Tingkat Kepuasan ke Wali Kota Rendah, Survei ICRC Sebut Warga Banjar Butuh Perubahan
- Dok. Istimewa
Jawa Barat – Lembaga Ide Cipta Research and Consulting (ICRC) merilis hasil survei di Kota Banjar pada periode survei 19 – 24 Januari 2024 dengan meliputi 4 kecamatan, hasilnya menunjukkan kepuasan masyarakat terhadap Wali Kota Banjar dan Wakil Wali Kota Banjar, Provinsi Jawa Barat periode 2018-2023, Ade UU Sukaesih dan Nana Suryana Mahesa kurang begitu memuaskan.
Secara umum kepuasan masyarakat terhadap Ade UU Sukaesih hanya 65,2 persen, tidak puas 25,5 persen dan tidak tahu tidak jawab 9,3 persen, begitu juga dengan tingkat kepuasan terhadap Nana Suryana Mahesa hanya 56,7 persen masyarakat puas, 13,8 persen tidak puas dan tidak tahu tidak jawab 29,5 persen.
“Tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Walikota Banjar termasuk tidak begitu tinggi, minimal untuk Walikota dua periode seharusnya mencapai minimal 70% itu baru tinggi,” ujar Direktur Eksekutif ICRC Hadi Suprapto Rusli dalam keterangannya, Minggu 4 Februari 2024.
Hadi memaparkan ketidakpuasan terhadap Ade UU Sukaesih dikeluhkan masyarakat di antaranya yaitu pembangunan belum merata, lapangan pekerjaan sulit, kurang turun menemui masyarakat dan juga tidak menepati janji politik.
“Sehingga masyarakat tidak menginginkan Walikota sekarang kembali menjadi Walikota Banjar itu sebesar 52,1 persen, ini termasuknya tinggi, tidak menginginkan 8,3 persen tidak tahu tidak menjawab 39,5 persen,” ucapnya.
Begitu juga terhadap Wakil Walikota Banjar Nana Suryana Mahesa ketidakpuasan terhadap pemerintah Kota Banjar mengakibatkan masyarakat tidak ingin Nana menjadi Wakil Walikota lagi di periode 2024-2029 sebesar 25,2 persen, yang menginginkan 26 persen dan tidak tahu tidak jawab 48,8 persen.
“Wajar jika masyarakat mayoritas tidak menginginkan Nana Suryana jadi wakil Walikota lagi, karena kepuasan masyarakat bisa terbilang masih rendah,” kata Hadi.
Lanjut Hadi menyatakan hal yang sama ketika Nana Suryana ingin naik menjadi Walikota, dukungan masyarakat yang ingin Nana Suryana menggantikan Ade UU Sukaesih menjadi Walikota hanya 39,8 persen, yang tidak ingin 14,3 persen dan tidak tahu tidak jawab 46 persen.
“Ini kan sebagai satu kesatuan antara Walikota dan Wakil Walikota, dilihat dari data ini untuk maju menjadi Walikota masih rendah dukungannya,” ucap Hadi.
Dengan kepuasan terhadap pemerintah Kota Banjar, maka pada Pilkada 2024 ini slogan yang tepat untuk calon walikota atau wakil Walikota periode berikutnya tentu mesti ada perubahan.
“Karena kalau semangatnya melanjutkan, masyarakat tidak begitu puas, kalau puas dilanjutkan kalau tidak tentu harus ada tokoh kuat yang bisa mengubah keadaan Kota Banjar dan menjawab atau memberikan solusi atas permasalahan-permasalahan mendesak di Kota Banjar,” tuturnya.
Sementara itu dari segi elektabilitas dari nama-nama calon yang diprediksi akan maju pada Pilkada Kota Banjar periode 2024-2029 nama yang sering muncul adalah Nana Suryana Mahesa dengan elektabilitas 25,7 persen, Dadang Ramdhan Kalyubi 15 persen dan Bambang Hidayah 7,6 persen.
Sementara nama-nama seperti Irma D. Bastaman, Akhmad Dimyati, Sudarsono dan Atet Sihombing elektabilitasnya masih di bawah 5 persen.
“Dari pertanyaan tertutup itu, ada hal yang unik di mana nama Bambang Hidayah muncul di urutan 3 besar, ini diprediksi akan menjadi the rising star pada Pilkada Banjar,” papar Hadi.
Kemudian untuk calon Wakil Walikota yang tertinggi elektabilitasnya yaitu hanya Irma D. Bastaman sebesar 15 persen, nama calon lainnya di bawah 3 persen. “Untuk Wakil Walikota yang tertinggi Irma,” ucapnya.
Sementara itu, mantan Ketua Umum KOHATI PB HMI Umiroh Fauziah yang juga berasal dari Kota Banjar mengatakan Kota Banjar selama 20 tahun ini tidak ada perubahan sama sekali semenjak memisahkan diri dari Kabupaten Ciamis tidak ada kemajuan sama sekali.
Padahal masyarakat Kota Banjar berharap ada kemajuan dan terobosan dalam mensejahterakan masyarakat, oleh karena itu dibutuhkan pemimpin yang tidak hanya bekerja secara formalitas tapi butuh pendobrak yang punya visi misi kuat untuk memajukan Kota Banjar.
"20 tahun Pembangunan Kota Banjar biasa saja, Kota Banjar butuh pemimpin yang punya visi jauh ke depan,” tegasnya.
Diketahui, survei ICRC ini dilakukan dengan sampel sebesar 420 responden dengan penarikan sampel yang digunakan adalah multistage random sampling, Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara tatap muka menggunakan kuesioner.