Megawati Kritik Taman Ismail Marzuki: Enggak Jelas Digunakan Untuk Apa
- YouTube tvOne
Jakarta - Ketua Umum PDIP, sekaligus Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri mengkritik fungsi dari Taman Ismail Marzuki (TIM) di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, saat ini. Ia menilai, pengelolaan TIM tak jelas peruntukannya.
Hal tersebut disampaikan Megawati saat mengunjungi pameran Karya Seni Rupa Butet Kertaredjasa di Galeri Nasional Indonesia.
Awalnya, Megawati mengaku dirinya menikmati seni, bagi Megawati maupun anggota keluarganya, adalah hal biasa. Sejak dari ayahnya, Proklamator RI Bung Karno dan ibunya Fatmawati, adalah sosok-sosok seniman juga.
Menurut Megawati, dalam seni juga nilai politik. Dia sebut ada politik seni, dimana karya-karya seni tentu interpretatif. Karena itu, Megawati justru ingin mendorong pengembangan sekolah seni yang mendorong anak-anak muda Indonesia menghasilkan karya-karya seni yang lebih banyak, namun bernafaskan ke-Indonesiaan.
Saat ini memang banyak karya seni. Namun bagi Megawati, sifatnya hanya populer, cenderung mengikuti tren pasar dunia, yang menyenangkan namun belum tentu menggambarkan Indonesia.
Megawati menekankan seni itu hal luar biasa, perwujudan imajinasi dan kreativitas. Maka itu ia mendorong agar sekolah seni makin diperkuat. Ia mengaku, dahulu ia merasa ada berbagai tempat seperti Taman Ismail Marzuki, sebagai ‘sekolah seni’.
"Yang sayang itu kan TIM saya perhatikan apa ya, enggak jelas. Tolong tulis itu, enggak jelas," kata Megawati di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Senin, 13 Mei 2024.
Megawati menambahkan, gedung yang dibangun pada tahun 1968 itu saat ini sudah kehilangan fungsinya sebagai pusat kebudayaan dan seni. Padahal, kata Megawati, masyarakat banyak beraktivitas di gedung Taman Ismail Marzuki tersebut.
"Taman Ismail Marzuki itu saya tahu banyak, saya sering, saya punya kartunya. Ada film yang menurut saya tidak ditayangkan di luar, saya punya kartunya dan sebagainya dan sangat saya nikmati dan saya sangat mengerti. Nah, kalau sekarang ke mana?" ujar dia.
Butet pun menyahuti pertanyaan Megawati
"Pusat perdagangan," kata Butet.
“Ya to, makanya saya bilang enggak jelas,” tambah Megawati.
Meski demikian, Megawati tetap memberi sedikit pemaknaannya atas karya Butet yang dipamerkan.
“Saya dapat menikmati, langsung saya pikir 'oh menurut pikiran saya Pak Butet ini mengalirkan kemarahannya tapi dengan sangat artistik, dengan luwes, dengan sebuah kreativitas, imajinasi, yang mana ada contohnya yang lain, enggak ada lagi, ya cuma dia. (Butet melakukannya) Dengan dzikir , tadi dibilang itu kan. Berarti dia menggunakan rohnya masuk ke pikirannya (ketika membuat karyanya),” tuturnya.