Depresi Usai 2 Kali Diperkosa, Seorang Wanita di Konawe Selatan Gantung Diri

Ilustrasi gantung diri
Sumber :
  • vstory

Sulawesi Tenggara – Warga di Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara dikejutkan dengan adanya peristiwa gantung diri yang dilakukan oleh seorang wanita berinisial F (20). Korban ditemukan tewas tergantung di rumahnya beberapa hari lalu.

Kepada wartawan, kakak korban yang bernama Ardi (25) menduga adiknya bunuh diri pada Minggu 3, Maret 2024 kemarin. Dia menduga adiknya depresi usai diperkosa pada Agustus 2023 lalu. 

"Kami duga karena adikku ini depresi pak karena pernah diperkosa," ungkapnya, Rabu, 6 Maret 2024

Ilustrasi pemerkosaan

Photo :
  • Tim tvOne - Jasa

Ardi bercerita, ibunya berinisial M dan adiknya inisial F tersebut tinggal di sebuah rumah kecil di Kecamatan Laonti, Konsel. Untuk menafkahi keduanya, Ardi bekerja di sebuah perusahaan tambang di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. 

"Jadi mamaku sama adeku ini tinggal berdua di rumah. Sudah cerai sama bapak ku," katanya. 

Lebih lanjut Ardi menerangkan, saat itu Senin 14 Agustus 2024 sekitar pukul 09.00 WITA, adiknya tengah mencuci pakaian di kamar mandi. Tiba-tiba, ada seorang pria berinisial A masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamar mandi. Di tempat itulah, A diduga melakukan pemerkosaan kepada F. 

Sebulan kemudian atau Senin 4 September 2024, sekitar pukul 09.00 WITA, F sedang mencuci piring di dapur. Tiba-tiba, A masuk ke dalam rumah dan langsung menuju dapur. Saat itu, A menarik paksa F dan membawanya masuk ke dalam kamar lalu menggauli korban layaknya pasangan suami istri. 

Ardi menerangkan, dugaan pemerkosaan itu terungkap setalah ibunya mencurigai gerak-gerik F yang selalu ketakutan saat melihat A. Bahkan F mengurung diri ke dalam kamar dan tidak ingin bertemu orang lain. 

Tidak hanya itu, ibu F merasa aneh dengan uang Rp 50 ribu yang dikantongi oleh F. Sebab ia tidak pernah memberikan uang sebesar itu kepada anaknya. F pun diinterogasi oleh ibunya. 

"Ternyata adik saya ini tidak mau keluar rumah karena mengaku diperkosa sebanyak 2 kali oleh A. Dia takut nanti ketemu lagi A. Itu uang Rp 50 ribu juga ternyata diberikan A setelah diperkosa kedua kalinya," paparnya. 

Ardi bilang, adiknya memang mengalami gangguang mental sejak kecil. Tetapi, ia selalu mengonsumsi obat dan saat ini tengah menjalani masa pemulihan. 

"Dari kecil memang gangguan mental, tapi datang-datangan. Kadang dia aneh-aneh kalau terlambat minum obat, tapi sisanya itu dia sadar dan normal," jelasnya.

Saat dugaan pemerkosaan yang dilakukan oleh A, adiknya tidak berani berteriak karena ketakutan. Bahkan, F sebenarnya tidak berani membuka suara. Namun, karena diyakinkan oleh ibunya dan kakaknya, F pun menceritakan semuanya dengan persyaratan, ia harus meninggalkan kampung tersebut. 

Untuk menepati janjinya, Ardi memilih membawa ibu dan adiknya tinggal di sebuah indekos yang ada di Kecamatan Kadia, Kota Kendari. Saat berada di indekos itulah, Ardi membawa adiknya di kantor polisi dan melaporkan kejadian tersebut di Mako Polda Sultra, Kamis 21 September 2024 lalu.

"Tapi sampai saat ini, saya belum mendapatkan keadilan untuk adik saya," kesalnya. 

Beberapa bulan tinggal di indekos, Ardi memilih membawa pulang ibu dan adiknya di kampung halaman di Kecamatan Laonti, Konsel. 

Namun, pada Minggu 3 Maret 2024, adiknya masih mengurung diri dan saat ditemukan ternyata telah tergantung tali dalam kamar. Jenazah korban kemudian di bawa ke RS Bhayangkara Kendari dengan menggunakan perahu dari desa mereka.

"Adikku ini sempat bilang, kalau dia pulang kampung dan ketemu A lagi, sama saja tidak ada harga dirinya, dia takut terus. Makanya dia depresi," ucap Ardi. 

Ilustrasi penganiayaan dan pelecehan seksual.

Photo :
  • Pexels/RODNAE Productions

Sementara itu, ibu korban berinisial M mengaku, saat anaknya diduga diperkosa oleh A, ia selalu berada di luar rumah. Ia juga tidak menyadari jika A datang ke rumahnya. "A ini masih ada hubungan keluarga juga, sering memang ke rumah tapi saya tidak tahu kalau begini," katanya. 

Tidak hanya itu, M mengaku pernah bertanya kepada A, kenapa memberikan uang Rp 50 ribu kepada anaknya. Padahal, selama ini A tidak pernah memberikan uang kepada F. 

"Tiba-tiba dia (A) kasikan uang sama anakku. Katanya untuk beli-beli jajanan," paparnya. 

Saat ini, laporan korban masih berada di Polda Sultra. Hingga F meninggal, pihak keluarga belum mengetahui pasti perkembangannya laporan yang telah dilayangkan. 

Sementara itu, Humas RS Bhayangkara Kendari, Abidin membenarkan informasi adanya visum tersebut. Namun hasilnya akan ke luar dalam 2 hari ke depan. "Visum luar, sekitar 2 hari ke luar, harus konsul dulu ke dokter," katanya.

Masyarakat Harus Ingat, Pilkada Sultra Hanya 1 Putaran

Terkait dengan laporan yang dilayangkan di Polda Sultra, Kabid Humas Polda Sultra, Kombes Pol Iis Kristian mengaku belum mengetahui kronologi kasus tersebut. "Saya cek dulu ke penyidik ya," tutupnya

*Pemberitaaan berikut ini tidak untuk menginspirasi dan diimbau Anda tak menirunya. Jika Anda merasakan gejala depresi, permasalahan psikologi yang berujung pemikiran untuk melakukan bunuh diri segera konsultasikan ke pihak-pihak yang dapat membantu Anda, seperti psikolog, psikiater atau klinik kesehatan mental

GP Ansor Desak Polisi Transparan Usut Kasus Penusukan 2 Santri Krapyak: Jangan Ditutup-tutupi!

Laporan: Erdika Mukdir/tvOne Kendari

Pembunuh Wanita Tanpa Kepala Kupas Kulit Telunjuk dan Jempol Korban, Apa Alasannya?
Warga Kabupaten Tangerang Bakar dan Rusak Puluhan Truk Buntut Tabrak Bocah

22 Orang Diamankan, Buntut Kericuhan Warga vs Truk di Tangerang

Sebanyak 22 orang diamankan oleh aparat kepolisian, pasca aksi warga yang merusak belasan truk di Jalan Salembaran, Kampung Melayu, Kecamatan Teluk Naga, Tangerang Banten

img_title
VIVA.co.id
8 November 2024