Kronologi Siswa Terlempar Kayu Hingga Terancam Buta di Jombang

Orang tua pelajar SD menunjukan rekam medik bola mata.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Uki Rama (Malang)

Jombang - Sekolah dasar di Kabupaten Jombang membeberkan kronologis siswa berusia 10 tahun yang terkena lemparan kayu dari teman sesama sekolahnya. Peristiwa itu terjadi di tengah pergantian jam pelajaran.

Cegah Bahaya Penyakit Glaukoma, IDI Kabupaten Brebes Berikan Informasi Pengobatan

"Itu terjadi memang saat pergantian jam ya. Dimana jam sebelumnya itu anak-anak kegiatannya di bawah di tidak di kelas, di ruang makan. Nah ketika pelajaran mau akan selesai, guru memerintahkan yang sudah selesai kembali ke kelasnya," kata Kepala, Ike Sinta Dewi Ike, Sabtu, 17 Februari 2024.

Pada jam pelajaran berikutnya, guru muatan lokal Diniyyah, memang berada di lantai dua. Guru saat itu sedang menuju ke kelas 4B. Di sisi lain, para pelajar yang menunggu gurunya datang ada yang bermain di dalam kelas.

Bukan Sekadar Penghargaan, Beasiswa Juga Sebuah Investasi Masa Depan

"Kan membutuhkan waktu, karena beda lokasi, tetapi intinya guru datang tidak tepat waktu lah, sampai ke kelas. Menunggu gurunya datang itu, ada yang bermain kartu, dan ada yang bermain bola. Bola tidak ditendang, tapi pakai tangan, dengan kayu," ujar Ike. 

Setelah bermain bola dengan kayu, kayu yang dipegang seorang siswa patah, dan terlempar ke arah siswa lainnya. Korban saat itu tidak ikut bermain hanya menonton temannya yang sedang bermain. 

Viral Dagangan Siswa MTs Dibuang Ibu Kantin Lantaran Merasa Tersaingi, Kepala Sekolah Ungkap Kelakuan Pelaku

"Kayunya patah, patahannya terlempar, terkena mata temannya. Dia tidak ikut bermain dia. Cuman nonton temannya main kartu. Seperti yang disampaikan teman-temannya yang ada di situ," tutur Ike.

Karena tidak ada guru di dalam kelas 4B, korban yang kesakitan kemudian, dipapah oleh temannya menuju ke ruang UKS yang ada di lantai bawah.

"Karena memang tidak ada guru, tadi ya. Jadi anak-anak yang memapah, ke UKS. Dan UKS nya, berada di sebelah ruangan saya (ruang Kepsek)," ujar Ike. 

Sesampainya di UKS, yang tampak pada korban, memang terdapat luka di bawah kelopak mata korban. Dan akhirnya guru memberi pertolongan pertama dengan memberikan obat anti luka.

"Yang tampak memang ada luka luar, dibawah mata. Dan guru memberikan pertolongan pertama, diberikan Betadine. Kemudian anak ini juga ditenangkan. Dipijit pakai minyak kayu putih. Bahkan sempat disuapain, makan siang," ujar Ike. 

Ia menegaskan, setelah jam pulang sekolah, korban pun pulang ke rumah. Namun, ia mendapat kabar dari orang tua korban bahwa setelah pulang ke rumah, korban masih mengeluhkan rasa sakit pada bagian matanya.

"Setelah pulang, saya taunya dapat kabar dari ayahnya, bahwa ananda yang sudah dibawa pulang ternyata masih sakit matanya. Dan dibawa ke IGD RSUD Jombang," kata Ike.

Sementara itu, Erna Widyawati (43 tahun) orang tua korban menyebut, usai pulang dari sekolah, anaknya tidak langsung dibawa pulang namun langsung dilarikan ke IGD RSUD. Dengan masih menggunakan seragam sekolah.

Hal ini dilakukan, lantaran korban sudah tak sanggup menahan sakit mata, yang dialaminya usai terkena lemparan kayu, dari teman sekelasnya.

"Saya taunya anak saya di UKS dari teman saya yang biasa jemput anak saya. Saat saya mau berangkat teman saya telpon ngasi kabar kalau anak saya nangis gemetaran, dan saya juga sempat video call dengan teman saya, untuk mengetahui kondisi anak saya," ujar Erna.

Penglihatan Kabur

Setelah mengetahui mata anaknya terluka, ia kemudian menghubungi temannya menjadi dokter di IGD RSUD Jombang. Selanjutnya korban dilarikan ke IGD RSUD Jombang, untuk menjalani pemeriksaan dokter.

"Saya kirim foto anak saya ke teman saya, terus disuruh membawa ke IGD RSUD Jombang. Setelah itu jam satu saya gendong anak saya ke IGD," tuturnya.

Sesampainya di IGD RSUD Jombang, korban kemudian diperiksa oleh dokter umum, dan pihak dokter menyarankan agar korban diperiksa oleh dokter ahli mata. Karena terdapat pendarahan di mata korban.

"Sampai di IGD, mereka bilang ada pendarahan, terus ada pembesaran bola mata atau apa gitu, karena matanya itu kan bengkak. Dan dokter umum bilang kalau gak bisa melakukan tindakan, karena lukanya ada di area mata, harus menunggu dokter mata," katanya.

"Sekitar pukul setengah empat, datanglah dokter ini, terus diperiksa dan memang dinyatakan ada pendarahan, di mata. Sehingga harus menjalani rawat inap. Langsung rawat inap mulai tanggal 9, 10, 11, sampai 12," ujarnya.

Selama menjalani perawatan di RSUD Jombang, pendarahan di luar mata itu bisa sembuh dan hilang. Tetapi pendarahan yang ada di dalam mata, membuat korban kehilangan penglihatannya.

"Diobati di RSUD itu pendarahan yang diluar itu diobati dan hilang, tapi anak saya gak bisa melihat. Saat dikasi tebakan, ini angka berapa, dalam jarak satu meter, dia gak bisa melihat. Yang terlihat hanya gelap, dan rasa sakit di mata, sampai menangis anaknya, karena tak bisa melihat saya," tuturnya.

Setelah itu, Erna mengaku mengobatkan korban ke rumah sakit mata Undaan Surabaya, secara mandiri tanpa bantuan biaya dari pihak sekolah maupun dari pihak keluarga siswa yang melempar tidak sengaja ke arah korban.

"Upayanya langsung saya periksakan ke rumah sakit mata Undaan di Surabaya mas. Karena harapan saya anak saya bisa sembuh. Saya sendiri yang mengobatkan. Biayanya sampai Rp25 juta," kata Erna.

Ia pun menjelaskan, bahwa ananya sudah menjalani operasi mata yang pertama pada 5 Februari kemarin. Dan dari hasil operasi tersebut, korban kini penglihatannya masih belum sembuh. Dan kemampuan melihat mata kanannya hanya 20 persen.

"Untuk saat ini, anak saya untuk tensi bola matanya, sudah stabil. Tapi masih memerlukan perawatan obat-obatan, yang tidak boleh lepas, setelah operasi tanggal 5 kemarin, tetapi retina masih tetap (rusak total), penglihatannya masih belum pulih, tinggal 20 persen," ujar Erna. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya