Menko Muhadjir: Kalau Orang Bilang 100 Persen Netral, Itu Pasti Bohong

Menko PMK Muhadjir Effendy, Hadiri Sidang Perselisihan Hasil Pilpres 2024
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy menjawab pertanyaan dari hakim konstitusi Ridwan Mansyur soal dua dalil permohonan dari kubu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin) dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. 

Wakil Mendagri: Sistem Politik atau Sistem Pemilu Indonesia Boros

Dua dalil itu terkait dengan aparatur negara dan menteri yang melekat dengan kegiatan kampanye serta kaitannya dengan menggunakan fasilitas negara untuk kegiatan politik. 

Muhadjir mengatakan dalam teori administrasi publik, ada yang dinamakan eksternalitas negatif yaitu ketika seorang pejabat publik memasukkan kepentingannya ke dalam kepentingan publik. 

Ucapkan Terima Kasih ke Anies, Pramono Janji Lanjutkan Programnya di Jakarta

Proses Pemungutan suara pemilu 2024. (foto ilustrasi)

Photo :
  • VIVA.co.id/Sherly (Tangerang)

"Eksternalitas negatif itu bisa intended, memang disengaja; tapi bisa unavoided, tidak terhindarkan. Kalau kita punya baju dinas, mau berangkat ke kantor harus ngelayat dulu saudara kita yang meninggal, tidak mungkin kita ganti baju karena mau ngelayat, baru kemudian dinas pakai baju--itu adalah unavoided," kata Muhadjir dalam sidang sengketa Pilpres 2024 di MK, Jakarta, Jumat, 5 April 2024.

Anies Baswedan: Saya Tentu Dukung Pramono-Rano di Pilkada Jakarta, Sudah Jelas

"Tapi memang ada eksternalitas negatif yang betul-betul intended, yang disengaja dan itu sangat terpulang kepada pejabat publik masing-masing," ujarnya.

Eksternalitas negatif itu, menurutnya, menggambarkan seseorang yang memiliki preferensi dan tendensi. Setiap orang pasti memiliki kecenderungan terhadap sesuatu. 

"Eksternalitas negatif itu selalu terjadi, karena setiap manusia itu pasti punya preferensi, punya tendensi, punya pilihan dan kecenderungan dan itu tidak harus melalui akal sehat," jelas Muhadjir. 

Pekerja melipat surat suara pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2024. (Foto ilustrasi).

Photo :
  • AP Photo/Tatan Syuflana

Muhadjir menjelaskan pengetahuan manusia itu ada yang tidak harus berdasarkan pengalaman. Melainkan cukup dari naluri atau insting. 

"Karena itu, kalau ada orang bilang bahwa netral 100 persen, itu pasti bohong, itu pasti bohong. Orang bilang 100 persen imparsial, pasti dia bohong. Karena pada dasarnya manusia itu ditakdirkan Tuhan memiliki preferensi dan tendensi, tidak harus diperoleh secara akal sehat, pertimbangan rasional, tapi yang irasional pun bisa digunakan," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya