Para Pemimpin Agama Diingatkan untuk Terlibat dalam Mengatasi Perubahan Iklim
- IST
Utah - Peran dan kontribusi para tokoh agama dunia sangat penting dalam menanggulangi perubahan iklim. Suara agama adalah suara hati nurani serta keyakinan prinsipil yang efektif untuk mengajak masing-masing pemeluknya aktif mencegah pemanasan global dan perubahan iklim yang dampaknya kian nyata di muka bumi.Â
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Anggia Erma Rini menegaskan hal tersebut dalam Pertemuan Simposium Agama dan Hukum Internasional Tahunan ke-30 di Utah, Amerika Serikat (AS), Rabu waktu setempat, 4 Oktober 2023. Simposium berskala global itu diselenggarakan rutin oleh International Center for Law and Religion Studies (ICLRS) yang berpusat di Brigham Young University, Utah.
"Sudah saatnya para pemimpin agama dan tokoh-tokoh terkemuka bersuara lantang menyikapi isu lingkungan dan perubahan iklim secara lebih serius. Sekarang atau tidak sama sekali," ujar Anggia di depan ratusan tokoh agama dunia, sebagaimana keterangan tertulis yang diterima VIVA, Jumat.
Anggia menjadi pembicara simposium bertema "Protecting the Right to Freedom of Thought, Conscience, and Religion: 75 Years of the Universal Declaration of Human Rights". Aktivis perempuan Nahdlatul Ulama ini menyampaikan relevansi maqosidus syariah dalam konteks melindungi hak kebebasan berpendapat, beragama, juga bereskpresi, terutama setelah 75 tahun Deklarasi Hak Asasi Manusia menjadi pedoman bersama.
Secara khusus, Anggia mengajak tokoh agama dari berbagai negara yang hadir di simposium untuk bertindak dan menjalankan aksi lebih kongkrit. "Kita semua corong umat. Aksi nyata para pemuka agama sangat penting dan urgen," katanya.
"Semua agama punya concern yang sama dan landasan penguatnya masing-masing," dia mengingatkan. "Dalam Islam, misalnya, menanam pohon adalah amal jariyah yang pahalanya mengalir terus sepanjang masa. Keberpihakan pada lingkungan ini harus terus disuarakan oleh pemuka semua agama di dunia."
Anggia menambahkan bahwa lingkungan dan kehidupan yang sehat adalah hak warga dunia. "Perubahan iklim dan degradasi lingkungan telah menjadi ancaman mendesak bagi masa depan umat manusia. Perubahan iklim, pencemaran, dan kerusakan lingkungan adalah salah satu tantangan besar HAM saat ini."
Simposium kali ini dihadiri banyak tokoh agama dunia serta para tokoh global terkemuka dari 63 negara. Di antaranya Frans van Daele (Belgia), David G. Campbell (Arizona), Armen Harutyunyan (Armenia), Ioannis Ktisakis (Yunani), Helen Moronkeji Ogunwumiju (Nigeria), Jose C. Reyes, Jr. (Filipina), Engin Yildirim (Turki), Ján Figeľ (Slovakia), Ewelina Ochab (UK), dan banyak tokoh dunia lainnya yang berbicara dalam beragam panel, dengan ratusan audiens dari berbagai organisasi tingkat dunia.
Selain Anggia Erma Rini, dari Indonesia hadir Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, Sekretaris Jenderal Muhammadiyah Abdul Mu'ti, mantan menteri luar negeri RI Alwi Shihab, dan Direktur Yayasan Leimena Jakarta Matius.