Korban Meninggal Akibat DBD di Jombang Jadi 5 Orang, Mayoritas Anak-anak
- VIVA.co.id/Uki Rama (Malang)
Jombang – Jumlah pasien yang meninggal dunia akibat virus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, kian bertambah.
Sebelumnya, 4 pasien yang terdiri dari 3 anak-anak dan 1 dewasa, kini bertambah menjadi 5 orang. Usai 1 anak-anak usia 8 tahun meninggal dunia pada Jumat, 23 Februari 2024, kemarin. Dia sebelumnya sempat menjalani perawatan di RSUD Jombang.
Direktur RSUD Jombang, Ma'murotus Sa'diyah menjelaskan per 24 Februari 2024, jumlah pasien yang dirawat di RSUD Jombang, akibat gigitan nyamuk aedes aegypti bertambah.
"Saat ini yang kami rawat untuk usia dewasa ada 4, anak-anak 21 pasien, itu per hari ini ya," katanya, Minggu, 25 Februari 2024.
Sedangkan jumlah pasien yang tercatat pada 22 Februari kemarin, terdapat 21 pasien yang menjalani perawatan. Dimana sebagian dirawat di ICU RSUD Jombang, lantaran dinyatakan positif DBD.
"Kemarin pada 22 Februari jumlah pasien ada 21, yang kondisinya membaik dan pulang ada 6 orang," ujarnya.
Sedangkan kondisi 6 pasien yang sempat dirawat di ICU RSUD Jombang kemarin. Sebanyak 3 orang pasien pada 22 Februari, kemarin sore telah membaik dan dipulangkan.
Sedangkan, 3 pasien sisanya sudah membaik dan kembali ke ruang perawatan umum yang ada di RSUD Jombang. Namun demikian pada tanggal yang sama terdapat 6 pasien baru masuk ke ICU, dan salah satunya meninggal dunia.
"Dari kemarin yang 21 yang pulang 6, terus ada yang masuk lagi (6 pasien). Kalau kemarin yang meninggal 4 ya, per tanggal 22, dan hari tambah satu, tadi malam ya meninggalnya," tuturnya.
Ia pun menjelaskan bahwa, pasien anak-anak, yang meninggal pada pukul 22.00 WIB, kemarin malam itu kondisinya sudah memburuk saat dirujuk ke IGD RSUD Jombang.
"Rata-rata pasien yang meninggal di bawah ke RSUD Jombang, sudah dalam kondisi dengue shock syndrome, DHF great 3. Dimana kondisi pasien yang dirujuk ini sudah dalam kondisi sudah agak berat," kata Ma'murotus.
Dia menyebut, untuk mengantisipasi lonjakan kasus tersebut, pihaknya mengaku tengah menyiapkan sejumlah persiapan pelayanan di rumah sakit plat merah itu.
"Karena kebanyakan pasien demam berdarah usianya kebanyakan anak-anak, untuk itu kita nambah 12 bed, dan untuk ICU kita nambah 40 tempat tidur," ujarnya.
Karena jumlah kasus meninggal akibat DBD meningkat. RSUD Jombang mengimbau masyarakat agar kembali menggencarkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di rumah dan lingkungannya masing-masing.
"Karena angka bebas jentiknya kurang tolong 3M dan PSN yang dilaksanakan Dinas (Dinkes), ditingkatkan lagi. Selain itu anak-anak ini juga perlu makanan sehat, dan minum cairan lebih banyak dari biasanya," tuturnya.
"Dan kalau memang anak sudah dalam kondisi panas, dibawa ke pusat pelayanan kesehatan, diobservasi terus oleh keluarga. Kalau tidak opname, cuman panas biasa, diobservasi makan minumnya lebih banyak, daripada biasa, terutama minum susu, minum cairan elektrolit seperti jus, dan buah-buahan lainnya," kata Ma'murotus.
Pihaknya juga menjelaskan, bahwa kondisi berbahaya bagi anak-anak yang terjangkit DBD ialah pada hari ke 4 dan 5 pasca terjadinya demam.
"Dan yang paling berbahaya kan hari ke 4 sampai ke 6, karena rata-rata yang meninggal itu dibawa ke IGD RSUD Jombang pada hari ke 4 sampai ke 6," ujarnya.
Ia pun menjelaskan bahwa, K (8 tahun) pasien DBD yang dinyatakan meninggal pada Jumat 23 Februari kemarin malam itu, memang memiliki riwayat pernah menjadi pasien DBD, pada tahun 2023 kemarin.
"Kalau dari riwayatnya dia (K) ini sudah pernah, terkena (DBD) dan dirawat di sini, kira-kira setahun yang lalu. Jadi pernah kena demam berdarah juga, memang beresiko kalau sudah serangan kedua memang agak berat. Kemudian dia datang pada tanggal 22 jam 4 sore, rujukan dari rumah sakit setempat," tuturnya.