Mantan Teroris Poso Dukung Penuntasan Masalah Terorisme di Sulawesi Tengah

Ilustrasi penangkapan teroris.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

Jakarta – Mantan narapidana kasus terorisme, Arifuddin Lako, mendukung upaya pemerintah melalui lembaga negara seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Kepolisian RI (Polri) dalam menuntaskan masalah radikalisme terorisme di Sulawesi Tengah

"Pemerintah tetap harus selalu proaktif. Tidak bisa Sulawesi Tengah dilihat aman-aman saja. Yang kita lihat sekarang, ternyata ada lagi yang terlibat terorisme," kata Arifuddin, saat dihubungi, Minggu, 21 April 2024. 

Menurut Arifuddin, sejauh ini pencegahan yang dilakukan BNPT dan penindakan Densus 88 Antiteror Polri untuk mengatasi masalah terorisme di Sulawesi Tengah sudah cukup banyak. Namun, menurut dia, perlu keterlibatan lebih banyak pihak agar pencegahan penyebaran ideologi radikal dapat berjalan lebih efektif. 

"Tapi tetap perlu keterlibatan banyak pihak agar upaya pencegahan tersebut bisa benar-benar efektif," ujar mantan anggota kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) di Poso, Sulawesi Tengah, ini. 

Kepala BNPT Komjen Pol. Rycko Amelza Dahniel

Photo :
  • Dok. Istimewa

Pernyataan Arifuddin itu mengomentari penangkapan tujuh orang yang diduga anggota kelompok teroris Jamaah Islamiyah di Sulawesi Tengah pada Selasa, 16 April 2024. Sebanyak empat orang merupakan warga Kota Palu, dua orang warga Kabupaten Sigi, dan satu orang warga Kabupaten Poso. 

Arifuddin menganggap penangkapan itu menjadi bukti bahwa kelompok teroris Jamaah Islamiyah masih eksis di wilayah Sulawesi Tengah. Ia pun berharap ada pengecekan lebih lanjut terhadap identitas mereka yang ditangkap untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kelompok itu. 

"Kalau yang ditangkap adalah nama-nama baru, berarti kelompok tersebut melakukan perekrutan lagi. Ini yang harus diwaspadai," ucap Arifuddin. 

Sebut Hamas Teroris dan Bela Israel, Menlu Jerman Diserang Gelombang Protes Besar

Sebelumnya, Kepala BNPT, Mohammed Rycko Amelza Dahniel, meminta semua pihak tetap waspada terhadap perkembangan terorisme di Indonesia. Sebab bisa saja yang terlihat hanya merupakan fenomena di atas permukaan dalam sebuah teori gunung es, atau yang dikira masalahnya sudah selesai, tapi ternyata masih banyak faktor yang bisa melatarbelakangi munculnya terorisme. 

Menurut Rycko, selain fenomena yang muncul di permukaan seperti serangan teroris, ada fenomena lain di bawah permukaan, yakni terjadi peningkatan konsolidasi dan proses radikalisasi dengan tiga indikator. 

Pakar: Penghargaan yang Diterima BNPT Kabar Baik untuk Kolaborasi Penanggulangan Terorisme

Indikator pertama, penguatan sel terorisme yang diperlihatkan dengan semakin banyaknya pelaku yang ditangkap serta penyitaan senjata, amunisi, dan bahan peledak. Kedua, peningkatan pengumpulan dana teroris. "Ketiga, terjadi peningkatan proses radikalisasi dengan sasaran tiga kelompok rentan, yakni perempuan, anak-anak, dan remaja," kata Rycko, Selasa, 20 Februari 2024.

Rapat di Komisi III DPR. (Ilustrasi).

DPR Dukung Penambahan Anggaran BNPT

Anggota Komisi XIII DPR RI, Muslim Ayub menyebut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) harus didukung anggaran yang cukup untuk menjalankan tugas penanggulangan.

img_title
VIVA.co.id
30 Oktober 2024