kami adalah aktivis bagian pertama yang mendukung supaya Prabowo kompak dan solid ke depannya," ungkapnya.

Ridwan Kamil, Debat Ketiga Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta

Ridwan Kamil Sindir Pram: PDIP Pernah Tolak Ide Anies soal Rumah 4 Lantai

Ridwan Kamil bertanya soal program hunian di Jakarta ke pasangan Cagub-Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Nomor Urut tiga, Pramono Anung-Rano Karno dalam debat ketiga.

img_title
VIVA.co.id
17 November 2024