BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia: Bukan Gelombang Panas
- VIVA.co.id/M Ali Wafa
Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, cuaca panas yang melanda Indonesia saat ini bukan berasal dari gelombang panas atau heatwave.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, pihaknya telah melakukan pengamatan suhu. Hasilnya, kata dia, fenomena cuaca panas yang melanda Indonesia tak dapat dikategorikan sebagai heatwave.
"Khusus di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya," kata Dwikorita dikutip dari laman BMKG, Jumat, 10 Mei 2024.
Di sisi lain, Dwikorita menyebutkan, suhu panas itu juga bisa dipengaruhi oleh kondisi perairan di sekitar Indonesia. Ia menyebutkan, Indonesia memiliki iklim laut hangat dan topografi pegunungan yang dapat mengakibatkan naiknya gerakan udara.
"Karena hal tersebut dimungkinkan terjadinya penyanggaan atau buffer kenaikan temperatur secara ekstrem dengan terjadi banyak hujan yang mendinginkan permukaan secara periodik. Hal inilah yang menyebabkan tidak terjadinya gelombang panas di wilayah Kepulauan Indonesia," ujarnya..
Dwikorita menambahkan, suhu panas yang terjadi di Indonesia bisa saja terjadi karena pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan.
Menurutnya, kondisi yang panas itu juga merupakan sesuatu yang umum terjadi pada peralihan musim hujan ke musim kemarau.
"Periode peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara, kemudian terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari," kata dia.
Sebagian masyarakat kerap mengeluhkan tingginya suhu di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir. Bahkan, ada yang menduga bahwa cuaca panas di Indonesia saat ini merupakan gelombang panas.
Tak hanya Indonesia, tingginya suhu udara ternyata juga turut dirasakan oleh sejumlah negara tetangga, seperti misalnya Vietnam, Thailand, dan Singapura. Bahkan, negara-negara tersebut telah mengeluarkan peringatan soal gelombang panas hingga menutup fasilitas umum.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto menegaskan, fenomena suhu panas di Indonesia bukanlah gelombang panas, melainkan karena posisi semu matahari pada April 2024 berada di sekitar khatulistiwa. Kondisi inilah yang menyebabkan suhu udara di sebagian wilayah Indonesia menjadi lebih panas saat siang hari.
"Bukan heat wave. Karena ini memiliki karakteristik fenomena yang berbeda. Hanya dipicu oleh faktor pemanasan permukaan sebagai dampak dari siklus gerak semu matahari sehingga dapat terjadi berulang dalam setiap tahun," kata Guswanto sebagaimana dikutip dari laman resmi BMKG, Jumat, 3 Mei 2024.
Dia menjelaskan, terjadinya gelombang panas juga berkaitan dengan wilayah. Umumnya, gelombang panas terjadi di wilayah lintang menengah hingga lintang tinggi, belahan bumi bagian utara dan selatan, berdekatan dengan massa daratan dan luasan yang besar, dan wilayah kontinental atau sub-kontinental.
"Sementara Indonesia berada di wilayah ekuator dengan kondisi geografis kepulauan dan dikelilingi perairan luas," ujarnya.