BNPB Turun Langsung Tangani 9 Wilayah di Jateng Berstatus Tanggap Darurat Bencana
- Antara
Semarang – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Suharyanto mengungkapkan, pada saat ini sudah ada 9 kabupaten/kota di Jawa Tengah yang menetapkan status tanggap darurat, seiring adanya bencana alam yang melanda.
Maka, BNPB sekarang turun langsung untuk menanganinya.
"Suda ada 9 kabupaten dan kota yang menetapkan tanggap darurat, maka pemerintah harus hadir. Sesuai arahan Bapak Presiden, kita turun langsung beri bantuan dasar kepada para korban bencana, ini harus dipenuhi," jelas Letjen Suharyanto setelah rakor penanggulangan bencana di Semarang, Senin, 18 Maret 2024
Selain bantuan dasar, BNPB juga mendukung peralatan untuk di daerah seperti perahu karet, dapur umum dan segala kebutuhan bencana di lapangan. "Termasuk juga anggaran operasional untuk masa tanggap darurat," kata Kepala BNPB.
Ia menambahkan, setelah masa tanggap darurat, nanti ada masa transisi darurat. Ada pemerintah daerah yang harus merelokasi masyarakat terdampak, karena daerahnya sudah tidak bisa ditempati. "Ini pemerintah akan membantu bagi pembangunan untuk masyarakat terdampak," ungkapnya.
Setelah masa transisi darurat, kata Suharyanto, nanti ada rehabilitasi rekonstruksi, infrastruktur yang rusak serta rumah yang rusak akan diperbaiki.
"Agar di kemudian atau tahun depan, saat musim hujan, kejadian seperti ini tidak terulang lagi," jelasnya.
Terkait relokasi warga terdampak banjir, Kepala BNPB mengatakan, saat ini yang sudah melaporkan terkait relokasi adalah Kota Semarang. Ada sekitar 30 sampai 40 KK yang harus direlokasi.
"Pemerintah daerah sekarang sedang menyiapkan lahannya. Nanti setelah lahannya siap, maka BNPB akan membangun rumahnya. Secepat mungkin," ungkapnya.
Modifikasi Cuaca
Sebelumnya, Kepala BMKG Pusat Dwikorita Karnawati menyatakan memberi prioritas kepada wilayah Semarang serta Demak dan sekitarnya untuk diterapkan Teknologi Modifikasi Cuaca atau TMC. Prioritas itu diberikan karena wilayah-wilayah itu sudah tergenang. Nantinya TMC secara paralel juga akan dilakukan di daerah lain.
"Setelah tanggal 20 Maret nanti ada tren penurunan curah hujan, asal tidak terjadi fenomena mendadak dan gangguan atmosfer secara tiba-tiba," jelas Dwikorita saat Rakor Kebencanaan di Kantor Gubernur Jawa Tengah, SeninÂ
Dwikorita mengungkapkan data bahwa curah hujan ekstrem di Kota Semarang dan sekitarnya terjadi karena ada fenomena munculnya bibit cyclone di selatan Indonesia. Bersamaan dengan masuknya kumpulan awan hujan dari Samudera Hindia atau Timur Afrika.
"Ada fenomena yang tiba-tiba muncul dan mengakibatkan hujan yang ekstrem. Ekstrem itu 150 mm perhari tetapi kemarin mencapai 230 mm lebih," jelas Dwikorita.
Sebagai informasi, BMKG bersama BNPB dan berkoordinasi dengan Pemda, telah menerapkan TMC di Semarang sejak 16 Maret 2024, dan akan dilakukan hingga Rabu 20 Maret 2024, dengan opsi bisa diperpanjang jika dibutuhkan.
Dalam TMC tersebut, petugas menggunakan pesawat untuk menebar bahan semai untuk memodifikasi cuaca. Dengan target mengurangi ntensitas hujan di wilayah Semarang dan sekitarnya.
Dengan turunnya intensitas hujan, maka penanganan banjir yang sudah melanda Semarang dan sekitarnya sejak Rabu lalu, bisa lebih fokus dan tertangani dengan baik.
Hasilnya, sudah beberapa hari ini Kota Semarang tidak turun hujan sehingga tidak menambah genangan banjir yang sekarang ini terus dipompa agar surut.
Laporan: Teguh Joko Sutrisno