Usaha Kelompok Keban Agung Sumsel Bangga Adanya Panel Surya
- Istimewa/VIVA
Sumatera Selatan - Kampung Berseri Astra terletak di Dusun II Bukit Agung, Desa Keban Agung, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan bangga atas adanya bantuan Panel Surya yang diserahkan langsung oleh PT Astra yang saat ini selalu dipakai balai desa.
Sutrisno penggagas Ide dan konsep Kreatif sangat bangga atas PT.Astra yang telah menampung gagasan-gagasan ide pengembangan bakat di masyarakat serta program Kampung iklim (Proklim) disupport langsung oleh PT PAMA Persada Nusantara yang merupakan member dari Astra.
"Panel surya diletakkan di balai desa dan panel surya itu energi terbaru di desa Keban Agung untuk menghemat seperti kegiatan Pos Yandu dan kegiatan balai desa menggunakan panel surya dan tidak dipakai untuk masyarakat karena terbatas," ujarnya, Jumat (27/10/2023).
Sutrino mengatakan, untuk membangkitkan ekonomi masyarakat, ia membentuk kelompok pengembangan ecoprint, sabun cuci piring, sovenir dan lain sebagainya namun ia mengaku sangat sulit untuk memasarkan keluar daerah sehingga memperkenalkan hingga memasarkan ketika ada pameran baru barang hasil dibuat masyarakat dipasarkan.
"Ecoprint itu adalah percetakan motif daun-daun ke dasar, tetapi menggunakan pewarna alami dan tidak menggunakan pewarna kimia dan prosesnya agak lama dan harganya mencapai 350 ribu rupiah namun ketika sudah jadi baju bisa lebih mahal," jelasnya.
Sutrino menceritakan, pahitnya dalam menjelaskan ide awalnya masyarakat belum tertarik apa itu Proklim, masyarakat berpikir Proklim cuman bergelut di lingkungan hidup dengan sampah-sampah, padahal di dalam kegiatan Proklim banyak pengetahuan tentang mitigasi dan adaptasi dari mitigasi dan adaptasi itulah menimbulkan kelompok usaha.
"Seperti teh kelor, kami mengambil daun kelor dari lingkungan lingkungan kami sendiri dan dari teh kelor itulah kami buat jadi teh yang bisa diseduh dan bahkan teh kelor itu dibawa untuk Festival rempah di Sumatera Selatan sehingga kegiatan kami banyak bersifat lingkungan dan kami konsentraai dengan lingkungan itu sendiri pada kegiatan kegiatannya," tuturnya.
Sutrisno menyebutkan, usaha dibuatnya mengalami kesulitan dalam pemasaran Ecoprint yang harga satu lembar bahan dasar mahal, sehingga ia akan membuat suatu hal-hal barang jadi seperti Udeng atau sal sampai membuat barang jadi seperti tas yang harganya rendah.
"Ke depan untuk Program Pengembangan Ecoprint tidak hanya menjual dasar bahan untuk pakaian. tetapi sudah barang jadi seperti Udeng, tas atau baju serta pakaian-pakaian yang sudah jadi namun masih mengkaji tukang jahit mana yang bagus sedangkan pembuatan Ecoprint tidak ada kesulitan karena bahan yang kami cari bisa didapat karena sudah didapatkan dari alam wilayah sendiri," katanya.