Saksi PKB Di-Skakmat Ketua KPU saat Sebut Anggota KPPS Disuap

Ilustrasi TPS di Lembar Lombok Barat (Satria)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Satria Zulfikar (Mataram)

VIVA Nasional – Hasil kemenangan sementara yang diraih capres dan cawapres nomor urut 2, caleg hingga parpol rupanya membuat banyak masyarakat menuding, bahwa ada kecurangan di balik Pemilu 2024 ini.

Bawaslu Minta Sentra Gakkumdu Rumuskan Lagi Hukum Acara Pemilu

Tak sedikit juga pesan berantai terkait dugaan kecurangan dilakukan oleh petugas Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) maupun Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di berbagai daerah, seperti salah satunya di Sulawesi Tengah.

Terkait adanya kecurangan dalam Pemilu 2024 ini turut diungkapkan oleh beberapa saksi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) baru-baru ini.  Dalam sebuah unggahan video yang dibagikan ulang oleh akun Instagram @fakta.indo pada Senin 18 Maret 2024 ini memperlihatkan, bahwa beberapa saksi dari PKB membongkar adanya kecurangan dalam proses maupun perhitungan suara dalam Pemilu 2024 atas dasar temuannya di lapangan.

Pemilik Kendaraan Siap-Siap! 7 Pajak Baru yang Harus Dibayar Tahun Depan, Ini Rinciannya!
Anggota DPR RI Ida Fauziyah Salurkan Bantuan untuk Korban Kebakaran di Kemayoran

Momen tersebut terjadi saat di tengah-tengah rapat pleno rekapitulasi penghitungan suara berlangsung. Di mana  saksi perwakilan dari DPP PKB Tomy Erizal dan Adi Rivaldi Putra mengungkap, bahwa adanya temuan dugaan suap kepada anggota PPK dan KPPS Luwuk untuk memenangkan peserta pemilu tertentu.

Lebih lanjut dari cuplikan tersebut, saksi dari PKB ini juga mengungkapkan bahwa adanya dugaan tuduhan kecurangan Pemilu dan adanya penggelembungan suara yang menguntungkan salah satu partai politik tertentu.

Mendapati pernyataan tersebut, selaku Ketua KPU Hasyim Asy'ari pun dibuat bertanya-tanya tentang kelengkapan data soal keberadaan lokasi TPS yang diduga melakukan kecurangan.

Hasyim Asy’ari dengan tegas juga mempertanyakan keterangan saksi yang menyampaikan soal adanya dugaan penyuapan terhadap anggota KPPS saat rapat pleno hasil rekapitulasi suara Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) pada Sabtu 16 Maret 2024 lalu.

“Saya tanya, mas tau tidak di sini nama TPS, nama Anggota KPPS, siapa yang menyuap, siapa yang digelembungkan?” tanya Ketua KPU, Hasyim Asy’ari kepada saksi dikutip VIVA.co.id pada Senin, 18 Maret 2024.

Alih-alih bisa memberikan bukti secara konkrit dan detail, para saksi justru hanya bisa memberikan jawaban yang berbelit-belit hingga membuat ketua KPU dan lainnnya merasa heran. 

Dalam video yang beredar tersebut, awalnya Hasyim terlihat sabar sembari menahan emosinya yang sudah hampir meletup-letup tetapi kemudian ia terlihat kesal setelah mengulang pertanyaan yang sama hingga 5 kali.

“Barang siapa yang mendalilkan harus bisa membuktikan,” lanjut Hasyim, dikutip VIVA.co.id dari Kompastv.

Sayangnya saat diberi pertanyaan terkait lokasi TPS yang diduga melakukan kecurangan, para saksi dari PKB justru mengaku tak tahu hingga enggan untuk memberikan detailnya.

Reaksi Warganet

Sontak saja unggahan Instagram yang dibagikan akun @fakta.indo yang membagikan ulang tayangan Kompas.com ini berhasil menuai beragam reaksi warganet di media sosial.

"Tetap ilmu token abangkuh, walau suara kecil harus tetep berisik," tulis warganet.

"Pendukung abah seperti ini semua," tulis lainnya.

"Contoh mempermalukan diri sendiri di hadapan khalayak umum se Indonesia," tulis lainnya.

"Jangankan bukti, ditanya di tps mana yg dia maksud aja, dia sendiri ga bisa jawab," tulis lainnya.

"Ya kan ga iso lengkap. Matek kon mas njawab lengkap wkwkw. Tp hukum harus ada data fakta 5w+1h kalau ga jelas bisa kamu buat chat palsu wkwkwk," tandas lainnya.

"Meledakkkkkkk. Kalau rame paling lantang suaranya. Pas face to face mulai dah sakit kepala pening di perut," kata lainnya.

"Gini aja, mau tanya nih anggota KPPS mana aja yg ada disini, gw sebagai anggota KPPS sampe jam 5 shubuh baru kelar ngurus surat suara, paginya asam lambung naik trus ke dokter," seru lainnya.

"Lagian juga aneh. Orang klo ngerasa dicurangi harusnya bisa ngasih bukti dan fakta. Klo cuma berdasar "katanya" doang semua orang juga bisa. Sama kek yg demo demo kemarin yg katanya paslon ini curang gini gini, gak terima hasil pemilihan karena kecurangan, pemilihan harus diulang gara gara ada kecurangan, nah sekarang kumpulin fakta dan buktinya," tulis lainnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya