Indonesia Masih Darurat Sampah Plastik, KLHK: Perlu Adanya Revolusi Budaya
- Ist
Jakarta – The SDGs National Seminar Series 2023 yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Bakrie Center Foundation (BCF) juga mengulas mengenai komitmen multisektor menuju Indonesia bebas polusi plastik.
Seminar nasional ini telah diselenggarakan sejak 2 Oktober hingga 5 Oktober 2023. Salah satu topik yang dibahas dalam forum ini yaitu komitmen multistakeholder untuk membantu Indonesia keluar dari ancaman limbah plastik.
Saat ini, pengelolaan sampah di Indonesia masih belum berjalan dengan optimal. Hal ini diakui oleh Novrizal Tahar, Direktur Penanganan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian (KLHK) dalam key note speech yang disampaikan pada hari kedua The SDGs National Seminar Series 2023 (3/10) di Jakarta Selatan.
“Banyak ditemukan limbah plastik di lautan Indonesia. Ini karena limbah hasil konsumsi kita belum dapat terkelola dengan baik, sehingga mencemari lingkungan. Roadmap kita dalam jangka waktu dekat di tahun 2025, bisa mengurangi temuan limbah (terutama plastik) di lautan sebesar 70%. Saat ini, kita baru berhasil mengurangi buangan limbah ke laut sebesar 35,36%,” ungkap Novrizal.
Selain itu, dalam roadmap pengelolaan sampah pada tahun 2025 juga ditargetkan Indonesia tidak lagi mengandalkan landfill atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sebagai akhir dari proses pembuangan limbah.
Perlu adanya pengelolaan sampah terpadu yang bisa mengurangi jumlah limbah yang dibuang ke TPA. Saat ini, banyak masalah yang dialami oleh TPA di Indonesia yang sudah kelebihan kapasitas.
Salah satunya terbakarnya TPA di sejumlah wilayah akibat paduan suhu bumi yang meningkat disertai banyak sampah organik yang menghasilkan gas metana sehingga memicu kebakaran.
“Di TPA saat ini, sampah yang masuk itu belum semuanya terpisah. Semua campur. Dari yang plastik, sampah organik yang menghasilkan gas metana. Belum maksimal pemilihan sampah yang harusnya bisa dilakukan dari rumah,” tambahnya.
Edukasi lingkungan penting untuk dilakukan dalam memberikan pemahaman ke masyarakat agar memahami pentingnya melakukan pengelolaan sampah mandiri yang dapat dimulai dari rumah.
Edukasi lingkungan yang juga perlu dilakukan yaitu mengenai manfaat daur ulang sampah, peluang bisnis dalam pengelolaa sampah, serta bijak dalam memilih produsen barang konsumsi yang sudah berkomitmen untuk melakukan daur ulang kemasan produknya sehingga bisa mengurangi limbah plastik di lingkungan.
“Masyarakat juga harus bijak dan cerdas dalam memilih produk yang dihasilkan oleh produsen barang konsumsi, mana yang produsennya sudah berkomitmen dalam pengelolaan limbah-limbah produknya, mana yang belum,” tegas Novrizal.
Pembina Industri Ahli Madya, Pusat Industri Hijau, Kementerian Perindustrian Andriati Cahyaningsih menyatakan industri hijau memiliki daya saing dalam industri nasional Industri Hijau memiliki daya saing dalam industri nasional. Hal ini harus didukung dengan hadirnya produk yang berasal dari bahan baku ramah lingkungan.
“Untuk pengelolaan limbah sampah dimulai dari awal seperti packaging atau wadah produk, selain itu memanfaatkan limbah sebagai bauran energi atau energi alternatif,” jelasnya.
Di tahun 2040 mendatang, Indonesia diproyeksikan mampu mengelola keseluruhan limbah sehingga dapat membebaskan lingkungan dari limbah terutama yang tidak dapat terurai seperti plastik.
Namun, langkah ini masih panjang. Edukasi lingkungan belum diterima menyeluruh oleh masyarakat, termasuk oleh petugas pengelola kebersihan.
“Indonesia masih bergantung pada sektor informal, termasuk petugas kebersihan dalam pengelolaan sampah. Dalam riset kami, 63% responden menyampaikan alasan tidak memilih sampah karena di lapangan masih banyak petugas yang mencampurkannya kembali. Ini merupakan salah satu tantangan yang akan menjadi bahan diskusi selanjutnya,” jelas Julivius Prawira, Core Team WASH in Southeast Asia (WISE) saat berbicara dalam The SDGs National Seminar Series 2023.