Profil Prof Evi Fitriani, Guru Besar UI yang Jadi Panelis Debat Capres
- ui.ac.id
Jakarta – Evi Fitriani merupakan Guru Besar dalam bidang Ilmu Hubungan Internasional di Universitas Indonesia. Ia didapuk sebagai salah satu dari 11 panelis yang telah diumumkan oleh KPU untuk debat calon presiden (Capres) pada Minggu, 7 Januari 2024 nanti.
Dalam debat kedua untuk capres ini akan dihadiri oleh Anies Baswedan selaku paslon nomor urut 1, Prabowo Subianto nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo nomor urut 3. Tema yang diangkat dalam debat kali ini adalah pertahanan, keamanan, hubungan internasional, dan geopolitik.
Profil Evi Fitriani
Pemilik nama Prof. Evi Fitriani, Ph.D ini diketahui lahir pada tanggal 20 Desember 1968 sehingga usianya saat ini 56 tahun. Ia adalah anak dari pasangan Muawanah dan Amron Usman yang kini telah menjadi salah satu Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional UI.
Soal pendidikan, Evi Fitriani sempat menempuh pendidikan si SD Peltim yang kemudian dilanjutkan dengan menempuh pendidikan di SMP 1 Muntok. Ia kemudian pindah ke Pangkalpinang sehingga sekolahnya pun pindah ke SMP 1 Pangkalpinang.
Setelah itu, ia pun memutuskan untuk kembali pindah ke Jakarta dan bersekolah di SMP Negeri 51 Jakarta. Tamat SMP, ia melanjutkan pendidikan ke SMAN 12 Jakarta di Klender. Tak berhenti di sana, ia melanjutkan pendidikan S1 Hubungan Internasional di Universitas Indonesia.
Evi berhasil lulus dari UI dengan gelar sarjana ilmu hubungan internasional pada tahun 1993. Sementara untuk S2 dengan gelar MA diraih dengan menempuh pendidikan Studi Asia Tenggara di Universitas Ohio, AS dan Studi Internasional Modern, Universitas Leeds, Inggris
Tak berhenti di sana, Evi melanjutkan pendidikan S3 dengan gelar Ph.D dengan jurusan Ilmu Politik dan Hubungan Internasional dari Australian National University, Canberra, Australia. Setelah beberapa tahun mengajar, ia diangkat sebagai Guru Besar di Universitas Indonesia.
Karier
Evi Fitriani diketahui mulai mengajar di Universitas Indonesia pada tahun 1996. Ia juga terlibat dalam organisasi internal di UI dan ikut dalam pembentukan kantor internasional UI. Ia menjabat sebagai kepala kantor tersebut sejak berdiri pada tahun 2003-2005.
Ia kemudian menjabat sebagai kepala departemen Ilmu Hubungan Internasional dari 2012-2016. Sampai akhirnya ia diangkat sebagai guru besar dalam ilmu hubungan internasional pada 1 Juli 2021. Pengangkatan ini menurut keputusan Menteri Pendidikan, Kebudyaan, Riset, dan Teknologi.