Penyebab Kecelakaan KA Turangga vs KA Baraya Terungkap, KNKT: Peralatan Mekanik Sudah Tua
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) melaporkan hasil investigasi, pada kasus kecelakaan kereta api (KA) 350 CL Bandung Raya dan KA 65A Turangga di KM 181+700 petak jalan St. Cicalengka-St. Haurpugur. Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono mengatakan, insiden tersebut juga dipengaruhi oleh faktor manusia dan peralatan mekanik yang sudah tua.
"Kontribusi manusia memang ada, tapi di sini peralatan di Cicalengka mekanik yang sudah tua," kata Soerjanto dalam konferensi pers di kantornya, Jumat, 16 Februari 2024.
Pada kesempatan yang sama, Investigator Keselamatan Perkeretaapian KNKT, Gusnaedi Rachmanas mengatakan, kecelakaan terjadi akibat adanya sinyal yang dikirim sistem interface, tanpa perintah peralatan blok mekanik (uncommanded signal) Stasiun Cicalengka. Dimana, hal itu terproses oleh sistem interlocking blok elektrik Stasiun Haurpugur.
Berdasarkan rekaman event data logger persinyalan elektrik St. Haurpugur, sesaat sebelum kecelakaan disebut-sebut telah muncul uncommanded signal berupa pemberian "blok aman" ke arah St. Cicalengka. Hal itu terjadi saat sedang berlangsung proses pemberian "warta masuk" KA 121 Malabar, di St. Haurpugur dari arah St. Cicalengka.
"Uncommanded signal tersebut kemudian ditampilkan pada layar monitor Stasiun Haurpugur sebagai indikasi seolah-olah telah diberi "blok aman" oleh Stasiun Cicalengka," kata Gusnaedi.
Dia menambahkan, uncommanded signal tersebut terproses oleh persinyalan elektrik St. Haurpugur, kemudian ditampilkan pada layar monitor St. Haurpugur berupa tanda panah kuning ke arah St. Cicalengka. Hal itu mengindikasikan bahwa petak jalan ke arah St. Cicalengka aman untuk dilalui KA
Gusnaedi menjelaskan, Uncommanded signal tersebut merupakan efek transien tegangan dengan amplitudo sangat tinggi dalam waktu sangat singkat, saat operasi pensaklaran relay sistem interface St. Cicalengka saat proses menerima signal dari St. Haurpugur. Efek ini kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi pengkabelan serta grounding sistem interface, dan peralatan persinyalan blok mekanik St. Cicalengka.
Setelah St. Haurpugur mengirim sinyal "warta lepas" berangkat KA 350 CL Bandung Raya ke St. Cicalengka, indikator blok mekanik St. Cicalengka berubah menunjukkan "Blok Ke HRP" berwarna putih yang mengindikasikan bahwa petak jalan ke arah St. Haurpugur aman untuk dilalui KA.
Hal tersebut terjadi karena peralatan blok mekanik selalu bekerja berdasarkan sequence pelayanan, dan tidak dapat mengakomodir jika terjadi perbedaan sequence pelayanan info blok yang sudah terjadi sebelumnya. Indikasi aman "Blok Ke HRP" berwarna putih ini menjadi acuan PPKA St. Cicalengka, untuk melayani KA Turangga berjalan langsung ke arah St. Haurpugur.
Berdasarkan hasil investigasi KNKT, anomali berupa uncommended signal serupa telah terjadi beberapa kali sejak bulan Agustus 2023. Kondisi tersebut di-reset agar pelayanan KA dapat dilakukan kembali. Anomali tersebut tidak teridentifikasi sebagai gangguan blok sehingga tidak tercatat dalam laporan gangguan persinyalan.
Karenanya, unit yang bertanggung jawab memastikan sistem persinyalan bekerja sebagaimana mestinya, tidak mengetahui adanya anomali hubungan blok antara St. Haurpugur-St. Cicalengka. Dia mengakui, kondisi ini menunjukkan kurangnya kesadaran terhadap potensi bahaya, yang dapat ditimbulkan dari anomali tersebut.
"Seharusnya dengan anomali yang tercatat ini, maka potensi bahaya tersebut dapat teridentifikasi lebih awal. Sehingga risiko yang ditimbulkan dapat dilakukan penilaian, untuk kemudian dikendalikan dan disusun langkah-langkah mitigasinya," ujarnya.