Indonesia Diwanti-wanti Bakal Didatangi Lebih Banyak Imigran Rohingya
- UNHCR
Jakarta – Jumlah imigran Rohingya yang melakukan perjalanan perahu berisiko melintasi Laut Andaman untuk melarikan diri telah melebihi tahun kemarin. Mereka melarikan diri karena kelaparan dan keputusasaan yang meningkat di kamp-kamp pengungsi Bangladesh.
Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa kapal yang membawa 150 orang Rohingya mendarat di Indonesia bagian barat pada Sabtu pagi, Kantor Amnesty International di Indonesia mengatakan kepada VOA News.
Hal ini menjadikan jumlah total warga Rohingya yang melarikan diri melintasi Andaman dengan perahu menjadi 3.722 orang sepanjang tahun ini. UNHCR bahkan menerima laporan mengenai dua kapal lagi dengan total penumpang sekitar 400 orang masih terkatung-katung di Andaman.
Menjelang kedatangan pengungsi di Indonesia, kelompok bantuan dan advokasi mengatakan bahwa jumlah pengungsi tahun ini bisa atau kemungkinan besar akan terus meningkat. Bulan Desember jatuh di tengah musim berlayar tahunan, ketika perairan relatif tenang dan sebagian besar warga Rohingya biasanya melakukan upaya tersebut.
“Kami tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi pada bulan Desember, tapi jika kita melihat tahun lalu, 2022, tiga bulan terakhir adalah… tersibuk,” kata juru bicara UNHCR Babar Baloch.
Hampir banyak etnis Rohingya minoritas Muslim dari Myanmar yang mayoritas beragama Buddha, kini tinggal di kamp-kamp pengungsi yang luas di Bangladesh timur. Mereka melarikan diri usai PBB sebut bahwa militer Myanmar berniat untuk melakukan genosida.
Sebagian besar dari mereka melarikan diri dengan perahu menuju Malaysia atau Indonesia karena negara mayoritas Muslim. Beberapa ratus orang tewas saat mencoba berlayar dengan kapal yang penuh sesak dan sering kali sudah tua dan reyot.
“Saya yakin akan ada lebih banyak orang dalam perjalanan pengungsi (ke Indonesia), tapi (memberikan) angka pastinya tidak mungkin,” Chris Lewa dari Arakan Project, sebuah kelompok yang memantau dengan cermat kapal-kapal tersebut.
Kelompok bantuan dan advokasi, serta para pengungsi, menganggap peningkatan jumlah tersebut karena oleh kondisi yang semakin buruk di kamp-kamp dan memudarnya harapan bahwa warga Rohingya akan kembali dengan selamat ke Myanmar dalam waktu dekat.
Myanmar pada umumnya menolak kewarganegaraan Rohingya dan memicu perang saudara di seluruh negeri akibat kudeta militer pada tahun 2021. Sementara itu, di kamp-kamp yang tertutup di wilayah timur Bangladesh, para pengungsi mengeluhkan meningkatnya kekerasan geng, kurangnya lapangan pekerjaan dan sekolah, serta terbatasnya jatah makanan.
Program Pangan Dunia PBB, sumber utama bantuan pangan bagi para pengungsi, memotong nilai voucher bulanan di kamp-kamp pada bulan Juni, untuk kedua kalinya tahun ini, menjadi rata-rata US$8 per orang. Mereka menyalahkan kurangnya dukungan donor.