Kominfo Beri Tips Cegah Kejahatan Siber di Ruang Digital

Bocornya data pribadi di balik tren negatif media sosial
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta - Meningkatkannya jumlah pengguna internet dan maraknya layanan digital tentunya dibarengi dengan maraknya kejahatan siber, seperti pencurian data pribadi penggunanya atau phising.

Ingin Sukses di Dunia Digital 2025? Ini 7 Tips Untuk Meraih Penghasilan Lebih Besar!

Untuk mengatasi hal tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terus berupaya memberikan edukasi kepada masyarakat lewat Program Indonesia Makin Cakap Digital (IMCD) 2024 di Provinsi Bali.

Adhi Prasnowo yang merupakan Dosen Universitas Maarif Hasyim Latif mengatakan, perubahan gaya hidup menjadi serba digital menawarkan kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan berbagai aktivitas. Masyarakat semakin nyaman dan percaya dalam melakukan aktivitas keuangan digital yang selama ini dianggap berisiko tinggi.

Perluas Ekosistem Pembayaran, Bank Mandiri Perkuat Kolaborasi dengan K3MART

Kemenkominfo dalam program Indonesia Makin Cakap Digital (IMCD) 2024

Photo :
  • Istimewa

"Untuk itu, masyarakat harus memahami soal keamanan digital untuk memastikan penggunaan layanan digital, baik secara daring maupun luring dapat dilakukan secara aman. Tidak hanya untuk mengamankan data yang kita miliki melainkan juga melindungi data pribadi yang bersifat rahasia," katanya.

Meriahnya Perayaan Ulang Tahun VIVA ke-16 dengan Tema 'Big Opportunity'

Lebih lanjut, ia mengatakan, untuk menjaga data pribadi kita tetap aman, jangan pernah bagikan dengan siapapun, termasuk di media sosial dan selalu waspada akan tautan tak dikenal.

Selain itu, jangan buka file atau tautan yang tidak dikenal yang dikirimkan lewat email, media sosial atau aplikasi chatting dan angan merespon panggilan telepon dan pesan yang ujungnya meminta data pribadi atau password/PIN.

"Kenali dengan seksama dengan siapa kita berkomunikasi di internet, Hati-hati saat belanja online, pastikan penjual terpercaya dan belanja dari tempat terpercaya," terangnya.

Karena menurutnya, tidak ada yang aman 100% di dunia digital, yang bisa kita lakukan adalah mengurangi risikonya sedapat mungkin. 

"Keamanan berbanding terbalik dengan kemudahan, sedikit ribet dan waspada akan membuat kita lebih aman di dunia digital. Selalu berpikir kritis, tidak mudah percaya dengan semua yang kita dapat di internet," pungkasnya.

Sementara itu, Ni Kadek Dwi Febriani - Executive Secretary & Relawan TIK Provinsi Bali menambahkan, bersama-sama membangun ruang digital yang aman dan etis bagi setiap pengguna juga dibutuhkan.

Cancel Culture merupakan istilah yang mengacu pada praktik pembatalan atau penolakan terhadap individu, perusahaan, atau entitas tertentu karena tindakan atau komentar yang dianggap tidak pantas atau tidak etis oleh sebagian orang.

"Menolak untuk berpartisipasi atau berkolaborasi dengan individu atau entitas yang terkena cancel culture, dan Menyebarkan informasi negatif tentang individu atau entitas tersebut untuk mengurangi reputasi atau pengaruh mereka," tuturnya.

Ilustrasi digital.

Photo :
  • Robert Walters China

"Mari kita hidup dengan lebih positif dan produktif. Batasi diri sendiri terlebih dahulu, caranya, Hindari jejak digital yang buruk, Buka website produktif yang bermanfaat bagi diri kita," tambahnya.

Kemudian Cecep Nurul Alam, MT Dosen Informatika UIN Bandung menyampaikan, Internet adalah anugerah, tetapi bisa menjadi bencana manakala teknologi hanya bisa mengendalikan kita.

"Manusia, tanpa jiwa-jiwa yang beretika, Etika hadir sebagai seorang bijak, yang mengingatkan kembali hakikat teknologi sebagai anugerah bagi manusia," katanya.

"Etika digital ditawarkan sebagai pedoman menggunakan berbagai platform digital secara sadar, tanggung jawab, berintegritas, dan menjunjung nilai-nilai kebajikan antar insan dalam menghadirkan diri, kemudian berinteraksi, berpartisipasi, bertransaksi, dan berkolaborasi dengan menggunakan media digital," pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya