Pemprov Bali Bantah Komersialisasi Ritual Melukat Bagi Delegasi WWF

Tradisi Melukat
Sumber :
  • Istimewa

Bali – Setelah sukses sebagai tempat hajatan internasional KTT G20 dan event internasional lainnya,  Bali kembali menjadi tuan rumah event tingkat dunia World Water Forum (WWF) ke-10 yang akan di gelar di Nusa Dua, Bali pada 18-25 Mei 2024.

Bule Rusia Dideportasi, Overstay hingga Tak Bayar Tagihan RS Rp 33 Juta di Bali

Dalam forum yang akan membahas tentang mitigasi isu dalam bidang air itu akan memasukkan 'Melukat' ke dalam side event  pertemuan tersebut. 

Hal itu menuai berbagai komentar dan dari masyarakat Bali yang menyayangkan akan membludaknya para delegasi peserta World  Water Forum yang datang ke tempat sakral Tirta Empul untuk melaksanakan Pelukatan yang bersifat komersial.

Sandiaga Uno Bakal Turun Kampanyekan Ridwan Kamil-Suswono di Pilkada Jakarta

Merespon hal itu, Sekertaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra mengatakan, tidak ada komersialisasi untuk rencana Melukat bagi peserta konferensi World Water Forum ke-10. Menurutnya kegiatan Melukat itu baru sebuah tawaran dan belum masuk ke dalam daftar agenda resmi WWF. 

Ritual Melukat di Desa Sebatu

Photo :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Dispar Bali Lakukan Sidak di Desa Wisata Kertha Gosa

"Tidak ada komersialisasi, kemudian ini kan baru tawaran event. Kan belum masuk ke agenda resminya. Nanti kalo sudah masuk ke agenda resminya kan akan ditawarkan dulu kepada delegasi siapa yang ikut," jelas Sekda Dewa Indra di sela-sela kegiatan International Arbovirus Summit Indonesia 2024 di Bali, Senin, 22 April 2024.

"Feeling saya sih ga semuanya ikut. Karena kan agendanya padat sekali. Nanti kan akan melakukan registrasi siapa yang ikut," imbuhnya. 

Walaupun para delegasi WWF direncanakan akan Melukat,  menurutnya Tirta Empul yang berlokasi di Tampak Siring, Gianyar itu akan tetap memberikan pelayanan kepada masyarakat. 

"Pelayanan kepada masyarakat tetap harus. Itu kan destinasi tetap harus terbuka untuk publik yang lain," ucapnya.

Dewa Indra menjelaskan, tempat Melukat masih berupa penawaran dari Menparekraf Sandiaga Uno saat rapat koordinasi persiapan World Water Forum ke-10 di Bali Internasional Convention Center (BICC) Nusa Dua pada Sabtu, 20 April 2024 lalu. 

"Karena sesuai namanya kan WWF itu kan rentang air, maka salah satu yang ditawarkan oleh Menparekraf adalah tentang purifikasi, pemurnian menggunakan air yakni melukat," jelas Sekda Dewa Indra.

Pemawaran yang dilakukan oleh Menparekraf Sandiaga Uno Itu pun direspon kata Dewa Indra direspon  oleh Menkomarves Luhut Binsar Pandjaitan yang rencananya akan diagendakan menjadi side event forum air tersebut. 

Untuk itu, Pemprov Bali menyiapkan beberapa  beberapa alternatif yang akan menjadi tempat untuk melukat para peserta WWF. 

"Kalau tempat Melukat di Bali ini kan banyak tempat Melukat. Tetapi kan harus kita pertimbangkan akses menuju tempat Melukatnya itu," ujarnya. 

Tempat Melukat yang populer kata Sekda Dewa Indra adalah Tirta Empul. Karena memiliki akses memadahi yang bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan untuk delegasi.

"Sekali lagi pertimbanganya adalah akes. Karena waktu yang dimiliki oleh delegasi itu kan terbatas, kalau nanti jalan kaki kan tempat Melukat ini kan banyak yang berada di perbukitan terjal, tapi kalau ada peserta yang mau kenapa tidak," ucapnya.

Ritual Melukat di Desa Sebatu

Photo :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

Segara Kerthi

Selain Melukat, salah satu yang akan dilakukan untuk mendukung suksesnya penyelenggaraan World Water Forum (WWF) ke-10 pada 18-25 Mei 2024, Pemprov Bali akan menyelenggarakan Upacara Segara Kerthi di kawasan Pantai Bali Turtle Island Development (BTID), bertepatan dengan perayaan Tumpek Uye, Sabtu, 18 Mei 2024.

Pj. Gubernur Bali S.M. Mahendra Jaya mengatakan,  air dalam kehidupan masyarakat Bali diposisikan sebagai suatu yang sangat mulia karena merupakan sumber kehidupan. Hal ini tercermin dengan adanya tempat suci pada sumber mata air.

"Upacara Segara Kerthi menjadi bagian penting dalam pemuliaan air dan sangat relevan dengan perhelatan World Water Forum," kata Mahendra Jaya.

Mengambil tema 'Merawat Air Melindungi Sarwa Prani', Upacara Segara Kerthi bertujuan untuk memohon anugerah agar laut bersih sekala dan niskala serta penyelenggaraan World Water Forum ke-10 berjalan lancar dan sukses.

Selain diisi ritual dan pertunjukan budaya dengan pementasan tari, pada rangkaian Upacara Segara Kerthi juga akan dilaksanakan pelepasan satwa ke alam bebas yang meliputi 1.000 ekor tukik,1.000 ekor burung dan 5 ekor penyu.

"Kegiatan itu nantinya akan melibatkan panitia nasional dan peserta World Water Forum, Gubernur dan Pimpinan OPD Pemprov Bali, Bupati/Walikota se-Bali, pejabat instansi vertikal, tokoh adat dan masyarakat Desa Adat Serangan yang mewilayahi kawasan pantai BTID.," jelasnya.

Pemprov Bali juga menyiapkan penyambutan delegasi VVIP dengan Tari Pendet yang melibatkan penari remaja dan penyambutan oleh pelajar SMA yang membawa bendera dengan iringan baleganjur di sejumlah titik pada jalur yang dilalui delegasi.

Selanjutnya, Pemprov Bali juga melakukan penataan pada rute dan area kegiatan World Water Forum.

"Langkah yang kami tempuh adalah melakukan sosialisasi kepada masyarakat, penertiban baliho/spanduk/banner serta pemeliharaan jalan dan taman di sepanjang rute yang akan dilalui para delegasi,” imbuhnya.

Untuk menyemarakkan perhelatan World Water Forum ke-10, Pemprov Bali juga akan memasang 2.600 penjor di sejumlah titik tujuan para delegasi. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya