Misi Kemanusiaan Polisi Heri Tena di Manggarai Timur NTT

Bripka Heri Tena menyerahkan batuan ke warga di Manggarai Timur, NTT
Sumber :
  • Jo Kenaru/NTT

Manggrai Timur- Heribertus Tena akrab dengan isu kemanusian sebab selama 2 tahun terakhir ia bergulat dengan misi kemanusiaan. Empatinya terhadap nestapa masyarakat kecil begitu liberosis. 

Polisi Tembak Kasat Reskrim Polres Solok Selatan Menyerahkan Diri ke Polda Sumbar

Aksi karitatifnya kuat dan konsisten, sampai seluruh tabungannya selama16 tahun berdinas sebagai anggota polri terkuras habis demi misi kemanusiaannya.

Sosoknya cukup familiar di kalangan pekerja media lokal. Karya afinitas yang tulus tanpa tendensius membuat kebaikan pria yang biasa dipanggi Pak Heri Tena ini begitu membekas di banyak sanubari.

Kronologi Kabag Ops Tembak Kasat Reskrim Polres Solok Selatan

Narasi tentangnya, seputar tema fraternitas seumpama membantu kursi roda untuk difabel, pun saat Heri merawat ODGJ yang dipasung. Dia telah menyalurkan begitu banyak bantuan berupa uang dan barang baik dari kocek sendiri maupun hasil donasi.

Bripka Heri Tena menyerahkan batuan ke warga di Manggarai Timur, NTT

Photo :
  • Jo Kenaru/NTT
Kabag Ops Polres Solok Selatan Tembak Kasat Reskrim, Tambang Galian C Jadi Pemicu?

Bintara Polri 35 tahun ini juga sering mendampingi pengobatan orang-orang tua ke tempat operasi katarak juga membantu mengurus KIS untuk pasien tidak mampu.

Panggilan nurani

Membantu masyarakat yang berkekurangan merupakan panggilan nuraninya. Prinsip hidup "Ingin bermanfaat bagi sesama" mengakar kuat sejak ia dilantik menjadi anggota polri pada 2006 silam.

Sejak kepindahannya di Polres Manggarai Timur Flores pada awal 2022 lalu, pria bujangan yang lama bertugas di RS Bhayangkara Kupang Polda Nusa Tenggara Timur (NTT) ini mulai menyibukkan diri pada kegiatan sosial. 

Tekadnya diperkuat oleh Ralph Waldo Emerson seorang esais dan pemimpin gerakan transendentalisme Amerika Serikat yang menulis "Begitu kamu membuat keputusan, alam semesta berkonspirasi untuk mewujudkannya." 

Foto-foto yang diperlihatkan pria kelahiran Aimere  Kabupaten Ngada ini menggambarkan banyak penderitaan dan air mata di luar sana dan Heri Tena hadir memberi pelangi kepada wajah-wajah lesu itu.

"Saya melihat potret kehidupan masyarakat yang memprihatinkan dan membutuhkan perhatian. Kehidupan ekonomi masyarakat yang pas-pasan belum lagi ditambah kondisi kesehatan yang terganggu membuat mereka seakan tidak memiliki harapan untuk memperjuangkan kesejahteraan yang layak bagi mereka. Bagi mereka apa yang mereka dapatkan hari ini sudah cukup untuk dinikmati untuk hari ini. Bagi mereka mungkin sudah menjadi takdir untuk bisa menerima keadaan yang mereka alami saat ini," katanya.

Pertaruhkan kejujuran

Polisi berpangkat Brigadir Kepala (Bripka) jebolan Magister Forensik Universitas Airlangga tahun 2021 ini awalnya bekerja sendiri tapi belakangan banyak dukungan bersimpul pada gerakan peduli Heri Tena sehingga dia mampu meng-handle kegiatan yang membutuhkan dana besar.

Kejujurannya menjadi pertaruhan dalam aksi kemanusiaan Bripka Heri Tena. Alhasil, pengumpulan donasi yang digagas demi mereka yang terpapas lara mendapat dukungan lembaga donasi ternama.

Semua kegiatannya melewati proses pencermatan dan identifikasi ketat sehingga bantuan yang diberikan tepat sasaran dan berkeadilan.

Sederet lembaga donasi yang menjalin kerjasama dengan Heri, antara lain, Sentra Efata Kemensos RI Kupang, Yayasan Ayo Bantu Teman, Yayasan Kita Mitra Berbagi, Platform digital Kitabisa.com ditambah lokal.

Komunikasi yang dibangun bersama para donatur meliputi beberapa hal yaitu survei yang melibatkan jurnalis untuk mengetahui keadaan warga yang membutuhkan bantuan.

Membantu memfasilitasi pengurusan administrasi kependudukan, kartu BPJS dan buku rekening tabungan bagi warga yang membutuhkan bantuan penggalangan donasi pengobatan.

"Kemudian pengurusan administrasi kependudukan, kartu BPJS bagi warga yang membutuhkan bantuan pengobatan berkoordinasi dengan Dinas Dukcapil Kabupaten Manggarai Timur, Dinas Sosial Kabupaten Manggarai Timur dan BPJS Kesehatan Kabupaten Manggarai Timur, dengan harapan mereka dapat melaksanakan pengobatan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai," dia menjelaskan.

Jadwal penyaluran bantuan  disesuaikan dengan kesibukannya sebagai PS Kasidokkes Polres Manggarai Timur dengan tugas tambahannya sebagai Polisi RW di wilayah RW 006 Kelurahan Kota Ndora Kecamatan Borong.

Penyeka tangis anak stunting

Bripka Heri Tena menyerahkan batuan ke warga di Manggarai Timur, NTT

Photo :
  • Jo Kenaru/NTT

Di tengah kompleksitas dan makin multitafsirnya arti kemarjinalan, Heri ikut mengurusi masalah gizi pada anak. Dia kemudian ikut ambil bagian dalam penanggulangan stunting dan gizi buruk di Manggarai Timur.

Angka stunting Manggarai Timur yang dipublis per awal tahun 2023 berada di angka 9,2 persen atau terdapat 2.260 anak mengalami stunting. Angka ini turun dari 9,6 persen dari keadaan tahun 2022. 

Karsa seorang Heribertus Tena tidak pernah berhenti bergerak. Dalam konteks persoalan stunting dia memaksimalkan mitigasi bersama nakes dan nutrisionis lokal.

Niatnya ingin mencegah penyakit malnutrisi pada anak jangan sampai semakin akut yang pada akhirnya jatuh pada stereotip 'stunting melahirkan generasi yang hilang'.

Presisi Polri ia tegakkan ketika menjalankan fungsi sebagai polisi yang humanis. Di luar jam dinas dia adalah tangan yang menyeka tangis anak stunting dan penguat asa bagi yang nyaris kehilangan harapan.

Persoalan gizi pada anak memang diwariskan dari persoalan kemiskinan tapi rantai kemiskinan dan stunting dapat diputuskan dengan cara radikal bersifat segera dan mendesak.

Tak berbeda dengan yang sudah-sudah, untuk membantu anak-anak stunting dilayani dari gaji dan tukin. Bripka Heri Tena dalam setiap visitasinya selalu menyumbang susu kedelai dan telur ayam kepada anak-anak penderita stunting.

Selain menyerahkan bantuan, dia mendidik orang tua cara membuat susu kedelai dan mengenalkan pola asuh anak yang baik. Maklum, polisi satu ini sering mengikuti kegiatan bertema gizi anak bersama bidan dan konsultan gizi yang selalu melayani konsultsasi stunting.

Kunjungan rumah pada hari Sabtu dan Minggu serta hari libur ke anak-anak stunting untuk mengukur perubahan pola asuh. Bripka Heri tidak sungkan menegur orang tua yang teledor akan tumbuh kembang anak.

"Tindakan prefentif tentu lebih ditekankan dalam upaya penurunan angka stunting. Saya bertemu dengan banyak pasangan yang memiliki ana stunting. Mereka kebanyakan tidak mengenal apa itu stunting dan dampaknya karena tidak sedikit ibu-ibu hamil tanpa posyandu. Setelah terjadi stunting baru mereka buka mata," tutur Bripka Heri Tena.

Heribertus tidak saja sedang berperang dengan stunting tapi secara abstrak dia mencoba mengubah mindset sembari menawarkan solusi yang seharusnya tidak sulit untuk dijalankan. Orang tua anak stunting diajarkan pentingnya menanam pangan lokal. Dia bilang, kemiskinan yang selalu melahirkan ketidakberdayaan ekonomi bisa dipatahkan dengan sebuah terobosan yang radikal.

"Kenapa begitu sulit memelihara ayam kampung dan sayur-mayur di pekarangan rumah atau kebun belakang. Tempe tahu serta ikan  di pasar Borong ini tidak mahal bahkan lebih murah dari belanja rokoknya si Bapak. Bantuan mungkin tidak selalu ada. Kalau bantuan habis lantas bagaimana. Makanya saya bilang manfaatkan lahan yang ada tanam pangan lokal," tekan dia.

Bripka Heri Tena menyerahkan batuan ke warga di Manggarai Timur, NTT

Photo :
  • Jo Kenaru/NTT

"Membetulkan kerangka pikir bahwa kesehatan anak tidak seharusnya menjadi korban salah asuh. Stunting inikan berkaitan dengan berapa kali anak kita makna sehari apa saja yang dia makan. Stunting ini bisa terbawa dari kandungan juga makanya saya paksa mama-mama kita supaa periksa kehamilan di posyandu," cetusnya lagi.

Pria bernama Heribertus Agustinus B Tena juga menyinggung marjinalitas dari sudut pandang pemenuhan kebutuhan infrastruktur dan layanan kesehatan yang semestinya diterima masyarakat sampai ke pelosok desa.

"Banyaknya penyandang disabilitas yang memprihatinkan tapi dianggap tidak ada akibat ases jalan yang tidak memadai dan keterbatasan sarana transportasi membuat mereka tidak bisa mengakses pelayanan kesehatan. Kehidupan mereka berakhir pada kepasrahan dan menerima itu sebagai takdir,"

"Banyaknya masyarakat yang menderita sakit seperti Tumor dll yang membutuhkan perhatian di mana keterbatasan ekonomi menjadi salah satu faktor utama bagi mereka sehingga mereka pasrah untuk melakukan pengobatan oleh dukun kampung," bebernya.

Bripka Heri Tena akan terus berkhidmat merajut misi mulia. Tapi dia juga membutuhkan mitra egalitarianisme demi memanusiakan manusia. (Jo Kenaru/ NTT)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya