Kemenag Gencarkan Kompetensi Digital untuk Transformasi ASN di Era Modern

Gedung Kementerian Agama Republik Indonesia
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

Jakarta – Staf Ahli Menteri Agama (Menag) Bidang Riset, Hasanuddin Ali mengatakan tantangan terbesar dalam transformasi digital aparatur sipil negara (ASN), salah satunya yakni perubahan mindset, khususnya bagi generasi X yang berasal dari dunia analog, untuk bisa beradaptasi dengan teknologi digital.

Dahnil Anzar Ingatkan Pesan Presiden Prabowo Jangan Main-main Dengan Pengelolaan Haji

"Seringkali gen X ini tergagap-gagap dalam melakukan aktivitas di dunia digital, ini menurut saya tantangan yang paling berat dan harus kita tangani," ujar Hasanuddin Ali di Jakarta, Jumat, 5 Januari 2024.

Menurutnya, digitalisasi menjadi penting bagi seluruh masyarakat di Indonesia. Saat ini, kata dia, masyarakat didominasi oleh generasi milenial dan gen Z.

Gen Z dan Milenial Disebut Siap Resign Massal pada 2025, Ada Apa?

“Ketika kita bicara anak muda, maka di saat bersamaan kita harus bicara soal digitalisasi. Ketika kita bicara soal digitalisasi, maka di saat bersamaan kita juga harus bicara anak muda. Ini seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan," katanya.

Gedung Kemenag RI.

Photo :
  • vivanews/Andry Daud
Andal by Taspen Mulai Bisa Digunakan Januari 2025, Integrasi Data Dilakukan

Hasanuddin menyebutkan bahwa media digital kita sudah masuk ke dalam ruang-ruang private masyarakat. Seperti, ruang komunikasi dan lingkungan kerja sudah beralih dari komunikasi verbal ke komunikasi teks melalui WhatsApp dan media lainnya.

Di Kementerian Agama sendiri, lanjut Ali, data ASN Kemenag muda yang berusia di bawah 39 tahun ada 13,5 persen. Jumlah ini, kata dia, sebagai modal kuat untuk melakukan akselerasi terhadap program Kemenag dan salah satu caranya adalah melalui digitalisasi. Maka, muncul aplikasi Pusaka Super Aps, pelatihan berbasis digital MOOC dan lainnya. 

Adapun Kepala Pusdiklat Kemenag, Mastuki menyampaikan bahwa ASN Kemenag telah bergerak dalam penguatan layanan pelatihan melalui digital. Ia menyoroti perbedaan antar generasi dalam memanfaatkan layanan digital, dengan 72 persen dari ASN generasi X memanfaatkan MOOC. 

Mastuki juga menekankan pentingnya Digital Learning Center (DLC) yang memungkinkan diakses oleh berbagai generasi. Pergerakan ASN Kemenag dalam pelaksanaan penguatan layanan pelatihan melalui digital itu usia ASN menentukan yang memanfaatkan MOOC pintar itu usia generasi X, generasi Z, dan sisanya generasi baby boomer. 

Maka itu, Mastuki menyebut DLC sebagai pemacu untuk bisa melayani semua ASN dengan pendekatan-pendekatan yang berbeda. 

"Ada gap yang cukup besar, tetapi ASN di Kemenag sangat antusias untuk memanfaatkan layanan-layanan digital itu. Yang dilakukan pihaknya semuanya bisa diakses, tidak hanya ASN. Terdapat 8 persen dari jumlah penerimaan manfaat di luar itu adalah masyarakat, seperti pengelola masjid, lembaga keagamaan, dan ormas keagamaan," kata dia.

Sementara itu, Kepala Pusat Pembinaan Program dan Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN (P3K Bangkom) LAN, Erna Irawati, turut berbicara tentang kebijakan dan klasifikasi kompetensi digital yang sangat dibutuhkan di era yang cepat berubah. Irawati juga membahas peran Undang-undang Nomor 20 Tahun 2023 yang menetapkan digitalisasi sebagai roh sektor publik.

Menurut Erna, ada tiga hal yang akan menjadi pemantik yang perlu diskusikan lebih jauh, yang pertama mengenai kebijakan yang mengatur tentang kompetensi digital bagi ASN. Kedua, klasifikasi kompetensi digital yang sangat dibutuhkan di era yang sangat dibutuhkan yang sangat cepat perubahannya saat ini. Ketiga, yang sudah dilakukan Lembaga Administrasi Negara (LAN) untuk melakukan penguatan kompetensi digital.

"Momentum digitalisasi itu menemukan puncaknya ketika kita memasuki pandemi tahun 2020, kalau di sektor publik sudah banyak, tetapi kelihatannya jalan digitalisasi itu lambat. Ternyata, perubahannya lebih cepat dari yang kita lakukan ketika 2000-2020," katanya.

Kompetensi digital, kata Erna, tidak hanya problem teknis LMS solusinya, tapi yang menjadi salah satu kompetensi digital yang menjadi tantangan bagi kita adalah dari sisi soft skill. “Sering sekali masih menjadi kendala tersendiri bagi kita-kita berbicara mengenai sehari-hari kita mindset-nya adalah digital,” ujarnya.

"Berbicara penguatan kompetensi digital, dari sisi pelatihan untuk menjembatani lingkungan organisasi yang mendorong mengadopsi digitalisasi di tempat kerja. mengenalkan digital mindset untuk membawa organisasi kepada digitalisasi dan kesadaran semua pegawai," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya