Banjir Hingga Atap Rumah di Kapuas Hulu, 500 Kepala Keluarga Mengungsi

Banjir Hingga Atap Rumah di Kapuas Hulu
Sumber :
  • VIVA/Destriadi Yunas Jumasani

Kalimantan Barat – Intensitas hujan tinggi membuat Sungai Tepuai dan Sungai Embau Meluap. Akibatnya, permukiman warga, di Nanga Tepuai, Kecamatan Hulu Gurung, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat terendam banjir Jumat 5 Januari 2024.

Terkuak, Peran Brigadir AK yang Bunuh Warga di Kalimantan Tengah

Banjir yang melanda wilayah tersebut memiliki ketinggian yang bervariasi, mulai dari sepinggang orang dewasa hingga setinggi atap rumah warga. Namun, sejumlah masyarakat terlihat masih beraktivitas meskipun kawasan rumahnya tergenang air.

Banjir Hingga Atap Rumah di Kapuas Hulu

Photo :
  • VIVA/Destriadi Yunas Jumasani
OJK Sebut Pinjol Ganti Nama Jadi Pindar, Apa itu?

Kasatgas Informasi BPBD Kalbar, Daniel mengatakan banjir tersebut berdampak pada 500 kepala keluarga, sekolah, kantor pemerintahan hingga jalan raya. "Masyarakat agar bersedia dievakuasi oleh petugas jika banjir tidak lagi terkendali," imbaunya. 

Selain itu pemerintah desa dan kecamatan diharapkan melakukan koordinasi dengan BPBD setempat terkait jumlah warga terdampak. "Ini berhubungan dengan bantuan yang akan diberikan oleh pemerintah," katanya. 

Muhammadiyah: Wacana Pemilihan Kepala Daerah oleh DPRD Mesti Dikaji Multiaspek

Daniel mendorong kabupaten untuk segera menetapkan status tanggap darurat atas musibah tersebut. Hal itu perlu dilakukan agar banjir dapat diatasi lebih optimal.

"Saya juga mengimbau kepada seluruh masyarakat yang tinggal di daerah berpotensi banjir agar tetap waspada," pungkasnya. 

Banjir yang terjadi juga menggangu perjalanan warga. Salah satu diantara sopir travel Pontianak - Putussibau, Junaidi mengatakan dirinya yang berangkat dari Kota Pontianak hari Rabu 3 Januari siang, seharusnya sudah sampai di Putussibau pada hari Kamis 4 Januari sekitar pukul 04.00.

Banjir Hingga Atap Rumah di Kapuas Hulu

Photo :
  • VIVA/Destriadi Yunas Jumasani

Namun saat masuk ke daerah Nanga Tepuai, dirinya beserta warga lain terpaksa harus berhenti karena banjir tinggi sehingga tidak bisa dilewati kendaraan. Bahkan kendaraan besar seperti bus juga tak berani untuk menerobos banjir yang sempat mencapai seleher orang dewasa. 

"Terpaksa kami nunggu lah, antrian ada kali sekitar 10 kilometer," ujarnya saat dihubungi via ponsel. 

Junaidi mengatakan saat ini terpaksa menunggu surutnya air baru bisa melanjutkan perjalanan ke Putussibau. "Dak tau lah kapan surutnya, sementara kami masih nunggu," pungkasnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya