Beredar Foto Sempat Bertemu PM Israel Netanyahu, Gus Yahya: Pertemuan Diplomatik

Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya)
Sumber :
  • Dok. Istimewa

Jakarta – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Utama (PBNU) Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya buka suara usai beredar foto di sosial media terkait dengan pertemuannya dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Ia menyebutkan dalam pertemuan itu Indonesia menyatakan bahwa sikapnya tetap sama agar Israel menghentikan serangannya ke Palestina.

Israel Kembali Gempur Lebanon Selatan, Tewaskan 35 Orang dalam Sehari

"Artikulasi saya sama, kita minta ada perdamaian, dan terus terang saya ditanya tentang bagaimana sikap indonesia terhadap israel, saya bilang, ndak akan berubah sampai ada titik terang untuk jalan keluar bagi masalah Palestina, saya sampaikan dengan terus terang," ujar Gus Yahya doi kantor PBNU, Jakarta Pusat pada Kamis 18 April 2024.

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya di kantor PBNU Jakarta

Photo :
  • TVNU
Hasil Survei: 42 Persen Remaja Yahudi di AS Percaya Israel Lakukan Genosida di Gaza

Gus Yahya menjelaskan bahwa dalam pertemuan tersebut hanyalah sebuah pertemuan diplomatik. Ia menyebut tak ada maksud lain selain pertemuan diplomatik.

"Kalau kemudian, sekarang misalnya, dipersoalkan saya ketemu salaman, senyum-senyum ya masa langsung saya mau langsung saya piting di situ kan ndak mungkin, wong ini pertemuan diplomatik," kata Gus Yahya.

Kemanusiaan Lebih Penting dari Sepakbola: Timnas Indonesia, Sudan, Mesir Tolak Israel dan Korbankan Piala Dunia

Gus Yahya mengatakan bahwa saat ini bangsa Indonesia agar tetap berdoa supaya konflik Israel dengan Palestina bisa cepat menemui titik terangnya. Ia meminta kepada seluruh warga Nahdliyin untuk terus berikhtiar.

"Ya termasuk konferensi-konferensi kita gelar, segera sesudah insiden 7 oktober itu kita gelar ISORA, International Summit of Religius Osorities. Kita undang para pengampu otoritas keagamaan dari seluruh dunia dari seluruh kalangan untuk bicara soal ini, dan kita sampaikan hasilnya di berbagai forum jadi waktu itu tanggal 27 November ISORA kita gelar di Jakarta segera sesudah itu tanggal 10 Desember kita bawa hasilnya ke Amerika untuk bertemu sejumlah pihak, di sana di Universitas Krites di Amerika, ini ikhtiar-ikhtiar kita dan sama," bebernya.

"Karena sampai sekarang cenderung masih keras untuk melanjutkan konflik. Dan ini bahaya sekali karena pada saatnya nanti seluruh umat manusia seluruh dunia tanpa kecuali termasuk sampean semua ini akan menanggung bencana yang menjadi akibat dari konflik yang sekarang ini," imbuh Gus Yahya

PBNU Harap Negara Lain Tak Ikut-ikutan Konflik

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Utama (PBNU) Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya buka sauar soal serangan Iran kepada Israel. Ia mengatakan bahwa PBNU bersama dengan pemerintah Indonesia sudah meminta untuk melakukan gencata senjata dalam waktu dekat terkait dengan perang tersebut.

"NU sama dengan pemerintah RI menuntut, mendesak gencatan senjata segera, mendesak dihentikannya kekerasan segera saat ini juga," ujar Gus Yahya di Kantor PBNU, Jakarta Pusat pada Kamis 18 April 2024.

Gus Yahya menjelaskan bahwa perang Iran dan Israel diawali karena serangan Israel ke Palestina yang tak kunjung berhenti, khususnya di jalur Gaza. Ia menyebut atas perang tersebut justru malah makin banyak negara yang terlibat konflik.

"Kita tahu bahwa ini mulainya dari di Gaza antara Israel dengan para pejuang Palestina yang menuntut hak di sana, karena berkepanjangan. Lalu lama-lama ada dari Yaman terlibat, kemudian sekarang dari Iran terlibat dan seterusnya," ucap Gus Yahya.

Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya

Photo :
  • VIVA/Rahmat Fatahillah Ilham

Ia menyebutkan bahwa konflik Iran dengan Israel jika terus dibiarkan maka akan dengan cepat menyebar luas. Gus Yahya mewanti-wanti negara lain justru ikut terlibat konflik Iran dengan Israel.

"Karena ini sudah jadi seperti hukum alam kalau konflik dibiarkan, pasti meluas. Jadi ini bukan Syiah atau Sunni. Ini soal konsekuensi dari konflik yang berkepanjangan itu pasti meluas," ungkap Gus Yahya.

"Habis ini, kalau tidak segera dihentikan, setop begitu saja, ini yang lain pasti akan ikut-ikutan," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya