Lestarikan Budaya, Warga NTT Jabotabek Gelar Tradisi Tinju Tradisional Etu

Tradisi Etu warga Nusa Tenggara Timur (NTT)
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta – Masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berada di Jabotabek menggelar tradisi budaya leluhur etu atau tinju tradisional. Etu biasa dipentaskan setiap tahun pada musim kemarau atau pada masa senggang sesudah panen. Alat tinjunya bukan dengan sarung tinju namun dengan tali ijuk yang dipilin menjadi sebuah gumpalan. 

Mega Diversity, Fadli Zon Akan Daftarkan Lebih Banyak Warisan Budaya Indonesia ke UNESCO 

Pembina Acara Gelar Budaya Tradisi Leluhur ETU Nagekeo NTT Andi Gani Nena Wea yang juga Putra Asli NTT sangat mendukung acara budaya ini dan akan kembali menyelenggarakan Gelar Budaya Etu Nagekeo NTT dalam skala lebih besar di tahun depan. Acara Etu diketahui digelar di Pintu V Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, pada Sabtu, 16 Desember 2023

Tujuan etu disebut sebagai ucapan syukur atas hasil panen yang telah diperoleh sekaligus sebagai pemohonan kesuburan untuk tanaman di tahun berikutnya. Selain itu, etu juga sebagai peningkatan rasa solidaritas sosial antar warga masyarakat.

Lewat Program Asik, Andra Soni Pede Tingkatkan Nilai Kebudayaan yang Rendah

"Untuk terus mewariskan budaya leluhur NTT ini, kami berencana akan kembali menggelar tradisi budaya etu pada Januari tahun depan dengan mengundang Calon Presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo," kata Andi Gani seperti dikutip Minggu, 17 Desember 2023.

Andi Gani Nena Wea di kompleks Istana Negara

Photo :
  • VIVA/Eduward Ambarita
Tradisi dan Identitas, Kopi sebagai Warisan Budaya Indonesia

Menurut Andi Gani, warisan budaya leluhur etu ini wajib dilestarikan karena akan bisa mendongkrak wisatawan yang datang ke NTT.

"Etu ini perlu didukung dan dilestarikan sebagai kekayaan budaya bangsa apalagi sampai bisa menarik wisatawan asing," ujarnya. 

Penyelenggara Acara Etu, Joseph Djuwa menjelaskan, Etu Adalah warisan budaya Kabupaten Nagekeo NTT.  Di dalam etu, sangat menjunjung tinggi sportivitas, perdamaian dan rasa hormat pada lawan tanding. Di mana setiap usai sesi, para petarung saling berpelukan.

"Etu tidak ada yang menang atau kalah, melainkan menjalin harmonisasi persaudaraan dan ikatan kekeluargaan di antara sesama warga Nagekeo dan Ngada yang berhubungan keturunan," ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya