431 Kerbau di OKI Sumsel Mati Mendadak, Ini Penyebabnya

Ratusan Kerbau di OKI, Sumsel, mati mendadak.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Sadam Maulana (Palembang)

Sumatera Selatan - Ratusan kerbau di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, dilaporkan mati mendadak. Terkait hal ini, Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) OKI telah melakukan sejumlah langkah mitigasi.

Polda Sumsel Tangani Penganiayaan pada Dokter Muda Koas yang Viral di Media Sosial

Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan OKI, Dedy Kurniawan, mengatakan pihaknya telah melakukan uji sampel untuk memastikan penyebab kematian kerbau secara mendadak, di sejumlah Kecamatan dalam beberapa hari terakhir.

Ratusan Kerbau di OKI, Sumsel, mati mendadak.

Photo :
  • VIVA.co.id/Sadam Maulana (Palembang)
UMP Sumsel Naik 6,5 Persen Jadi Rp3,68 Juta

"Setelah dilakukan pengujian laboratorium terhadap dugaan keracunan di Balai Veteriner Lampung, hasilnya negatif. Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan klinis, menunjukkan gejala penyakit septiceimia epizootica (SE)," ungkap Dedy, Minggu, 14 April 2024.

Dedy menjelaskan, pihaknya telah melakukan langkah konkrit sejak menerima laporan dari masyarakat. "Melakukan penguburan bangkai Kerbau, disinfeksi massal pada kandang, pengobatan serentak, vaksinasi dan upaya surveilan," terang dia.

Lapas Pemuda Tangerang dan Polisi Bongkar Penyelundupan Sabu di Kandang Burung

Terkait adanya kematian kerbau pasca vaksinasi, dijelaskan Dedy, bisa dipengaruhi oleh ternak yang sudah terjangkit kuman SE, namun tampak sehat dan tidak menunjukkan gejala sakit.

"Faktor pembentukan kekebalan tubuh yang belum sempurna karena baru vaksin pertama, faktor pemindahan dan lalu lintas dari zona tertular ke zona steril cukup intens, serta faktor adanya investasi parasit darah," terang dia.

Hingga kini, petugas di lapangan masih melakukan pengobatan dan hanya libur saat Hari Raya Idul Fitri, pada Rabu lalu, 10 April 2024.

Berdasarkan data Disbunnak OKI, Jumlah kematian ternak sampai dengan Sabtu kemarin, 13 April 2024, sebanyak 431 ekor Kerbau.

Meluasnya penularan ini, kata Dedy, terjadi karena bangkai ternak Kerbau yang terlambat diketahui saat digiring ke kandang per satu pekan atau lebih, pemotongan ternak yang sakit di sekitar lokasi kandang, pemindahan ternak dari daerah tertular ke daerah steril, serta lintas penjualan kerbau yang intens.

Dia tetap mengimbau agar para peternak tetap memvaksinasi peliharaannya karena tidak ada efek samping pasca vaksinasi. Dedy juga meminta peternak untuk melakukan tindakan mitigasi, supaya penyakit itu tidak menulari hewan ternak lainnya.

"Upaya mitigasi tersebut di antaranya seperti memaksimalkan kebersihan kandang, menjaga pakan, pemberian multivitamin dan semacamnya untuk meningkatkan data tahan tubuh ternak," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya