4 Jenderal yang Berani Menentang Soeharto, Keluarga Dipersulit hingga Dicopot Jabatan
- X
Jakarta – Saat Soeharto menjabat presiden, empat jenderal ini menjadi orang yang menakutkan baginya. Selama masa pemerintahannya yang dikenal sebagai 'The Smiling General', sudah jadi rahasia umum bahwa banyak pejabat yang kehilangan jabatannya karena tidak sejalan dengannya. Orang-orang yang berani menentangnya dihadapkan pada hukuman berat.
Karena alasan tersebut, sedikit sekali orang yang berani mengungkapkan ketidaksetujuan ketika Presiden Soeharto semakin menunjukkan ciri-ciri diktator. Namun, terdapat empat jenderal yang berani menentang rezim Orde Baru dan hal tersebut membuat mereka ditakuti oleh Soeharto saat menjadi presiden. Nah, berikut daftar jenderal yang dimaksud.Â
1. Jenderal Besar AH Nasution
Jenderal Besar AH Nasution menunjukkan keberaniannya dengan mengeluarkan kritik terhadap Soeharto, meskipun pada awalnya ia yang memberikan kepercayaan kepada Soeharto sebagai presiden pada masa kepemimpinannya di Ketua MPRS tahun 1967.
Sebagai tokoh utama dalam Petisi 50, ia menunjukkan ketegasannya dalam mengkritik Soeharto. Konsekuensinya, Soeharto mengambil langkah politik untuk mengisolasi AH Nasution. Meskipun berhasil selamat dari peristiwa G30S, AH Nasution dibatasi untuk berbicara di hadapan publik dan dilarang meninggalkan negara oleh rezim Soeharto.
2. Jenderal Polisi Hoegeng
Jenderal Polisi Hoegeng adalah tokoh yang terkenal karena kejujurannya dan keseriusannya dalam memerangi korupsi. Salah satu peristiwa yang menjadi sorotan adalah penanganan kasus penyelundupan mobil mewah yang melibatkan Robby Tjahjady, yang juga melibatkan Soeharto dan Keluarga Cendana.
Namun, atas keputusan Soeharto, Hoegeng dicopot dari jabatannya karena merasa terganggu dengan langkah-langkahnya. Selain itu, ia juga dilarang untuk muncul di layar televisi, dihalangi hadir di pernikahan teman-temannya, serta tidak diizinkan menghadiri perayaan ulang tahun Polri.
3. Letjen Marinir Ali Sadikin
Eks Gubernur DKI Jakarta dari TNI AL, Letjen Marinir Ali Sadikin, menimbulkan ketakutan di kalangan pemerintahan Soeharto karena ketegasannya dalam menyuarakan kritik terhadap rezim yang otoriter. Selain itu, Ali Sadikin juga terlibat dalam Petisi 50 dan di masa jabatannya, ia berhasil mengurangi dominasi Golkar di lingkungan Korpri DKI Jakarta.
Tindakan-tindakan berani Ali Sadikin dalam menghadapi Soeharto berujung pada berbagai hukuman politik, seperti larangan menghadiri acara-acara besar seperti PRJ, pertemuan TNI AL, atau Marinir, serta dilarang berpartisipasi di forum publik. Dampaknya juga dirasakan oleh keluarganya, termasuk kesulitan dalam mengajukan pinjaman ke bank.
4. Letjen Kemal Idris
Letjen Kemal Idris, seorang tokoh yang dikenal karena kejujurannya dalam berbicara, pernah mengusulkan pengunduran diri Soeharto dari jabatannya pada tahun 1980 karena masa kepemimpinannya yang sudah mencapai tiga periode.
Usulan yang diajukan oleh Kemal Idris tidak diterima dengan baik oleh Soeharto, yang menyebabkan Kemal Idris dicopot dari jabatannya dan kemudian menjabat sebagai pengurus perusahaan limbah di DKI Jakarta. Sejak saat itu, namanya sering disebut sebagai 'Jenderal Limbah'.