Kata Kritikus Seni Rupa soal Lukisan Artificial Intelligence Karya Denny JA
- Istimewa
Jakarta – Kritikus seni rupa dan film Indonesia, Wina Armada Sukardi mengatakan, langkah Denny JA memakai Artificial Intelligence (AI) dalam seni rupa adalah suatu terobosan. Menurutnya, sejarah akan mencatat hal tersebut merupakan hal yang baru di dunia seni rupa Indonesia.
Wina menyebut AI dalam lukisan, juga dalam semua bidang lain, termasuk hal baru. Misalnya dalam film, dengan adanya AI apakah masih diperlukan 'akting' dari para aktrisnya, karena semua dapat diatur AI.
"Makanya kehadiran Bung Denny JA dalam kancah seni rupa, termasuk hal baru, dan pastilah oleh sebagian kalangan dianggap 'kontroversial'," katanya.
Meskipun begitu, katanya, sebagai sesuatu yang awal hal itu wajar saja. Selalu ada pro kontra. Pelukis Amerika terkenal Andy Warol saja ketika memulai genre 'seni rupa kontemporer' banyak yang menentang. Sekarang malah diakui sebagai sebagai maestro seni rupa modern.
Wina pun sudah mengamati lima lukisan Denny JA, yang akan diikut sertakan dalam pameran lukisan internasional (International Minangkabau Literacy Festival) IMLF 2, Mei 2024.
Denny JA membagikan lima lukisannya di media sosial dan WAG soal The Great Persons From West Sumatera yaitu Pertama, Muhammad Hatta dan Perjuangan Indonesia Merdeka. Kedua, Buya Hamka dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Ketiga, Sutan Sjahrir dan Tawanan Politik. Keempat, Haji Agus Salim dan Sang Pemikir dan Kelima, Ruhana Kuddus sebagai Jurnalis Perempuan Pertama Indonesia.
Denny JA juga sudah mendokumentasikan lebih dari 200 lukisannya, yang dibantu Artificial Intelligence dalam empat buku yang sudah dipublikasikan.
Buku Pertama, The Power of Silence, November 2022. Buku ini berisi 73 lukisan Denny JA soal renungannya tentang filosofi hidup.
Dalam lukisan ini ditemukan begitu banyak kutipan mulai dari Budha, Jalaluddin Rumi, Khrisnamurti, Dalai Lama, Oso, hingga pertanyaan perenial.
Buku Kedua, Artificial Intelligence, Mungkinkah Menjadi Malin Kundang Baru, Juli 2023. Buku ini berisi 112 lukisan dengan tema yang lagi hits: kehadiran AI yang akan mengubah peradaban.
Ada lukisan dimana penceramah agama sudah pula dilakukan oleh AI. Penulis, pelukis, analisa kesehatan, juga semakin banyak banyak menggunakan AI.
Akankah AI berperan seperti Malin Kundang? AI dibesarkan oleh manusia. Tapi akankah AI seperti malin kundang, ia berkhianat pada ibu yang melahirkannya (manusia). Denny menuliskan ini dalam pengantar bukunya.
Buku Ketiga, Melukis Karya 20 Pelukis Dunia, Agustus 2023. Buku ini terdiri dari 60 lukisan Denny JA. Aneka lukisan maestro dunia diukis ulang tapi dengan interpretasi baru.
Mulai dari Van Gogh, Leonardo Da Vinci, Picaso, Monet, Rembrant, Fernando Botero, hingga pelukis Indonesia Affandi dan Dede Eri Supria.
Untuk lukisan terkenal Monalisa, misalnya, karya legenda Leonardo da Vinci. Denny JA melukis ulang Monalisa, tapi latar belakangnya adalah Jakarta tempo dulu.
Atau lukisan terkenal Michael Angelo: The Creation of Adam. Oleh Denny, tangan manusia itu diganti dengan tangan robot, sesuai dengan trend zaman ini.
Denny juga mengulas 20 pelukis dunia itu soal karya, filosofi dan sisi penting karya mereka.
Buku Keempat: Derita Palestina dan Telinga Yang Lebih Besar, Januari 2024. Buku ini berisi 62 lukisan Denny JA soal derita anak- anak di Gaza. Namun buku ini juga merekam tokoh dunia dengan telinga yang lebih besar.
Tulis Denny, pemimpin dan pemikir perlu memiliki telinga lebih besar, agar lebih mendengar suara rakyatnya.
Denny JA sedang menuntaskan buku kelima yang berisi puluhan lukisannya soal pemilu presiden Indonesia 2024, dan dokumentasi wabah covid-19, yang selama tiga tahun mencengkram Indonesia dan dunia.
Sebuah hotel berlantai enam di daerah mahakam, Kebayoran Baru Jakarta (Mahakam Residence), sedang berproses menggunakan seluruh lantai luarnya, enam tingkat, untuk menjadi galeri bagi sekitar 166 lukisan terpilih Denny JA.
Setiap lantai berisi tema yang berbeda. Ada lantai dengan tema pemilu presiden 2024 dan Wabah Covid-19. Ada lantai soal derita anak- anak Gaza. Juga lantai dengan topik meditasi dan power of silence.
Denny JA bercerita ia menggunakan lima aplikasi Artificial Intelligence. Namun AI itu hanya membantu hal teknis.
“Filosofi lukisan, komposisi, dan kuasan terakhir untuk menumbuhkan emosi, tetap saya lakukan sendiri,” Denny menjelaskan.
Namun kuas dan cat yang Denny gunakan bukan kuas dan cat biasa, tapi kuas dan cat elektronik. Denny menuturkan, ia tetap menghargai para pelukis konvensional yang menggunakan tangan, kuas dan cat biasa.
“Namun saya menggunakan kemajuan teknologi untuk berkarya. Sebagaimana saya tak perlu lagi menghitung yang rumit secara manual karena ada kalkulator, saya pun tak perlu lagi melukis dengan kuas biasa karena sudah ada aplikasi Artificial Intelligence," katanya.