Mantan Teroris Poso Dukung Penuntasan Masalah Terorisme di Sulawesi Tengah

Ilustrasi penangkapan teroris.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

Jakarta – Mantan narapidana kasus terorisme, Arifuddin Lako, mendukung upaya pemerintah melalui lembaga negara seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Kepolisian RI (Polri) dalam menuntaskan masalah radikalisme terorisme di Sulawesi Tengah

2.702 Kali Gempa Guncang Sulawesi Tengah Sepanjang 2024, Didominasi Aktivitas Sesar Palu Koro

"Pemerintah tetap harus selalu proaktif. Tidak bisa Sulawesi Tengah dilihat aman-aman saja. Yang kita lihat sekarang, ternyata ada lagi yang terlibat terorisme," kata Arifuddin, saat dihubungi, Minggu, 21 April 2024. 

Menurut Arifuddin, sejauh ini pencegahan yang dilakukan BNPT dan penindakan Densus 88 Antiteror Polri untuk mengatasi masalah terorisme di Sulawesi Tengah sudah cukup banyak. Namun, menurut dia, perlu keterlibatan lebih banyak pihak agar pencegahan penyebaran ideologi radikal dapat berjalan lebih efektif. 

Polisi Las Vegas Tak Temukan Bukti Ledakan Cybertruck Terkait ISIS

"Tapi tetap perlu keterlibatan banyak pihak agar upaya pencegahan tersebut bisa benar-benar efektif," ujar mantan anggota kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) di Poso, Sulawesi Tengah, ini. 

Kepala BNPT Komjen Pol. Rycko Amelza Dahniel

Photo :
  • Dok. Istimewa
Ledakan Tesla Cybertruck di Hotel Donald Trump, Elon Musk: Teroris Salah Pilih Mobil

Pernyataan Arifuddin itu mengomentari penangkapan tujuh orang yang diduga anggota kelompok teroris Jamaah Islamiyah di Sulawesi Tengah pada Selasa, 16 April 2024. Sebanyak empat orang merupakan warga Kota Palu, dua orang warga Kabupaten Sigi, dan satu orang warga Kabupaten Poso. 

Arifuddin menganggap penangkapan itu menjadi bukti bahwa kelompok teroris Jamaah Islamiyah masih eksis di wilayah Sulawesi Tengah. Ia pun berharap ada pengecekan lebih lanjut terhadap identitas mereka yang ditangkap untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kelompok itu. 

"Kalau yang ditangkap adalah nama-nama baru, berarti kelompok tersebut melakukan perekrutan lagi. Ini yang harus diwaspadai," ucap Arifuddin. 

Sebelumnya, Kepala BNPT, Mohammed Rycko Amelza Dahniel, meminta semua pihak tetap waspada terhadap perkembangan terorisme di Indonesia. Sebab bisa saja yang terlihat hanya merupakan fenomena di atas permukaan dalam sebuah teori gunung es, atau yang dikira masalahnya sudah selesai, tapi ternyata masih banyak faktor yang bisa melatarbelakangi munculnya terorisme. 

Menurut Rycko, selain fenomena yang muncul di permukaan seperti serangan teroris, ada fenomena lain di bawah permukaan, yakni terjadi peningkatan konsolidasi dan proses radikalisasi dengan tiga indikator. 

Indikator pertama, penguatan sel terorisme yang diperlihatkan dengan semakin banyaknya pelaku yang ditangkap serta penyitaan senjata, amunisi, dan bahan peledak. Kedua, peningkatan pengumpulan dana teroris. "Ketiga, terjadi peningkatan proses radikalisasi dengan sasaran tiga kelompok rentan, yakni perempuan, anak-anak, dan remaja," kata Rycko, Selasa, 20 Februari 2024.

Penggerebekan terduga teroris/Ilustrasi.

Indonesia to Build National anti-radicalization center in Jakarta

The National Counterterrorism Agency (BNPT) has announced plans to build the National Preparedness Center in the Jakarta area.

img_title
VIVA.co.id
4 Januari 2025