Qodari Sebut Jokowi dan Prabowo sebagai Dwitunggal: Tidak Bisa Dipecah Belah

Prabowo Subianto temani Jokowi bertemu dengan PM Singapura Lee Hsien Loong
Sumber :
  • Instagram @jokowi

Jakarta - Presiden terpilih Prabowo Subianto mengaku hubungannya dengan Presiden Jokowi makin akrab. Saking akrabnya, Jokowi sudah tidak lagi memanggilnya dengan sapaan Pak Menhan. Jokowi sekarang panggil calon penggantinya itu dengan sebutan Mas Bowo.

Gus Ipul Sebut Pemberian Gelar Pahlawan Nasional Tunggu Prabowo Pulang dari Luar Negeri

Keakraban itu diceritakan langsung oleh Prabowo saat menghadiri halal bihalal yang digelar PBNU, di Jakarta, Minggu 28 April 2024. Selain Prabowo, Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka juga hadir.

Presiden terpilih Prabowo Subianto di acara PBNU

Photo :
  • Antara
Tiba di Beijing, Presiden Prabowo Memulai Rangkaian Kunjungan Kenegaraan Perdananya

Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari menilai, panggilan Mas Bowo dari Jokowi sangat dalam. Kata dia, panggilan itu menunjukkan Jokowi dan Prabowo semakin akrab bahkan layak disebut sebagai 'Dwi Tunggal'.

Menurutnya, kedua tokoh yang dulunya bertarung sangat sengit berkompetisi pada Pilpres 2014 dan 2019 itu, kini menjadi tidak bisa dipisahkan atau dipecah belah oleh pihak manapun.

Sri Mulyani Blak-blakan Alasan Prabowo Hapus Badan Kebijakan Fiskal

“Dua-duanya kompak dan menurut saya cerita Pak Prabowo itu merupakan sinyal atau pesan terbuka kepada pihak di luar bahwa mereka berdua tidak bisa dipecah belah, dan Pak Prabowo tidak bisa dipaksa untuk memilih Pak Jokowi atau tokoh lainnya,” ujar Qodari, Selasa 30 April 2024

Keakraban itu, menurut Qodari, terlihat juga dari sikap Presiden Jokowi yang sengaja menyiapkan ketua umum partai Gerindra itu untuk menjadi presiden supaya dapat meneruskan agenda pembangunan Indonesia maju 2045. 

Qodari juga mengatakan, secara pribadi Presiden Jokowi juga merasa cocok dan nyaman dengan Prabowo, sebab keduanya saling percaya dan saling mendukung.

“Di satu sisi juga saya melihat Pak Jokowi secara pribadi memiliki kecocokan yang dalam kepada Pak Prabowo, keduanya saling percaya, saling mendukung dan itu bagus untuk keberlanjutan program Indonesia maju 2045,” bebernya.

Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari dalam Pemaparan Hasil Survei

Photo :
  • VIVA/ Yeni Lestari

Qodari menyampaikan dengan persahabatan tersebut ia meyakini proses transisi pemerintahan akan berjalan mulus dibandingkan dengan presiden-presiden sebelumnya.

Dia mencontohkan proses peralihan pemerintah tahun 2004 dari Megawati Soekarnoputri ke pesaingnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atau juga sebaliknya pada tahun 2014 dari SBY atau Demokrat ke Presiden Jokowi atau PDI relatif berjalan kurang begitu mulus.

Sebaliknya perpindahan dari Presiden Jokowi ke Prabowo diprediksi akan lebih lancar karena keduanya masih dalam satu tim.

“Tahun 2004 misalnya dari Megawati ke SBY itu kan kompetitor sebuah patahan sejarah kemudian dari SBY ke Pak Jokowi waktu itu juga Demokrat dan PDIP juga adalah kompetitor, sekarang Pak Jokowi ke Pak Prabowo adalah kerja sama,” ucapnya.

“Bahkan Pak Prabowo bisa berproses dengan duduk di sebelah Pak Jokowi yang sudah melihat bagaimana rapat dipimpin dan keputusan-keputusan diambil,” imbuhnya.

Untuk saat ini agar proses transisi berjalan lancar, Qodari mendorong mulai dilakukan sinkronisasi rencana-rencana program kerja Prabowo dengan dukungan dari program Presiden Jokowi.

“Program-program besar Pak Prabowo sudah mulai disiapkan dari sekarang dan itu sangat bagus karena pada hari pertama Pak Prabowo menjadi presiden dan dilantik menjadi presiden dengan menteri-menterinya sudah bisa berlari kencang,” tambahnya.

Presiden Jokowi dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto di PT Pindad Bandung

Photo :
  • dok Kementerian Pertahanan

Bahkan Qodari mengusulkan dalam waktu 3 atau 4 bulan sebelum berakhirnya masa pemerintahan, Presiden Jokowi melakukan pergantian menteri di mana para menteri itu nantinya jika berkinerja bagus akan dilantik kembali oleh Prabowo.

“Bahkan mungkin ini satu usulan atau satu ide dari saya bahwa sebagian menteri-menteri Pak Prabowo itu sudah dipersiapkan dari zaman Pak Jokowi, nanti ada reshuffle kabinet kira-kira 3 atau 4 bulan sebelum berakhirnya masa Pak Jokowi,” usulnya.

“Lalu menteri-menteri ini ibaratnya probation atau percobaan pada pos masing-masing yang mereka ditunjuk dan mereka akan ditunjuk kembali oleh Prabowo. Kalau probationnya bagus atau yang untuk sukses. Jadi begitu dilantik oleh Pak Prabowo mereka akan dilantik lagi menjadi menteri setelah sebelumnya menjabat menteri 3 bulan di zaman Pak Jokowi, saya kira itu usulannya,” ujar Qodari.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya